Liputan6.com, Jakarta PT Astra International Tbk terus memperkuat langkah ekspansinya di sektor layanan kesehatan. Melalui dua entitas yang telah diakuisisi, yakni Halodoc dan Heartology Cardiovascular Hospital, Astra mulai mencatat pertumbuhan positif meski kontribusinya terhadap kinerja keuangan grup masih dalam tahap awal.
Direktur Astra International, Gidion Hasan mengungkapkan Halodoc mengalami pertumbuhan pendapatan yang cukup signifikan dalam periode setahun terakhir.
Baca Juga
“Kalau Halodoc boleh dikatakan kalau saya bandingkan antara kuartal terhadap kuartal pertama tahun 2024 yang lalu, terjadi peningkatan secara revenue itu kurang lebih 50% year on year,” ujar Gidion dalam konferensi pers, Kamis (8/5/2025).
Advertisement
Sementara itu, untuk Heartology, rumah sakit spesialis jantung yang diakuisisi Astra pada Oktober 2024, juga menunjukkan peningkatan trafik dan pendapatan pasca akuisisi.
“Kalau saya bandingkan monthly revenue before dan after acquisition, itu kurang lebih terjadi peningkatan traffic sekitar 50% dibandingkan sebelum acquisition,” jelasnya.
Lebih lanjut, Gidion menegaskan Astra membangun rencana jangka panjang melalui pengembangan ekosistem layanan kesehatan yang terintegrasi, baik daring maupun luring, demi menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Kami ingin membangun satu ekosistem yang komprehensif ya, baik itu online maupun offline. Dan kalau bisa ekosistem ini akan melayani seluruh kelas di masyarakat dalam hal kesehatan,” ujar Gidion.
Gidion menambahkan, Astra percaya potensi sektor kesehatan di Indonesia masih sangat besar, terutama Indonesia memiliki populasi yang besar dan terus bertumbuh baik dari segi jumlah penduduk. Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat tentang kesehatan terus meningkat.
Realisasi Belanja Modal Astra Capai Rp4,5 Triliun pada Kuartal I 2025
Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro, mengungkapkan perusahaan menetapkan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) konsolidasi sebesar Rp28 triliun pada 2025. Hingga kuartal pertama tahun ini, realisasi mencapai Rp4,5 triliun.
Namun, seiring dinamika ekonomi global dan nasional yang tengah berlangsung, proyeksi Capex Astra untuk tahun masih bisa berubah sesuai dengan kondisi.
“Apakah Capex Rp28 triliun ini masih akan menjadi pegangan? Mungkin, paling tidak per hari ini kita melihat akan turun Rp25 triliun dan bisa saja lebih turun lagi, kita sesuaikan dengan situasi yang ada,” ujar Djony dalam konferensi pers, Kamis (8/5/2025).
Penyesuaian ini, menurut Djony, juga mempertimbangkan kecenderungan pelemahan daya beli masyarakat dan ketidakpastian ekonomi global yang turut memengaruhi kehati-hatian perusahaan dalam merealisasikan investasi.
Advertisement
Fokus Capex
Meskipun begitu, Djony menegaskan fokus alokasi Capex tetap diarahkan pada sektor-sektor inti Astra seperti otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, dan properti.
“Bisnis inti ini tentunya menjadi perhatian kita, karena itulah yang men-generate profit yang lebih stabil, walaupun di tengah situasi yang kurang produksi,” jelasnya.
Selain memperkuat bisnis yang sudah ada, Astra juga membuka peluang untuk investasi di sektor-sektor baru yang dinilai potensial untuk pertumbuhan jangka panjang dan memiliki keterkaitan dengan bisnis utama perusahaan.
“Prioritasnya adalah investasi terhadap peluang-peluang bisnis yang tentunya ada keterkaitan keras dengan bisnis inti kita, sehingga pada akhirnya juga bisa memperkuat bisnis inti itu sendiri untuk menegaskan posisi kita di pasar,” pungkas Djony.