Sukses

Review Film Eternals: Produk Marvel Yang Bikin Pangling, Syahdu Lembut Tapi Sensor Mengganggu

Eternals viral karena penilaian terhadap film ini terpecah jadi dua kubu. Penonton menyukai, kritikus mencaci. Seperti apa?

Liputan6.com, Jakarta Eternals viral di medsos karena penilaian terhadap karya Chloe Zhao ini terpecah jadi dua kubu. Para kritikus lewat situs Rotten Tomatoes memberi tingkat kesegaran hanya 49 persen, sementara penonton awam 80 persen.

Situs pengulas film, CinemaScore pun tumben pelit nilai. Eternals hanya beroleh nilai B. Walhasil, Eternals menjadi film rilisan Marvel dengan skor terendah sepanjang sejarah.

Ini jelas jadi aib besar bagi Chloe Zhao yang awal tahun ini meraih Piala Oscar Sutradara Terbaik lewat Nomadland. Tiba di Indonesia pekan ini, publik penasaran, seburuk itukah Eternals? Ataukah ia hanya jadi korban kritikus julid? Berikut resensi film Eternals.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

5.000 Tahun Sebelum Masehi

Eternals adalah kelompok pahlawan super yang mula-mula. Diperkuat 10 orang dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing, mereka eksis sejak 5.000 tahun sebelum masehi. Ajak (Salma Hayek) memimpin Sersi (Gemma Chan), Ikaris (Richard Madden), dan Kingo (Kumail Nanjiani).

Selain itu ada Sprite (Lia McHugh), Phastos (Brian Tyree Henry), Makkari (Lauren Ridloff), Druig (Barry Keoghan), Gilgamesh (Don Lee), dan Thena (Angelina Jolie). Mereka ditugasi Arishem (David Kaye) mengawal lahirnya Celestial Ciamut di banyak planet lintas galaksi termasuk Bumi.

Namun Bumi tak seperti planet lain. Ia dihuni manusia dengan ragam karakter dan emosi. Perbedaan ini keindahan tersendiri. Konsekuensi lahirnya Ciamut dari inti planet, hancurnya peradaban lalu terciptalah semesta baru. Ajak tak rela umat manusia musnah demi lahirnya Ciamut.

Barulah ia sadar, misi Eternals selama ini bukan menyelamatkan tapi menghancurkan. Ajak lantas mencoba membalik misi berdarah ini. Apalagi setelah ia tahu, lima tahun lalu Thanos menghilangkan setengah populasi manusia dan itu mengubah wajah dunia untuk selamanya.

 

3 dari 7 halaman

Enggak Jelek-jelek Amat

Usai menyaksikan Eternals, kami menyimpulkan film ini sebenarnya enggak jelek-jelek amat. Beberapa menyebut Chloe Zhao sedikit terpapar gaya penyutradaraan sineas Terrence Malick dan sejujurnya ini membuat kami khawatir. Mengingat, penuturan Malick lamban cenderung menyiksa awam.

Bisa jadi, yang dimaksud terpapar karena Zhao menampilkan gambar serbaindah. Percakapan dua insan dengan latar paparan sinar matahari, lanskap pohon yang meranggas dilatari langit keemasan, pose para Eternals yang kelewat tertata bahkan setelah menyelesaikan misi bahaya.

4 dari 7 halaman

Terlalu Elok?

Untuk ukuran produk Marvel, Eternals terlalu elok. Belum lagi, gaya penuturan syahdu juga lembut. Berganti tempat, Chloe menjelaskan dengan detail dari penokohan, prosesi yang dijalani satu-dua tokoh, bila perlu mengilas balik.

Sementara kebanyakan film Marvel menjelaskan penokohan dengan teknik bergegas “sambil jalan.” Yang dilakukan Chloe Zhao mungkin mengkhianati pakem tak tertulis. Hasilnya, tiap tokoh di Eternals tampak lebih utuh, bernyawa, dan sejernih kristal.

Namun kadang, detail-detail yang dihadirkan tak sepenuhnya penting. Bisa diperingkas. Nah, di sinilah mungkin keluhan rada membosankan berasal. Durasi 157 menit lalu dinilai kepanjangan. Adegan aksi khas Marvel yang grande dengan selera humor yang berkelebatan absen di sini.

 

5 dari 7 halaman

Bikin Pangling

Termasuk saat Thena hendak melawak soal pidato untuk membangkitkan sisi kepahlawanan Sersi, gagal lucu. Menguap begitu saja. Citra yang terbentuk dari Eternals, puitis, syahdu, serius, lembut, dan seolah produk Marvel ini ganti roh serta kemasan.

Padahal, menurut kami tak ada salahnya dengan pola penuturan dan pengemasan Chloe Zhao di Eternals. Bikin pangling di awal, namun setelah menyelami kisahnya dengan utuh, film ini menarik sekaligus mengena.

Ia membawa pesan penting bahwa tak harus punya alasan khusus untuk menyelamatkan sesama makhluk. Naluri dasar manusia adalah menyelamatkan apa yang mereka cintai. Sampai di sini, terjadi titik balik cerita.

 

6 dari 7 halaman

Ditanggapi Beragam

Eternals yang adem ayem lalu bergulir lebih cepat. Meski klimaksnya tak seseru yang diharapkan banyak orang namun bagi kami, kisah yang dibawa Chloe Zhao lebih dari cukup. Eternals tidak buruk.

Keputusan Chloe Zhao dalam mengemas kisah ini memang ditanggapi beragam, namun hasil akhirnya bagi kami masih bisa dipertanggungjawabkan atas nama seni dan pengalaman sinematik.

Semua pemain tampil keren, kecuali maaf Kumail Nanjiani yang agak mengganggu. Karismanya tidak cukup untuk menjadi insan narsistik.

7 dari 7 halaman

Dua Adegan Tambahan

 

Gemma Chan tampaknya masih hijau untuk menjadi lead bersanding dengan Angelina Jolie yang sejak awal telah mencuri perhatian. Richard Madden juga punya sesuatu dari dalam yang membuat Ikaris mudah dicintai sekaligus disesali.

Belum lagi dua adegan tambahan yang menyertai di akhir kisah, penting semua. Jadi, jangan buru-buru beranjak dari kursi. Satu hal yang paling mengganggu selama menyaksikan Eternals, apalagi kalau bukan sensornya. Barbar banget.

 

 

Pemain: Gemma Chan, Richard Madden, Kumail Nanjiani, Lia McHugh, Lauren Ridloff, Brian Tyree Henry, Don Lee, Barry Keoghan, Salma Hayek, Angelina Jolie, Kit Harington

Produser: Kevin Feige, Nate Moore

Sutradara: Chloe Zhao

Penulis: Patrick Burleigh, Chloe Zhao, Ryan Firpo, Kaz Firpo

Produksi: Marvel Studios, Walt Disney Studios

Durasi: 2 jam, 37 menit

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.