Sukses

Teleskop Pemburu Planet Milik NASA Resmi Pensiun

Kepler sendiri sudah mengorbit Matahari dalam jarak 94 juta mil dari Bumi. Sebetulnya, sistem mesin teleskop sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan sejak 2013.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sembilan tahun menetap di luar angkasa, teleskop pemburu planet asing (exoplanet) milik NASA, Kepler, akhirnya resmi berhenti beroperasi.

Dilansir Business Insider pada Kamis (1/11/2018), NASA mengungkap alasan utama berhentinya Kepler secara permanen disebabkan oleh bahan bakar yang sudah habis.

Mustahil bagi mereka untuk mengisi ulang bahan bakar teleskop tersebut, karena ia sudah melayang di ruang hampa udara yang jaraknya terhitung sangat jauh dari Bumi.

"Ini adalah peristiwa yang menyedihkan. Namun, kami sangat senang dengan performa mesin menakjubkan dari teleskop ini," ujar engineer sistem Kepler NASA Charlie Sobeck.

Sobeck juga mengakui selama sembilan tahun terakhir, Kepler telah mencapai target dua kali lipat dari yang diperkirakan oleh NASA.

Kepler sendiri sudah mengorbit Matahari dalam jarak 94 juta mil dari Bumi. Sebetulnya, sistem mesin teleskop sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan sejak 2013.

Namun, para engineer NASA tetap bersikukuh untuk terus mengoperasikannya.

Semasa misi berlangsung, Kepler sejauh ini sudah menemukan 2.681 exoplanet dan 2.899 kandidat lain berupa objek luar angkasa. Kalau ditotal, ada sekitar lebih dari 5.000 objek yang sudah ditemukan Kepler.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hadir Sejak 2009

Untuk diketahui, NASA menghadirkan Kepler pada 2009 lalu. Tujuannya untuk mencari frekuensi dan eksistensi dari exoplanet yang ada di galaksi kita.

Tak sedikit para ilmuwan menggunakan Kepler untuk berburu exoplanet di luar galaksi Bima Sakti.

Teleskop terbang yang kini berjarak 94 juta mil dari Bumi itu juga telah memegang andil penting dengan memindai sejumlah wilayah exoplanet. Hingga kini, sudah ada sekitar 2.650 exoplanet yang ditemukan Kepler. 

NASA sendiri berencana akan mengirim Kepler kembali ke orbit Bumi pada Agustus 2018. Saat kembali, antena teleskop itu akan mengarah ke Bumi dan mentransfer data exoplanet yang sudah ditemukan.

3 dari 3 halaman

Ada 121 Planet Raksasa yang Memiliki Bulan, Apa Layak Huni?

Terlepas dari kabar Kepler yang bakal pensiun, peneliti baru saja menemukan lebih dari 100 planet raksasa di luar angkasa. Tercatat, ada 121 planet super besar yang ditemukan dan semuanya diyakini memiliki Bulan yang dapat mendukung kehidupan.

Seperti dilansir Phys, Jumat (22/6/2018), penemuan bersejarah ini dipublikasikan dalam sebuah paper The Astrophysical Jornal.

Adapun tim peneliti berasal dari University of California, Riverside, dan University of Southern Queensland.

Para peneliti berpendapat, penemuan planet mendorong rencana mereka untuk menciptakan teleskop masa depan yang bisa mendeteksi bulan yang berpotensi bisa dihuni.

Penelitian ini juga didukung oleh teleskop milik NASA, Kepler, yang diluncurkan sejak 2009. Kepler juga bertugas untuk mencari planet asing alias exoplanet yang layak huni.

Pada pertengahan 2017, Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut juga sempat menemukan 219 exoplanet, yang mana 10 di antaranya memiliki karakteristik mirip dengan Bumi.

Dilansir New Scientist, Kepler menemukan exoplanet ini dengan memantau pergerakan bintang-bintang yang mengelilinginya. 

Seiring planet bergerak di antara bintang, cahayanya akan berpendar. Dari sinilah, Kepler dapat mendeteksi tanda-tanda sebuah exoplanet baru.

Dengan ditemukannya 219 exoplanet baru, jumlah exoplanet yang sudah diburu NASA kini bertambah menjadi 4.034.

Walau demikian, NASA tidak bisa menyingkap apakah semua exoplanet yang diburu benar-benar memiliki karakteristik yang sama dengan Bumi atau tidak.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.