Sukses

Starlink Milik SpaceX Diprediksi IPO pada 2027

Sebelumnya pimpinan perusahaan, termasuk Elon Musk, telah membahas pemisahan Starlink untuk membawanya ke publik melalui penawaran umum perdana

Liputan6.com, Jakarta - Investor sekaligus miliarder Ron Baron mengatakan memperkirakan SpaceX akan melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) layanan internet satelit Starlink pada 2027 atau lebih.

Baron sendiri adalah pendukung utama perusahaan Elon Musk. Tesla dan SpaceX menempati peringkat dua kepemilikan terbesar Baron Capital. Awal bulan ini, Baron mengatakan kepada MarketWatch kepemilikan saham SpaceX oleh perusahaan eponymous-nya saat ini bernilai sekitar USD 1,7 miliar atau setara Rp 26,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.694 per dolar AS). Ia menyampaikan kepada CNBC pada Jumat, 10 November 2023 

"Kami memperkirakan saat mereka go public dengan SpaceX, dengan Starlink. pada 2027 atau lebih, dalam empat tahun, perusahaan tersebut akan bernilai USD 250 miliar atau setara 3.923 triliun hingga USD 300 miliar atau setara Rp 4.708 triliun,” kata Baron, dikutip dari CNBC, Sabtu (11/11/2023).

Sebelumnya pimpinan perusahaan, termasuk Musk, telah membahas pemisahan Starlink untuk membawanya ke publik melalui penawaran umum perdana setelah bisnis dalam situasi berjalan lancar.

Namun waktu IPO Starlink masih belum pasti. Tahun lalu, Musk mengatakan kepada para karyawannya hal tersebut tidak mungkin terjadi pada 2025 atau setelahnya. 

Awal bulan ini, Musk mengumumkan Starlink mencapai arus kas impas, meskipun dia tidak merinci apakah pencapaian tersebut dicapai berdasarkan operasi atau untuk jangka waktu tertentu. 

SpaceX telah meluncurkan lebih dari 5.000 satelit Starlink hingga saat ini dan mengatakan layanan tersebut memiliki lebih dari dua juta pelanggan. Valuasi SpaceX telah melonjak menjadi sekitar USD 150 miliar atau setara Rp 2.354 triliun, dengan Starlink dipandang sebagai pendorong ekonomi utama untuk mencapai tujuan perusahaan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Amazon Luncurkan Satelit Internet Pertamanya ke Luar Angkasa Buat Saingi Starlink

Sebelumnya diberitakan, satelit internet uji coba pertama milik Amazon sukses meluncur ke luar angkasa pada hari Jumat waktu setempat.

Dua satelit internet dalam Project Kuiper ini diluncurkan dengan roket Atlas V milik United Launch Alliance ke orbit rendah Bumi, dalam misi bernama Protoflight.

Misi ini lepas landas pada pukul 14.06 ET dari Cape Canaveral Space Force Station di Florida, Amerika Serikat.

Project Kuiper merupakan proyek satelit internet mirip Starlink dari Amazon. Sebelumnya, mereka sempat merencanakan peluncuran prototipe pada akhir tahun lalu.

Vice President of Technology Project Kuiper, Rajeev Badyal, mengatakan mereka optimistis terhadap desain satelitnya, meski tetap harus melakukan pengujian di orbit.

"Kami telah melakukan pengujian ekstensif di laboratorium kami dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap desain satelit kami, namun tidak ada yang bisa menggantikan pengujian di orbit," ujarnya.

"Ini adalah pertama kalinya Amazon meluncurkan satelit ke luar angkasa, dan kami akan belajar banyak hal terlepas dari bagaimana misi tersebut dijalankan," kata Badyal, mengutip Engadget, Senin (9/10/2023).

Amazon mengatakan, tujuan dari Project Kuiper adalah untuk menawarkan layanan broadband yang cepat dan terjangkau, bagi komunitas yang belum terlayani dan kurang terlayani di seluruh dunia.

Direncanakan, lebih dari 3.200 satelit akan tersebar selama enam tahun ke depan, setelah memperoleh persetujuan regulator FCC, dan prototipe KuiperSat-1 dan KuiperSat-2 sebagai iterasi pertama.

 

3 dari 4 halaman

Berencana Tawarkan Layanan Akhir 2024

Diperkirakan, Amazon akan meluncurkan satelit produksinya pada paruh pertama tahun 2024, dengan pengujian beta dimulai ke beberapa pelanggan pada akhir tahun depan.

Dikutip dari AP News, Amazon berencana untuk menawarkan layanan di akhir tahun 2024 mendatang.

Peluncuran ini tentu jadi langkah besar Amazon, di mana pendirinya Jeff Bezos, juga punya perusahaan antariksa Blue Origin, apabila ingin mengejar ketertinggalan dari pesaingnya SpaceX milik Elon Musk.

SpaceX menerbangkan satelit Starlink uji coba pertamanya pada tahun 2018 dan satelit operasional pertama pada tahun 2019.

Sejak saat itu, SpaceX telah meluncurkan lebih dari 5.000 Starlink dari Florida dan California, menggunakan roket Falcon miliknya sendiri.

Amazon awalnya akan meluncurkan satelit pada peluncuran perdana roket Vulcan ULA. Namun, Vulcan mengalami masalah hingga setidaknya akhir tahun ini, jadi mereka beralih ke Atlas V yang sudah lama ada.

Saat melisensikan program tersebut, Federal Communication Commission (FCC) menetapkan setidaknya setengah dari satelit yang direncanakan akan beroperasi pada tahun 2026, dan seluruhnya pada 2029.

 

4 dari 4 halaman

AS Denda Perusahaan yang Nyampah di Luar Angkasa

Di sisi lain, Pemerintah Amerika Serikat menerapkan sanksi denda untuk pertama kalinya ke perusahaan swasta yang meninggalkan sampah antariksa di orbit. 

Sanksi denda itu dijatuhkan oleh agensi Federal Communications Commission (FCC) kepada perusahaan bernama Dish Network. Adapun jumlah denda yang dibebankan ke Dish Network sebesar USD 150.000 atau setara Rp 2,3 miliar. 

Mengutip Gizchina, Kamis (5/10/2023), denda tersebut diterapkan karena Dish Network gagal membuang salah satu satelitnya dengan benar. Dengan begitu melanggar aturan anti-sampah ruang angksa yang diterapkan FCC. 

Menurut FCC, satelit yang gagal seperti milik Dish Network juga meningkatkan risiko kerusakan pada sistem satelit. Satelit gagal ini bisa mengganggu sistem komunikasi terestrial di darat dan meningkatkan risiko kerusakan pada sistem komunikasi.

Direktur Biro Penegakan FCC Loyaan A. Egal dalam siaran persnya mengatakan, denda merupakan bentuk penyelesaian inovatif. 

"Ini adalah penyelesaian inovatif yang dengan jelas menunjukkan bahwa FCC memiliki otoritas penegakan hukum yang kuat dan kemampuan untuk menegakkan peraturan sampah ruang angkasa yang sangat penting," kata Loyaan. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini