Sukses

Tips Sehat Makan Gorengan Saat Buka Puasa, Perhatikan Caranya

Lail menyarankan ada baiknya mengkonsumsi sayuran dan buah yang berserat tinggi. Agar dapat menghambat penyerapan lemak.

Liputan6.com, Surabaya - Ahli Gizi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Lailatul Muniroh mengingatkan cara mengkonsumsi gorengan yang aman dan sehat saat berbuka puasa.

Menurutnya makanan tersebut perlu diperhatikan rentang waktu dan jumlah konsumsinya. Lantaran hal yang dibutuhkan tubuh saat berbuka puasa adalah minuman untuk menghidrasi dan karbohidrat sederhana untuk meningkatkan kadar glukosa tubuh.

“Gorengan dapat dikonsumsi setelahnya, dalam jumlah tidak berlebihan, cukup satu sampai dua saja, dan itupun tidak setiap hari,” ujarnya ditulis Jumat (15/4/2022).

Lail menyarankan ada baiknya mengkonsumsi sayuran dan buah yang berserat tinggi. Agar dapat menghambat penyerapan lemak.

Apalagi pada gorengan yang bertepung, sambungnya, karena tepung bersifat menyerap minyak. Artinya cenderung mengandung banyak lemak.

Di samping itu kebutuhan lemak pada tubuh lebih banyak dibandingkan protein. “Sekitar 20-30 persen dari total kalori kebutuhan kita berasal dari lemak,” ungkapnya.

Namun, yang dibutuhkan oleh tubuh adalah lemak yang baik. Misalnya yang berasal dari omega 3 dan omega 6. Lail pun menyebut beberapa contoh makanan yang mengandung lemak baik.

“Seperti halnya ikan salmon, tuna, alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, telur, keju, dan yoghurt. Selama dikonsumsi sesuai kebutuhan, maka akan berdampak baik untuk kesehatan,” imbuhnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bahayakan Kesehatan

Selanjutnya, dosen yang hobi kuliner itu juga menegaskan jika terlalu sering mengkonsumsi gorengan dapat membahayakan kesehatan. Terlebih jika kualitas minyaknya sudah terpakai berulang kali sehingga warnanya coklat kehitaman.

Pada prosesnya pemakaian minyak yang berulang atau minyak jelantah. Lemaknya akan berubah menjadi lemak trans dari lemak jenuh. Proses tersebut mengubah struktur kimia lemak, sehingga lebih sulit dicerna.

“Minyak juga mengalami oksidasi dan membentuk radikal bebas yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus tipe dua, serta obesitas,” paparnya.

Selanjutnya, Kepala Program Studi Gizi Unair itu juga menyarankan untuk makanan yang digoreng sebaiknya tidak terlalu sering dan dibatasi porsinya. “Minyak yang digunakan sebaiknya minyak yang baru, setidaknya baru digunakan satu kali untuk menggoreng,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.