Sukses

Parlemen AS Pertanyakan Keamanan Anak di YouTube, TikTok, dan Snapchat

Setelah adanya whistleblower yang menyebut Facebook tidak mengambil langkah perlindungan terhadap remaja di Instagram, Parlemen AS mempertanyakan keamanan anak di platform lain seperti YouTube, TikTok, dan Snapchat.

Liputan6.com, Jakarta - Senator AS mempertanyakan keamanan anak-anak di platform YouTube, TikTok, dan Snapchat.

Masing-masing eksekutif perusahaan yang hadir dalam rapat dengar pendapat adalah Vice President dan Head of Public Policy TikTok untuk Amerika, Michael Beckerman; VP for Goverment Affairs dan Public Policy YouTube, Leslie Miller; serta VP Global Public Policy Snapchat, Jennifer Stout.

Para eksekutif dari YouTube, TikTok, dan Snapchat dimintai informasi tentang bagaimana cara platformnya memastikan keamanan pengguna muda. Apalagi kini platform media sosial tengah banyak dapat sorotan setelah kasus Facebook.

Berbagai ancaman yang membayangi keselamatan dan keamanan anak-anak di platform media sosial, mulai dari konten gangguan makan, paparan konten seksual, hingga materi yang mempromosikan obat-obatan terlarang.

"Masalahnya jelas, raksasa teknologi memangsa anak-anak dan remaja untuk menghasilkan lebih banyak uang," kata Senator Edward Markey dalam rapat dengar pendapat subkomite Senat Perdagangan tentang perlindungan konsumen, dikutip dari NPR, Rabu (27/10/2021).

Sebelumnya, subkomite ini juga mendengarkan kesaksian dari mantan data scientist di Facebook. Eks karyawan tersebut memaparkan penelitian internal Facebook yang menunjukkan, Instagram merugikan beberapa remaja.

Subkomite ini kemudian memeriksa platform lainnya yang memiliki miliaran pengguna muda.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pertanggungjawaban

"Kami mendengar cerita yang sama tentang bahaya yang disebabkan oleh YouTube, TikTok, dan Snapchat," kata ketua panel subkomite Senator Richard Blumenthal.

Ia memastikan, jika perusahaan teknologi tak bisa memenuhi kewajibannya menjaga keamanan anak-anak, bakal ada pertanggungjawaban yang harus dilakukan.

Ketika eksekutif platform sosial ini juga ditanya apakah perusahaannya akan mendukung adanya peraturan baru yang memastikan hak privasi untuk anak serta melarang iklan tertarget dan video autoplay untuk anak-anak.

Namun, para perwakilan dari platform mengatakan, perusahaannya telah mematuhi berbagai larangan dari pemerintah. Mereka juga mengatakan akan berdialog dengan penegak hukum jika aturan baru telah diundangkan.

3 dari 4 halaman

Klaim YouTube, TikTok, Snapchat Soal Keamanan Anak-Anak

Menurut TikTok, seks dan narkoba sudah melanggar standar komunitas dan tidak punya tempat di layanannya. Beckerman juga menyebut, TikTok punya tools, seperti manajemen screentime untuk membantu orangtua dan anak muda mengatur waktu yang dihabiskan dan konten yang dilihat di aplikasi.

Ia juga mengatakan, sejumlah fitur seperti DM tidak disediakan untuk pengguna muda.

Sementara itu perwakilan Snapchat, Stout, mengatakan pihaknya bertekad menghapus semua konten peredaran narkoba di platformnya. Ia mengaku, Snapchat menerapkan langkah deteksi terhadap peredaran obat terlarang meski masih sering luput dari pengawasan.

Di Snapchat, 90 persen penggunanya adalah orang berusia 13-24 tahun. Mereka juga melakukan pendekatan berbeda dalam menggunakan kecerdasan buatan.

Senada, perwakilan YouTube, Miller, mengatakan, platformnya telah memberikan perlindungan dan kontrol orangtua misalnya dengan menerapkan batasan waktu dan membatasi agar pengguna menonton konten yang sesuai usianya.

(Tin/Ysl)

 

4 dari 4 halaman

Infografis Tentang Media Sosial

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.