Sukses

Strategi Gudang Garam Hadapi Kenaikan Cukai Rokok

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman optimistis terhadap industri rokok meski cukai naik.

Liputan6.com, Jakarta - Hampir tiap tahun pemerintah menaikkan tarif cukai. Kenaikan terbesar terjadi pada 2020 yakni sebesar 23,05 persen, di mana pada tahun sebelumnya pemerintah absen naikkan tarif cukai.

Kebijakan itu tentu berdampak bagi perusahaan atau pabrik rokok, seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Khusus untuk kenaikan pada 2020, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman mengatakan kondisinya cukup sulit lantaran bertepatan dengan pandemi COVID-19. Di mana daya beli masyarakat secara umum mengalami tekanan. Maka tak ayal kinerja perseroan merosot.

"Kenaikan tertinggi itu kebetulan kok saat covid-19. Di mana hampir semua orang tahu bahwa daya beli alami tekanan. Sehingga sudah sewajarnya kita sebagai produsen rokok tidak mengharapkan bisa mempertahankan profitabilitas dengan menaikkan harga,” kata Heru dalam Public Expose Live 2022, Jumat (16/9/2022).

Mengingat Gudang Garam bukan pemain satu-satunya di industri ini, perseroan menimbang opsi untuk melakukan penyesuain harga. Heru mengatakan, jika hanya untuk kejar untung, perseroan bisa saja naikkan harga.

Namun, risikonya adalah penurunan volume penjualan, di mana konsumen akan beralih pada produk kompetitor, dengan asumsi kompetitor tak ikut naikkan harga.

“Kenaikan cukai bukan hal yang baru karena terjadi tiap tahun, atau kecuali 2019. Jadi kalau buying power ada perbaikan, (profitabilitas) tidak akan turun terus. Jadi industri rokok di Indonesia tetap memiliki optimisme kalau dia itu bukan industri yang akan mati,” kata Heru.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jurus Gudang Garam

Dalam strateginya untuk tetap cuan, Gudang Garam mengupayakan untuk tidak menjual produk rokok dengan harga paling mahal. Pertimbangannya, jika produk Gudang Garam menjadi yang paling mahal, konsumen akan kabur dan mencari alternatif produk lain yang lebih ekonomis, meski perusahaan bisa saja untung.

Heru mengatakan, ongkos untuk menarik kembali konsumen yang lari ini bisa saja lebih besar ketimbang untung yang didapat dari menaikkan harga jual.

“Kalau kenaikan harga saya lakukan, pesaing juga ikutin, kita bisa lebih banyak naikkan harga jual yang akan memperbaiki profitabilitas. Tapi ini susah sekali. Ada balance nya kapan profitabilitas bisa bertahan. Tapi kehilangan volume kepada pesaing yang suatu saat harus saya rebut kembali, biayanya tidak sedikit,” terang Heru.

Di sisi lain, jika harga tak dinaikkan, profitabilitas perseroan akan menciut. Sehingga mau tidak mau kenaikan harga tetap harus dilakukan, dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat. Risikonya, diakui Heru, ada penurunan dari sisi volume penjualan. Meski begitu, ia optimistis perusahaan rokok akan kembali menggeliat saat daya beli membaik

“Kalau sama sekali tidak dapatkan keuntungan buat apa jual rokok. Tentu akan saya naikkan, dengan risiko yang kita harus hadapi volumenya turun. Tapi volume turun bukan berarti pabrik rokok itu tutup. Saya yakin rokok akan tetap ada,” tandas Heru.

 

3 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2022

Sebelumnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membukukan pendapatan naik tipis, tetapi laba merosot signifikan hingga Juni 2022.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (1/8/2022), PT Gudang Garam Tbk mencatat pendapatan Rp 61,67 triliun selama semester I 2022. Pendapatan perseroan naik tipis 1,8 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 60,56 triliun.

Perseroan mencatat kenaikan biaya pokok penjualan 4,37 persen menjadi Rp 56,53 triliun pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 54,16 triliun. Laba bruto perseroan tercatat susut 19,77 persen menjadi Rp 5,13 triliun hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,40 triliun.

PT Gudang Garam Tbk catat penurunan pendapatan lainnya darI Rp 185,03 miliar pada semester I 2021 menjadi Rp 134,66 miliar pada semester I 2022. Beban usaha naik menjadi Rp 3,88 triliun pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,56 triliun.

Beban lainnya susut menjadi Rp 1,8 miliar pada semester I 2022 jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 1,9 miliar. Laba kurs naik menjadi Rp 16,04 miliar selama enam bulan pertama 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 9,12 miliar.

Perseroan mencatat laba usaha merosot 54 persen menjadi Rp 1,39 triliun pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,03 triliun.

PT Gudang Garam Tbk membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 956,14 miliar. Laba tersebut anjlok 59,37 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 2,35 triliun. 

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

Perseroan mencatat laba per saham dasar dan dilusi sebesar Rp 497 pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1.223. Total ekuitas tercatat Rp 55,91 triliun pada 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 59,28 triliun.

Sementara itu, total liabilitas turun menjadi Rp 27,71 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 30,67 triliun. Perseroan mencatat aset turun menjadi Rp 83,63 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2022 sebesar Rp 89,96 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 4,7 triliun pada 30 Juni 2022.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat, 29 Juli 2022, saham GGRM melemah 2,45 persen ke posisi Rp 27.850 per saham.

Saham GGRM berada di level tertinggi Rp 28.075 dan terendah Rp 27.500 per saham. Total volume perdagangan 4,29 miliar saham. Nilai transaksi Rp 119,1 miliar. Total frekuensi perdagangan 6.382 kali.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.