Sosok AKBP Pamudji di Mata Keluarga

"Yang pasti almarhum selalu ngingetin anak-anaknya salat 5 waktu," ungkap Alfian, putra AKBP Pamudji.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 20 Mar 2014, 01:19 WIB
AKBP Pamudji tewas terkena tembakan di ruang piket Pelayanan Masyarakat Polda Metro Jaya, Selasa 18 Maret malam.

Liputan6.com, Jakarta - Alfian Prasetio, anak pertama almarhum AKBP Pamudji sangat terpukul dengan kepergian ayahnya. Sosok ramah nan tegas itu tak lagi ada.

Alfian mengatakan, semula tidak tahu kabar duka itu. Dia yang sehari-hari bekerja di PT Jasa Raharja Semarang itu hanya diberi tahu ada musibah yang menimpa keluarganya. Setelah mengetahui hal itu, dia langsung pulang ke Jakarta menggunakan mobil.

"Saya dikasih kabar ada musibah saja. Teman-teman semua sudah dorong saya untuk pulang," katanya saat ditemui di kediamannya di Jalan Kamboja, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (19/3/2014).

Alvian ditemani sopir menuju Jakarta. Sepanjang jalan dia cemas menanti musibah apa yang sedang menimpa keluarganya. Sesampainya di rumah Rabu dini hari, dia mendapati ayah yang dicintainya sudah tiada. "Saya tahunya pas sudah sampai sini (Jakarta). Ayah saya sudah meninggal," lanjutnya.
 
Alfian sangat kehilangan sosok ayah yang selalu mengajarkan kedisiplinan pada anak-anaknya. Komunikasi terakhir dengannya terjadi sekitar 2 minggu lalu. Tapi, pria jangkung berkulit putih itu tak mau mengungkap komunikasi apa yang terjalin. "Yang pasti almarhum selalu ngingetin anak-anaknya salat 5 waktu," ungkapnya.

Kondisi ibunya, Nurul Megawati yang semula tampak sulit menerima kenyataan sang suami tewas ditembak pun kini sudah membaik. Polwan berpangkat AKBP itu saat ini sudah lebih kuat.

"Alhamdulillah sudah mulai lebih kuat, sudah mulai lebih tabah lah ditinggal bapak. Ya kita minta doa dari teman-teman saja biar bisa lebih kuat," ucap Alfian.

Keluarga hanya bisa berharap kasus ini dapat diungkap dengan baik. Pada dasarnya, keluarga sudah ikhlas dengan kepergian Pamudji. "Kami sudah ikhlas,' tandasnya.

Pamudji terlibat cekcok dengan Brigadir Susanto. Pamudji menegur Brigadir Susanto yang tengah piket karena tidak berpakaian dinas dan memakai kaos. Pamudji meminta Brigadir S mengenakan pakaian seragam, dan senjatanya diamankan. AKBP Pamudji pun ditemukan tidak bernyawa dengan luka tembak di pelipis kiri hingga menembus kepala bagian kanan pada Selasa 18 Maret 2014 malam sekitar pukul 21.30 WIB.

Baca juga:

Penembak AKBP Pamudji Lama Dinas di Layanan Musik Polda Metro

Pembunuh Pamudji dan Sisa Mesiu

Brigadir Susanto Jadi Tersangka Penembakan AKBP Pamudji

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya