Sukses

Koreksi Harga Batu Bara Jadi Angin Segar Emiten Semen

Harga batu bara yang koreksi menjadi angin segar untuk emiten semen. Melihat kondisi itu, Mirae Asset Sekuritas pun melihat prospek positif untuk emiten semen.

Liputan6.com, Jakarta - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat prospek emiten semen masih cerah ke depan. Ini mengingat, harga batu bara yang cenderung terkoreksi.

Selain itu, kompetisi juga mulai kondusif usai rampungnya akuisisi yang dilakukan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) terhadap unit usahanya PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB).

Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Emma Almira Fauni mengatakan, masih ada dua faktor lainnya yang mendorong industri semen lebih baik dari tahun lalu, yakni utilisasi kapasitas mungkin telah mencapai titik terendah dan potensi penurunan suku bunga untuk mendorong permintaan terhadap semen.

"Tapi yang perlu diantisipasi misalnya pertumbuhan ekonomi yang lebih buruk akan terdampak pada permintaan semen," kata Emma dalam Media Day, Kamis (8/6/2023).

Emma memprediksi akan adanya pertumbuhan di industri semen pada 2023 dibandingkan tahun lalu. Meski masih terjadi oversupply akibat banyaknya pemain baru di industri tersebut, Emma melihat kondisi ini akan menjadi lebih baik ke depannya.

Menurut ia, pendapatan akan bertumbuh karena terdapat penurunan dari sisi biaya. Sejalan dengan normalisasi harga batu bara saat ini.

Di samping itu, perusahaan semen di Indonesia seperti SMGR maupun PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) telah berupaya menerapkan cara produksi yang ramah lingkungan seiring memenuhi prinsip environmental, social and governance (ESG).

Dengan demikian, ia melihat akan ada pertumbuhan kinerja dari emiten produsen semen. Sehingga, saham SMGR dan INTP dinilai prospektif di masa mendatang. 

Bagi para investor, Emma merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 8.500 per saham dan INTP dengan target harga Rp 14.000 per saham.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mirae Asset Sekuritas Bakal Revisi Prediksi IHSG 2023 Jadi 7.500, Ini Alasannya

Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia berencana melakukan revisi proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun ini yang awalnya di level 7.880 menjadi sekitar 7.000-7.500. 

Senior Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Yanuar Hardy menjelaskan, pihaknya bakal melakukan revisi proyeksi IHSG pada 2023. 

Hal itu disebabkan dengan adanya perlambatan ekonomi AS dan potensi resesi pada akhir tahun ini yang membuat volatilitas pasar cenderung ke arah menurun dalam jangka pendek. 

"Kita mungkin ada sedikit revisi nanti abis lebaran, revisi kemungkinan sedikit ke bawah, gak begitu banyak hanya menyesuaikan laporan keuangan kemarin. Masih di atas 7.000, sekitar 7.500," kata Robertus saat ditemui di Kantor Mirae Asset, dikutip Jumat (14/4/2023).

Di sisi lain, ia mengatakan, sektor teknologi pun masih belum mampu untuk mendorong pertumbuhan IHSG. Ini mengingat sektor teknologi masih dibayangi oleh sentimen suku bunga the Fed. 

Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih baik daripada bursa global.

Senior Investment Information Mirae Asset, Martha Christina menuturkan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi IHSG, antara lain data ekonomi domestik dan global, kebijakan moneter bank sentral, pergerakan nilai tukar rupiah, dan pergerakan harga komoditas.

Dengan demikian, ia memperkirakan IHSG bergerak di kisaran terbatas dengan support di level 6.739 dan resistance di level 7.084 pada Januari 2023.

"Ekspektasi IHSG untuk 2023 di level 7.880. Ekspektasi pertumbuhan perusahaan sebesar 7,6 persen," kata Senior Investment Information Mirae Asset, Martha Christina dalam Media Day Mirae Asset Sekuritas, Selasa (10/1/2022).

Martha mengatakan, pelemahan IHSG juga didorong aksi jual asing pada Desember yang tercatat sebesar Rp 19,5 triliun, setelah aksi jual senilai Rp 1,7 triliun pada bulan sebelumnya.

Sepanjang 2022, aksi beli tercatat sebesar Rp 44,5 triliun, setelah sempat menyentuh Rp 70 triliun pada pertengahan September. Nilai tukar Rupiah juga melemah ke level sekitar Rp 15.700 sejak awal Desember, yang merupakan level terendah sejak April 2020.

Ia menambahkan, saham yang paling banyak dilepas asing pada Desember, antara lain saham BBCA, TLKM, dan BMRI.

 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Penutupan IHSG pada 7 Juni 2023

 Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan saham, Rabu, 7 Juni 2023. IHSG menghijau tersebut terjadi di tengah aksi jual saham oleh investor asing.

Mengutip data RTI, IHSG ditutup naik tipis 0,01 persen ke posisi 6.619,76. Sepanjang perdagangan, IIHSG sembat menghijau pada awal sesi dan sentuh posisi tertinggi di 6.638,58. Kemudian IHSG berbalik arah melemah pada sesi perdagangan dan betah di zona merah. Namun, jelang penutupan, IHSG berupaya parkir di zona hijau.

Pada perdagangan Rabu pekan ini, indeks saham LQ45 merosot 0,14 persen ke posisi 945,39. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Sebanyak 288 saham menguat dan 244 saham melemah. Namun, 211 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.430.165 kali dengan volume perdagangan 18,1 miliar saham.

Nilai transaksi harian Rp 10,3 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.856. Investor asing melakukan aksi jual saham Rp 454, 5 miliar pada Rabu, 7 Juni 2023. Sepanjang 2023, investor asing melakukan aksi beli saham Rp 21,05 triliun.

Dlihat secara indeks sektor saham, sektor saham siklikal memimpin penguatan dengan naik 2,3 persen.Sektor saham industri mendaki 0,02 persen, sektor saham properti bertambah 1 persen, sektor saham infrastruktur menanjak 1,17 persen dan sektor saham transportasi melambung 1,36 persen.

Sementara itu, sektor saham energi terpangkas 0,79 persen, sektor saham basic melemah 0,02 persen, sektor saham kesehatan susut 0,06 persen. Selanjutnya sektor saham keuangan terpangkas 0,24 persen, dan sektor saham teknologi susut 0,25 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.