Sukses

NASA Rilis Video Penerbangan Helikopter Pertama di Mars

Helikopter NASA itu melakukan penerbangan pertamanya, dengan ketinggian 10 kaki dari permukaan Mars selama 39 detik.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) mengunggah video helikopter Ingenuity yang terbang di Mars ke Twitter. Video itu ditangkap oleh kamera penjelajah Perseverance.

Helikopter ini melakukan penerbangan pertamanya, dengan ketinggian 10 kaki dari permukaan Mars selama 39 detik dan menandai penerbangan perdana pesawat bertenaga di planet lain.

Diwartakan The Verge, Selasa (20/4/2021), video tersebut menunjukkan pesawat seukuran kotak tisu itu naik dan melayang, sebelum dengan anggun mendarat kembali ke permukaan.

Menurut ilmuwan pencitraan Perseverance, Justin Maki, video diambil pada panjang fokus 34mm dengan kecepatan 6,7 frame per second dan merupakan rentetan dari sekitar 1.400 frames.

Video versi zoom penuh pada 110mm akan hadir dalam beberapa hari ke depan, bersama dengan foto dari kamera 13MP menghadap cakrawala Ingenuity.

Foto banyangan hitam-putih helikopter yang diambil dengan kamera navigasi 1,5MP selama penerbangan, telah dikirim kembali.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sempat Beberapa Kali Tertunda

Penerbangan Ingenuity sempat tertunda beberapa kali karena ada masalah yang memerlukan penginstalan ulang perangkat lunak kontrol penerbangannya.

Insinyur NASA sangat senang dengan keberhasilan uji terbang pertama. Tak seperti Perseverance, Ingenuity tidak akan terlibat dalam melakukan eksperimen atau eksplorasi tertentu di Mars.

Akan tetapi, ada lebih banyak uji terbang yang direncanakan untuk itu dalam beberapa minggu mendatang.

3 dari 5 halaman

NASA Rampungkan Sejumlah Tes Pada Roket yang akan Bawa Manusia ke Bulan

Sebelumnya, NASA banjir pujian setelah sukses melakukan sejumlah tes mesin pada roket Space Launch System (SLS), roket yang akan membawa sejumlah astronaut terbang ke Bulan pada 2024 dalam proyek Artemis. 

Roket Space Launch System yang lulus sejumlah tes tersebut merupakan besutan perusahaan dirgantara Boeing.

Jika proyek Artemis benar-benar dilaksanakan pada 2024, proyek ini akan membawa kembali astronaut AS ke Bulan setelah perjalanan terakhir sekitar setengah abad lalu.

Mengutip laman Reuters, Minggu (21/3/2021), NASA mensimulasikan peluncuran roket tersebut dengan menembakkan mesin tahap inti roket Space Launch System, ketika roket ini berlabuh di menara Stennis Space Center di Mississippi.

Empat mesin RS-25 meraung dan hidup selama 80 menit pengujian dan memenuhi daerah sekitarnya dengan asap putih.

Terlihat dari video streaming yang ditayangkan NASA, setelah mesin mati, karyawan NASA bertepuk tangan dan bersorak, tanda bahwa tes ini berhasil.

Tidak hanya itu, banyak perusahaan kedirgantaraan memberi selamat kepada NASA untuk tes roket Space Launch System yang berhasil dilaksanakan.

4 dari 5 halaman

Kesuksesan untuk Boeing

Keberhasilan tes roket Space Launch System juga merupakan kemenangan bagi Boeing setelah beberapa kali mengalami kemunduran. Boeing sebelumnya kalah dalam lelang kapsul kru Starliner. Lelang ini dimenangkan oleh SpaceX.

Starliner sendiri menjadi kapsul yang membawa astronaut AS ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Tes sebelumnya yang berlangsung pada Januari 2021 sempat gagal dilakukan karena mesin mati setelah sempat menyala selama satu menit. Para engineer NASA pun kekurangan mengumpulkan data yang cukup.

 

5 dari 5 halaman

Terbangkan Astronaut ke Bulan Pada 2024

Dengan berhasilnya tes, roket Space Launch System diharapkan untuk dikirim ke Kennedy Space Center di Florida untuk diintegrasikan dengan pesawat ruang angkasa Orion milik Lockheed Martin Corp.

Perlu diketahui, NASA bermaksud mengirim pesawat ruang angkasa tanpa awak untuk mengorbit Bulan pada November ini dan membawa astronot AS kembali ke Bulan pada 2024.

Kendati demikian, proyek SLS ini terlambat tiga tahun dari jadwal dan menelan dana USD 3 miliar lebih besar dari yang dianggarkan.

Sebelumnya, menurut dua orang yang mengaku paham dengan masalah ini, Presiden AS Joe Biden telah menunjuk mantan senator Demokrat sekaligus astronot Bill Nelson untuk menjalankan NASA.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.