Sukses

Mau Investasi Uang Kripto? Dengar Dulu Wejangan Miliarder Ini

Investor Warren Buffett menganggap membeli uang kripto bukanlah investasi, melainkan lebih mirip perjudian.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi kamu yang diajak teman untuk investasi uang kripto, mungkin ada baiknya kamu berpikir ulang, sebab Warren Buffett kembali memperingatkan "bahaya" mata uang kripto seperti Bitcoin.

Kali ini, pria 87 tahun yang berjuluk 'Penyihir dari Omaha' itu menyebut membeli uang kripto seperti Bitcoin bukanlah investasi, melainkan tindakan spekulatif atau untung-untungan semata.

Secara implisit, Buffett pun menyarankan untuk membeli rumah atau peternakan saja bila ingin berinvestasi, karena hasilnya lebih jelas.

"Bila kamu membeli sebuah peternakan, sebuah rumah apartemen, atau sebuah interest dalam bisnis, kamu bisa melakukannya secara pribadi. Dan itu adalah investasi yang benar-benar sempurna. Kamu bisa melihat sendiri bagaimana investasi itu membuatmu untung," ucap Buffett seperti yang dikutip dari Yahoo!, Rabu (2/4/2018).

Jika menurut Buffett investasi berbentuk rumah dan peternakan adalah nyata, lain halnya dengan uang kripto.

"Sekarang bila kamu beli sesuatu seperti bitcoin atau mata uang kripto, maka kamu tidak memiliki apapun yang bisa menghasilkan. Kamu hanya berharap orang lain mau membayar lebih," ujarnya.

Selain menyebut membeli uang kripto adalah tindakan spekulatif, ia pun menyebut membeli Bitcoin lebih mirip seperti berjudi, dan bukan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Facebook dan Google Larang Iklan Bitcoin

Khawatir dengan kegamangan masa depan uang kripto, Google memutuskan untuk mencekal iklan uang kripto di platform-nya. Sebelumnya, Facebook juga sempat melakukan langkah serupa.

Dikutip dari Tech Crunch, raksasa teknologi asal Negeri Paman Sam tersebut turut melakukan pencekalan terhadap iklan-iklan opsi biner atau produk sejenisnya, dan juga mata uang digital serta konten-konten yang masih berkaitan dengan itu, seperti initial coin offerings dan dompet mata uang kripto mulai dari bitcoin dan kawan-kawannya

"Kami tidak memiliki 'bola kristal' (bisa meramal) untuk mengetahui masa depan dari uang kripto," kata Scott Spencer, eksekutif iklan Google, kepada CNBC.

Karenanya, Google menilai sudah cukup banyak bahaya yang terjadi dan dialami konsumen karena tergiur uang digital.

"Kami sudah cukup melihat kerugian konsumen atau potensi kerugian konsumen. Oleh sebab itu, kami berikan peringatan ekstrim pada area ini," lanjut Spencer.

3 dari 3 halaman

Negara Ini Malah Ingin Menjadi Pusat Uang Kripto

Meski tidak ada nama warga Malta yang masuk ke daftar pemilik uang kripto terkaya, tapi negara terkecil di Uni Eropa akan dijadikan sebagai pusat mata uang kripto di dunia.

Dilansir Bloomberg, tidak seperti negara-negara lain yang belum punya kejelasan tentang regulasi mata uang kripto, Malta akan menjadikan hukum mereka bersahabat untuk pemilik mata uang kripto.

Joseph Muscat, Perdana Menteri Malta, optimistis terkait rencana ini. Ia pun menyebut uang kripto sebagai uang masa depan, serta percaya akan terciptanya aktivitas ekonomi yang signifikan di Malta.

Bloomberg mencatat selama ini negara-negara Asia masih mendominasi bisnis mata uang kripto, sebut saja Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong.

Namun, meskipun bisnis uang kripto di Asia terbilang menggairahkan, tetapi pihak pemerintah belum sepenuhnya bersinergi dengan bisnis tersebut.

Pemerintah telah Tiongkok melarang Bitcoin dan mata uang kripto, Korea Selatan pun belum memiliki kejelasan tentang mata uang kripto sehingga membuat investor waswas.

Jepang yang didaulat sebagai negara yang ramah pada uang kripto malah tersandung masalah akibat oknum jahat yang melakukan penipuan dengan uang kripto.

Ketidakpastian regulasi di negara-negara Asia akan menarik para investor ke Malta, dan menggeser dominasi pusat uang kripto dari negara Asia ke negara barat. 

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.