Sukses

Menakar Prospek Saham MTEL di Tengah Sentimen BBM hingga Suku Bunga

Analis pasar modal PT Mandiri Sekuritas, Henry Tedja menilai kenaikan suku bunga dan inflasi cukup terkendali bagi bisnis perusahaan menara telekomunikasi seperti Mitratel.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Harga Pertalite naik dari Rp7.650 jadi Rp10,000 per liter, Solar dari Rp 5.150 jadi Rp6,800 per liter dan Pertamax dari Rp12.500 jadi Rp 14.500 per liter.

Kenaikan harga BBM diprediksi akan mendorong kenaikan inflasi dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Meski begitu, analis pasar modal PT Mandiri Sekuritas, Henry Tedja menilai dampaknya cukup terkendali bagi bisnis perusahaan menara telekomunikasi seperti PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel.

Prediksi itu merujuk pada kontrak jangka panjang MTEL dengan perusahaan telekomunikasi yang mempunyai neraca keuangan kuat. Terutama setelah dilakukan konsolidasi di industri.

“Secara struktur biaya, industri menara yang bersifat capital intensive (padat modal) juga memiliki pengeluaran yang relatif tetap. Hal ini tercermin dari pendapatan sebelum bunga, pajak depresiasi dan amortisasi (EBITDA) margin perusahaan menara yang cukup tinggi di kisaran 80 persen, termasuk Mitratelm” jelas Henry dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Rabu (7/9/2022).

Meski begitu, Henry mengingatkan kenaikan harga BBM bisa berpengaruh terhadap valuasi atau harga saham perusahaan. Sebab valuasi perusahaan menara seperti Mitratel, cenderung berbanding terbalik dengan inflasi atau suku bunga.

Hal ini karena relatif tingginya leverage yang dimiliki oleh perusahaan menara. Di sisi lain, posisi Mitratel cukup baik mengingat tingkat leveragenya dibawah rata-rata industri.

“Akibatnya, kenaikan inflasi atau suku bunga akan memiliki pengaruh bagi saham industri menara telekomunikasi,” dia menjelaskan.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sentimen Inflasi dan Suku Bunga

Henry memperkirakan dalam jangka pendek, tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga akan memberi sentimen bagi Mitratel.

Namun, dia memprediksi outlook perusahaan tetap positif dalam jangka menengah, terlebih setelah perusahaan mengakuisisi 6.000 menara milik Telkomsel. Sehingga akan mendukung pertumbuhan pendapatan dan EBITDA perusahaan dalam jangka menengah.

“Kami masih merekomendasikan buy untuk saham Mitratel dengan target harga di Rp 950 per saham,” kata dia.

Pada perdagangan Rabu, 7 September 2022, saham MTEL ditutup minus 20 poin atau 2,53 persen ke posisi 770. MTEL dibuka pada posisi 790 dan bergerak pada rentang Rp 765—795. Mengutip data RTI, total frekuensi perdagangan saham MTEL 2.488 kali dengan volume perdagangan 36,18 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 28,08 miliar.

3 dari 4 halaman

Alasan Mitratel Mulai Jajakan Skema Bisnis ke Operator Telekomunikasi

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menawarkan skema bisnis yang atraktif untuk seluruh operator telekomunikasi.

Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko atau akrab disapa Teddy mengatakan skema bisnis tersebut berupa tower leasing, connectivity dan power yang bisa ditawarkan kepada operator telekomunikasi dengan skema bundling dan total solution.

"Dengan begitu operator telekomunikasi hanya perlu menentukan tower yang diinginkan dan kami akan menyiapkan semua sarana penunjangnya. Hal ini diharapkan dapat memudahkan operator untuk meningkatkan layanannya kepada masyarakat di seluruh Indonesia," kata Teddy dalam keterangan resmi, ditulis Kamis (11/8/2022).

Mitratel saat ini memiliki menara Mitratel sampai 31 Juli 2022 menjadi lebih dari 34.800, usai akuisisi 6.000 menara Telkomsel beberapa waktu lalu. Jumlah itu desebut menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Pengalihan kepemilikan menara itu memberikan dampak potensi yang sangat besar kepada operator telekomunikasi untuk memperkuat dan memperluas layanannya.

"Tower-tower tersebut sebelumnya eksklusif hanya untuk Telkomsel dan sekarang dapat dimanfaatkan oleh semua operator dan skema bisnis yang sangat menarik" ujar Teddy.

 

4 dari 4 halaman

Dukung Bisnis Pelanggan

Setelah akuisisi menara, Teddy mengatakan, Mitratel akan meningkatkan tenancy ratio secara agresif dan perluasan layanan termasuk portfolio bisnis pendukung (tower ecosystem) agar dapat menciptakan nilai yang lebih besar bagi pelanggan.

Mitratel berinisiatif untuk mengimplementasikan marketing analytics dalam aktivitas pemasaran dan penjualan, memanfaatkan solusi small cell untuk 5G, serta memperkuat kemitraan dengan pemilik lahan. Pada akhirnya hal ini akan mendorong Mitratel sebagai tower provider pilihan utama pelanggan.

Bukan hanya karena ketersediaan tower di setiap titik kebutuhan pelanggan tetapi juga karena memberikan nilai lebih dalam mendukung bisnis pelanggan dan juga lingkungan sekitar menara.

"Dengan semakin luas jangkauan dari layanan operator yang memanfaatkan tower Mitratel, maka akan memacu pemanfaatannya untuk menggerakkan perekonomian nasional, termasuk pengembangan start up dan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia," pungkas Teddy.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.