Sukses

Sehati TeleCTG Siap Tingkatkan Kesehatan Ibu Hamil di Daerah Terpencil

Sehati TeleCTG merupakan salah satu startup yang ditunjuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk mejeng di festival South by Southwest (SXSW), Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta - Startup bidang kesehatan di Indonesia harus diakui terus berkembang. Salah satunya adalah Sehati TeleCTG yang baru saja ditunjuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai salah satu wakil Indonesia di festival South by Southwest (SXSW) di Austian, Texas, Amerika Serikat.

Kehadiran startup ini disebut sebagai upaya untuk melakukan pemerataan kesehatan di Indonesia. TeleCTG (telecardiotocography) sendiri merupakan alat yang digunakan untuk memantau kesehatan ibu mengandung beserta bayinya.

Menurut Co-Founder dan CPO Sehati TeleCTG, Abraham Auzan, startup ini berawal dari ide dr. Ari Waluyo, Sp.OG bersama dengan Anda Sapardan. Abraham menuturkan keduanya sama-sama sudah lama berkecimpung di dunia kesehatan.

"Ide ini pertama kali digagas oleh dr.Ari dan Anda yang kini menjabat sebagai CEO dan COO. Karena pengalamannya di dunia kesehatan, mereka melihat masih ada masalah yang dihadapi ibu hamil di Indonesia, terutama di wilayah terpencil," tutur Abraham.

Akhirnya, menurut Abraham, pada akhir 2015 ide tersebut didiskusikan bersama-sama dan memunculkan ide ini. Awalnya, Sehati dan TeleCTG merupakan perusahaan berbeda, tapi sejak awal 2018, keduanya memutuskan untuk saling berkolaborasi.

Terkait pendanaan, Abraham menuturkan investor Sehati TeleCTG merupakan kombinasi dari pihak luar dan dalam negeri. Namun sekarang, investor jebolan GnB Accelerator ini sudah sepenuhnya berasal dari lokal.

"Kalau untuk pendanaan, dapat kami katakan sudah memperoleh pendanaan Seri A," tuturnya saat berbicara pada awak media di Jakarta, Jumat (22/3/2019), kemarin.

Mengenai proses produksi TeleCTG, Abraham menuturkan seluruhnya sudah dilakukan di Indonesia. Hanya, beberapa komponen yang belum diproduksi di Tanah Air, tetap mengimpor dari negara lain.

"Kami memiliki workshop di Ciawi dan proses perakitan TeleCTG di Cikarang di pabrik bersama. Saat ini, kami perangkat TeleCTG kami dapat dikatakan sudah mempunyai kandungan lokal sekitar 60 hingga 70 persen," ujarnya menjelaskan.

Rencananya, workshop di Ciawi akan dikembangan menjadi lebih luas dan dapat menjadi pusat riset pengembangan Sehati TeleCTG. "Harapannya dengan pengembangan tersebut, kami dapat lebih berdikari," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekilas Soal TeleCTG

Sebagai informasi, TeleCTG berguna untuk memantau denyut jantung dan gerakan janin, serta kontraksi rahim saat bayi dalam kandungan.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memonitor adanya gangguan pada bayi atau melihat kesejahteraan janin dalam rahim ibu hamil, kapan saja dan di mana saja, serta membantu memberi peringatan pada dokter dan bidan sehingga dapat memberikan penanganan segera.

"Sebenarnya fungsi TeleCTG kami sama seperti alat konvesional, tapi dari sisi harga dibuat jauh lebih murah dan penggunaannya pun lebih ringkas, sehingga dapat membantu petugas kesehatan dan ibu hamil di daerah terpencil," tutur CTO Sehati TeleCTG Dony Sasmita.

Penggunaan alat ini pun disebut sangat mudah. Jadi, saat alat dipakai oleh ibu hamil, bidan dapat mencatat hasilnya dan mengirimkannya ke pusat konsultasi.

"Data tersebut sudah dikompres, sehingga ukurannya sangat kecil dan dapat dikirimkan dengan cepat. Saat ini, untuk pusat konsultasi kami sudah bekerja sama dengan IMERI FKUI dan UNAIR," ujarnya menjelaskan.

Setelah itu, dokter di pusat konsultasi akan menganalisa data dan memberikan rekomendasi. Lalu, bidan akan menerima rekomendasi dan menyampaikannya ke ibu hamil.

"Proses berkirimnya data ini seluruhnya melalui aplikasi Sehati di smartphone. Sebab, kami melihat penggunaan smartphone di daerah terpencil cukup banyak, sehingga lebih mudah bagi mereka," ujarnya.

Kendati demikian, TeleCTG tidak diperuntukkan untuk penggunaan pribadi. Menurut Dony, penggunaan alat ini masih harus dilakukan oleh petugas kesehatan, merujuk pada aturan yang ada di Indonesia. 

(Dam/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.