Sukses

Twitter Diserbu Akun Bot Porno yang Tawarkan Prostitusi Online, Elon Musk Belum Punya Solusi

Hingga saat ini belum ada solusi untuk memberantas akun bot porno, mengingat Elon Musk telah berjanji untuk melenyapkan bot dan akun palsu di Twitter.

Liputan6.com, Jakarta - Selain akun spam kripto, Twitter punya masalah lain yang berkaitan dengan bot dan akun yang mempromosikan konten porno. Ironisnya, mereka menyusup ke Direct Messages (DM) dan berinteraksi di platform untuk menawarkan jasa prostitusi online.

Hingga saat ini tampaknya belum ada solusi untuk memberantas akun bot porno, mengingat Elon Musk telah berjanji untuk melenyapkan bot dan akun palsu di Twitter, setelah dia mengakuisisi platform tersebut.

Baru-baru ini peneliti keamanan melihat banyak akun spam yang mulai mengikuti mereka atau memulai percakapan via DM.

Dalam sebuah tweet, grup riset keamanan MalwareHunterTeam mengungkap beberapa akun Twitter yang merupakan bot spam masuk ke dalam interaksi. Cara ini dilakukan untuk menarik korban agar melihat profil akun bot ini dan mengklik tautan yang tercantum di bio mereka.

Mengutip laman Bleeping Computer, Kamis (6/7/2023), tautan ini mengarah ke situs hookup (situs kencan dewasa) dan Not Safe for Work (NSFW) atau situs web yang tak aman untuk dibuka.

Mikel Garcia, seorang profesional TI yang berbasis di Inggris, memposting tangkapan layar beberapa akun bot porno yang mempromosikan jasa prostitusi online melalui DM.

Meskipun Twitter telah menangguhkan akun bot saat informasi ini muncul, platform tersebut masih belum menerapkan solusi efektif atau baru untuk memberangus spam dan bot.

"Jika tawaran Twitter kami berhasil, kami akan mengalahkan bot spam!," kata Musk pada tahun lalu di tengah diskusi seputar akuisisi Twitter.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Bot Masih Jadi Masalah Utama Twitter

Namun, hingga saat ini bot terus menjadi masalah utama bagi Twitter tanpa ada solusi yang signifikan.

Akhir pekan lalu, Musk mengumumkan Twitter untuk sementara menerapkan batas kecepatan untuk membatasi "pengikisan data & manipulasi sistem". Tidak jelas, apakah langkah ini dilakukan untuk menargetkan aktivitas bot atau tidak.

Musk sebelumnya menghapus centang biru dari akun yang diverifikasi berdasarkan kriteria sebelumnya dan menggantinya dengan sistem berbayar untuk semua pengguna, dalam upaya untuk meruntuhkan apa yang disebutnya sistem 'tuan & petani'.

Namun, menurut pengakuannya sendiri, dia memilih untuk mempertahankan centang verifikasi untuk beberapa akun terkemuka dengan "membayar [mereka] secara pribadi".

Pada beberapa kesempatan, pelaku ancaman siber telah menyalahgunakan akun terverifikasi Twitter Blue untuk mendorong penipuan kripto.

Tanpa menerapkan proses yang disederhanakan untuk mencegah akun dan bot palsu, masalah spam Twitter yang ada akan terus berlanjut.

 

3 dari 6 halaman

Twitter Batasi Tweet yang Bisa Dilihat Pengguna Demi Hapus Spam dan Cegah Data Diambil AI

Di sisi lain, Twitter akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi terkait kebijakan pembatasan Tweet yang bisa dilihat pengguna, selama beberapa hari terakhir.

Melalui blog resmi Twitter Business, perusahaan mengatakan mereka harus mengambil tindakan ekstrem untuk menghapus spam dan bot dari platformnya, demi memastikan keaslian basis pengguna.

"Itulah mengapa kami membatasi penggunaan untuk sementara agar kami dapat mendeteksi dan menghilangkan bot dan aktor jahat lainnya yang merusak platform," tulis Twitter, dikutip Rabu (5/7/2023).

Platform milik Elon Musk itu mengklaim, apabila mereka mengumumkan perubahan itu sebelum diterapkan, maka aktor jahat dapat mengubah perilaku mereka untuk menghindari deteksi.

Twitter juga mengatakan, di tingkat tinggi, mereka berusaha mencegah akun-akun ini dari mengumpulkan data Twitter publik pengguna untuk membuat model AI, serta memanipulasi orang dan percakapan di platform dengan berbagai cara.

"Saat ini, pembatasan memengaruhi sebagian kecil orang yang menggunakan platform, dan kami akan memberikan pembaruan saat pekerjaan selesai. Terkait dengan pelanggan kami, efek pada iklan sangat minim," kata mereka menambahkan.

"Kadang-kadang, bahkan untuk sesaat, Anda harus memperlambat untuk menjadi lebih cepat," pungkas media sosial itu dalam pernyataannya.

CEO Twitter Linda Yaccarino pun juga telah merilis pernyataan singkatnya, terkait kontroversi di platform tersebut, dengan tetap merujuk pada pernyataan resmi di atas.

"Saat Anda memiliki misi seperti Twitter -- Anda harus membuat pergerakan besar untuk tetap memperkuat platform ini. Pekerjaan ini berarti dan sedang berjalan," tulisnya lewat Tweet di akun @lindayacc.

4 dari 6 halaman

Elon Musk Batasi Cuitan yang Bisa Dilihat Pengguna

Sebelumnya, Elon Musk secara tiba-tiba mengubah kebijakan Twitter, dengan membatasi jumlah cuitan yang dapat dibaca oleh pengguna.

Lewat postingan di akun Twitter pribadinya, Elon Musk mengatakan, pengguna tak terverifikasi (atau tak berbayar) hanya bisa membaca 600 cuitan per hari, kemudian ditambah jadi 800 kicauan, lalu naik hingga 1.000.

Sedangkan pengguna baru tak terverifikasi, mereka hanya bisa membaca 300 cuitan, lalu ditambah menjadi 400.

Dilansir BBC, Minggu (2/7/2023), pengguna Twitter terverifikasi pun ikut dibatasi, di mana mereka hanya dapat membaca 6000 cuitan, kemudian ditambah menjadi 8000, dan bertambah lagi 10.000.

Dikutip dari cuitan di Twitter, Elon menyebut tindakan ini dilakukan karena besarnya jumlah data yang diambil (scraping) dari platform media sosial itu.

5 dari 6 halaman

Alasan Elon Musk Berlakukan Pembatasan di Twitter

Elon Musk juga menambahkan, batasan ini juga dibuat karena tingginya manipulasi sistem data di Twitter.

"Ini merupakan tindakan darurat sementara. Kami mendapati pengambilan data besar-besaran, sehingga menurunkan kualitas layanan untuk pengguna biasa," tulis Musk di Twitter.

Sontak kebijakan baru Elon Musk ini menuai reaksi dari banyak pengguna Twitter, di mana mereka mengeluhkan linimasanya tidak bisa di refresh karena melewati batas.

Lebih lanjut, Elon juga mengaitkannya dengan perusahaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), yang menarik data dengan tujuan melatih model mereka.

"Hampir setiap perusahaan yang melakukan AI, mulai dari perusahaan rintisan hingga beberapa perusahaan terbesar di Bumi, mengorek sejumlah besar data," kata Elon Musk

"Agak menyakitkan harus membawa sejumlah besar server online dalam keadaan darurat hanya untuk memfasilitasi beberapa penilaian AI yang keterlaluan," imbuhnya.

6 dari 6 halaman

Infografis Cek Fakta: 6 Tips Cara Identifikasi Hoaks dan Disinformasi di Medsos

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.