Sukses

Pemahaman Kebangsaan Penting untuk Tangkal Hoaks dan Paham Radikalisme di Internet

Tak cuma bermanfaat, internet maupun media sosial juga mengandung banyak hal negatif, salah satunya masifnya peredaran berita bohong atau hoaks dan paham radikalisme

Liputan6.com, Jakarta - Internet saat ini menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi. Namun, tidak semua informasi yang ada di internet adalah benar dan positif.

Dua hal yang harus dihindari adalah kabar bohon dan radikalisme. Maka dari itu, penting untuk memiliki pemahaman tentang kebangsaan dan kemajemukan, agar dapat menangkal kabar bohong dan paham radikalisme.

Hal ini menjadi pembahasan dalam webinar "Menghidupi Persatuan Indonesia: Jangan Mudah Terprovokasi di Era Luapan Informasi" yang berlangsung Kamis (7/7) di Tarakan, Kalimatan Utara.

Acara ini sendiri digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Gandi Sucipto, dari Digimom Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia mengatakan, berdasarkan survei, alasan utama orang Indonesia menggunakan internet, sebagian besar untuk mendapatkan informasi.

Kemudian, menurut Gandi yang menjadi narasumber dalam webinar tersebut, alasan lain adalah menemukan ide dan inspirasi, serta untuk mencari teman dan keluarga, termasuk media sosial.

Dalam pemaparannya, Gandi juga menyebutkan, media sosial yang paling banyak digunakan oleh warganet Tanah Air di antaranya, Whatsapp, Instagram, Facebook, serta Tiktok.

Di sisi lain, tak cuma bermanfaat, internet maupun media sosial juga mengandung banyak hal negatif, salah satunya masifnya peredaran berita bohong atau hoaks.

Oleh sebab itu, warganet harus bijak mengecek kebenaran informasi dan dapat menyaring berita sebelum menyebarkannya ke media sosial.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tantangan Baru Kebudayaan Bangsa

"Kita sebagai warga negara Indonesia, kita harus menunjukkan idealisme saat berinteraksi, terutama ketika menjalankan kolaborasi di dunia digital," kata Gandi.

Menurutnya, berbagai macam aplikasi media digital yang sering digunakan, seharusnya dapat mendukung kegiatan kolaborasi dan interaksi kita secara positif.

Charis Dominggus, Staff Dokumentasi Prokopim sekaligus Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Singkawang mengatakan, kemudahan dan makin canggihnya teknologi digital, menjadi tantangan baru dalam kebudayaan bangsa Indonesia.

Dia mencontohkan, ini misalnya mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya nilai kesopanan dan kesantunan, serta ancaman radikalisme lewat media sosial.

Radikalisme dapat diartikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan pembaharuan sosial dan politik lewat cara kekerasan dan drastis.

Dengan demikian, masyarakat dituntut untuk terus meningkatkan literasi digitalnya agar bisa menangkal tebaran informasi yang mengandung terorisme dan radikalisme di dunia internet.

"Marilah mengisi internet dan media sosial sebagai ruang yang berbudaya agar bisa menjadi tempat untuk belajar dan berinteraksi sebagaimana yang kita lakukan di dunia nyata, dengan begitu kita bisa terhindar paham radikalisme," kata Charis. 

3 dari 4 halaman

Hati-Hati dalam Menyebarkan Informasi

Menurut Relawan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia sekaligus Guru MA Darul Ihsan Samarinda Muhammad Aswad, dalam memanfaatkan media digital, warganet harus dapat mengelola rekam jejak agar tidak dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab.

Menurut Aswad, apapun aktivitas yang dilakukan seseorang di internet akan menghasilkan jejak, baik secara aktif dan pasif. Sehingga, warganet harus berhati-hati dalam menyebarkan informasi di media sosial, yaitu dengan mengecek fakta dan memverifikasi sumbernya.

Kata Aswad, dalam memanfaatkan internet, masyarakat harus mampu menghindari konten negatif, informasi bohong, ujaran kebencian dan penghinaan, masalah judi, asusila dan pornografi, serta ancaman penipuan, serta pemerasan.

"Penyebaran berita bohong itu substansinya mengarah pada penyebaran kebencian berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan," imbuhnya.

 

4 dari 4 halaman

Gerakan Nasional Literasi Digital

Program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI sendiri diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.

Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya.

Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat.

(Dio/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.