Sukses

Batu Meteor Berbentuk Hati Dilelang Senilai Rp 7 Miliar

Batu meteor ini dilelang di museum Christie's Science and Natural History seharga US$ 500.000 atau setara dengan Rp 7 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Batu meteor berbentuk hati yang jatuh di Rusia pada 1947 silam, akhirnya dilelang untuk umum.

Batu meteor ini dilelang di museum Christie's Science and Natural History seharga US$ 500.000 atau setara dengan Rp 7 miliar.

Menurut informasi yang dilansir laman Geek, Jumat (1/2/2019), batu meteor tersebut berasal dari objek asteroid yang jatuh ke orbit Bumi sekitar 320 juta tahun lalu--70 juta tahun sebelum dinosaurus pertama muncul di Bumi.

Meteor ini menghampiri Bumi, tepatnya pada 12 Februari 1947. Ia mulai hancur saat melewati atmosfer dan jatuh di wilayah gunung Sikhote-Alin di Siberia.

James Hyslop, astronom Christie's Science and Natural History, mengungkap kalau meteor ini melaju dalam kecepatan 9 mil per detik.

Massa asteroid mulai rusak saat menghantam atmosfer dan menabrak pohon, sehingga terjatuh dan menyisakan bola-bola api di udara.

"Batu meteor secara tipikal memiliki bentuk bulat dan halus, tidak seperti ini, saat ia jatuh dan ditemukan bentuknya memang seperti hati," ujar Hyslop.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Meteor Jadi Faktor Terbentuknya Kehidupan di Bumi?

Teori mengenai asal-usul kehidupan di Bumi masih menjadi tanda tanya, mengingat sampai saat ini belum ada satu gagasan utuh yang menjawab pertanyaan cara kehidupan berkembang di planet ini.

Karenanya, tak heran apabila ada sejumlah teori yang berkembang mengenai asal-usul kehidupan di planet Bumi. Salah satunya adalah kemungkinan kehidupan di planet ini ternyata berasal dari luar angkasa.

Dikutip dari Engadget, Kamis (5/10/2017), sekelompok ilmuwan dari McMaster University dan Max Planck Institute for Astronomy baru saja mengemukakan teori yang menyebut kehidupan di Bumi berawal dari meteor. Para peneliti memakai metode kuantitatif dalam riset ini.

Mereka mengambil data tentang Bumi lalu dimasukkan dalam sebuah model matematika yang sudah dibuat sebelumnya. Berdasarkan perhitungan tersebut para peneliti lalu mengambil kesimpulan.

Menurut para peneliti, kehidupan di planet ini berasal dari molekul organik yang terbawa meteorit dan jatuh di permukaan Bumi. Beberapa di antara molekul itu lantas terjatuh di daerah dengan air hangat yang memungkinkan berkembang.

Hasil perhitungan ini turut mendukung teori bahwa polimer RNA terbentuk di kolam air yang hangat. Meteorit sendiri berkontribusi mengirimkan banyak molekul organik yang membuat RNA mereplikasi diri setidaknya dalam satu kolam.

3 dari 3 halaman

Lebih Awal dari Perkiraan

Perhitungan ini juga menemukan bahwa kehidupan di Bumi kemungkinan ada lebih awal dari perkiraan saat ini. Proses pertumbuhan kehidupan diprediksi muncul beberapa ratus juta tahun setelah planet ini mendingin dan memungkinkan permukaannya ditutup air.

Model kuantitatif semacam ini penting karena menjadi yang pertama kali dilakukan. Sebab, melibatkan semua variabel termasuk dari data kimia, biologis, termasuk geologis.

"Karena banyaknya masukan dari beberapa bidang, hal yang luar biasa bisa menyatukan itu semuanya," ujar Ralph Pudritz salah seorang peneliti.

Sekadar informasi, riset yang menyebut kehidupan di Bumi berasal di luar angkasa sebenarnya bukan kali pertama diungkapkan.

Sebelumnya, Dr Haruna Sugahara dari Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology di Yokohama menyebut komet menjadi pendorong kehidupan di Bumi. Komet yang bertubrukan dengan Bumi disebut kunci terbentuknya protein sebagai pangkal kehidupan.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.