Sukses

Facebook Kucurkan Rp 140 Miliar untuk Deteksi Video Deepfake

Facebook berkomitmen akan mengucurkan sekitar Rp 140 miliar untuk mendanai proyek Deepfake Detection Challenge dan upaya lain untuk mengatasi deepfake.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tantangan bagi perusahaan teknologi di era kecerdasan buatan adalah risiko dari kehadiran video deepfake.

Apa itu video deepfake? Video deepfake merupakan kabar misinformasi atau hoaks yang beredar dalam format video.

Jika hoaks atau kabar misinformasi saja sudah jadi masalah, video deepfake lebih parah lagi. Pasalnya, video deepfake sulit untuk dideteksi dan diverifikasi apakah video sungguhan atau sudah dipalsukan.

Bagi perusahaan teknologi besar pun, sulit untuk mendeteksi deepfake, apalagi kini banyak software canggih yang mampu mengubah video dan membuat video deepfake pun kian mudah.

Untuk itulah, Facebook bermitra dalam hal kecerdasan buatan dengan Microsoft dan perwakilan beberapa lembaga untuk menemukan teknologi yang mampu membantu mengungkap keaslian video deepfake.

Untuk mendorong ini, Facebook meluncurkan proyek Deepfake Detection Challenge.

Menurut laman ai.facebook.com, tujuan proyek ini adalah menghasilkan teknologi yang bisa dipakai tiap orang untuk mendeteksi ketika sebuah video telah diubah menggunakan AI.

Mengutip International Business Times, Kamis (19/9/2019), Facebook telah berkomitmen akan mengeluarkan setidaknya USD 10 juta atau setara Rp 140 miliar untuk mendanai proyek Deepfake Detection Challenge dan upaya lain untuk mengatasi hoaks.

Dana ini akan menjadi hadiah dan hibah penelitian yang tersedia untuk mendorong upaya pengembangan teknologi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

CEO Facebook Sampai Minta Maaf karena Hoaks

Hoaks dan misinformasi telah jadi masalah besar bagi Facebook dalam beberapa tahun terakhir.

Pasalnya, platform media sosial terbesar di dunia ini kerap digunakan untuk menyebarkan hoaks.

Bahkan, CEO Facebook Mark Zuckerberg telah meminta maaf kepada Kongres Amerika Serikat lantaran merasa Facebook tidak melakukan cukup upaya untuk mencegah peredaran hoaks di platform mereka.

Sementara itu, deepfake menambah tantangan baru bagi perusahaan teknologi dan Facebook. Pasalnya, kini video telah jadi sarana yang banyak dipakai orang untuk bebagi berita dan konten lainnya melalui media sosial.

Dengan agenda Pilpres AS tahun 2020 mendatang, Facebook memiliki tenggat waktu yang makin sempit untuk menemukan solusi masalah video deepfake ini. Apalagi, selama ini platform dibayangi dengan hoaks seputar pemilu 2016.

(Tin/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.