Sukses

Saham Tesla Menguat Usai Elon Musk Batal Akuisisi Twitter

Elon Musk kemungkinan hadapi pertempuran panjang di depan dengan Twitter di pengadilan usai berniat batalkan akuisisi.

Liputan6.com, Jakarta - Saham Tesla menguat usai perdagangan Jumat, 8 Juli 2022. Hal ini setelah kabar CEO Tesla Elon Musk ingin akhir pembelian saham Twitter Inc senilai USD 44 miliar atau sekitar Rp 658,98 triliun (asumsi kurs Rp 14.976 per dolar AS).

Pada perdagangan regular, saham Tesla ditutup menguat 2,54 persen ke posisi USD 752,29. Pada sesi perdagangan yang diperpanjang saham Tesla Inc menguat 1,3 persen. Sejumlah pihak menyuarakan keprihatinan tentang dampak pembelian Twitter dan khawatir saham Tesla yang terlibat dalam kesepakatan potensial. Saham Tesla telah merosot 29 persen sepanjang 2022, demikian mengutip yahoo finance, ditulis Minggu (10/7/2022).

Adapun Elon Musk ingin akhiri kesepakatan membeli Twitter dengan alasan ketidaksepakatan yang terus berlanjut atas jumlah akun spam di platform.

Mengutip laman CNBC, meski Elon Musk ingin akhiri tawarannya untuk Twitter, itu tidak semudah pergi begitu saja, menurut ahli hukum. Sebaliknya, Musk kemungkinan hadapi pertempuran panjang di depan dengan Twitter di pengadilan yang bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan.

Profesor tata kelola perusahaan di Tulane Law School Ann Lipton menuturkan, dewan Twitter berada dalam posisi sulit.

"Mereka tidak bisa hanya mengatakan, baiklah, mari kita bebaskan rasa sakit ini, Elon, kami akan membiarkan anda menurunkan harga USD 20 per saham, atau kami akan menyelesaikannya, kami akan setuju untuk pergi jika anda hanya membayaran biaya istirahat miliaran dolar AS. Maksud saya Twitter tidak dalam posisi untuk melakukan itu,” kata dia.

Ia menambahkan, melakukan hal itu akan berisiko memicu gugatan oleh pemegang saham Twitter. Pemegang saham Twitter telah mengajukan gugatan terhadap perusahaan dan Elon Musk sendiri atas kesepakatan yang kacau.

Lipton menilai, perjanjian merger sangat sulit untuk dihilangkan. "Sejauh ini, Musk tampaknya tidak memberikan bukti yang cukup untuk mendukung klaimnya Twitter berbohong tentang angka spamnya,” kata dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Langkah Twitter

Sementara itu, Chairman Twitter, Bret Taylor telah berjanji dewan perusahaan akan mengambil tindakan hukum terhadap Musk. "Dewan Twitter berkomitmen menutup transaksi pada harga dan persyaratan yang disepakati dengan Mr Musk dan berencana mengambil tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger," ujar dia.

Taylor optimistis akan menang di Pengadilan Delaware yang menyelesaikan perselisihan bisnis. “Kami yakin akan menang di Pengadilan Delaware,” kata dia.

Musk teken perjanjian yang mengikat secara hukum pada April 2022 untuk membeli Twitter seharga USD 54,20 per saham. Perjanjian itu menyatakan jika salah satu pihak memutuskan kesepakatan, mereka akan diminta untuk membayar biaya perpisahan USD 1 miliar.

Tidak lama setelah kesepakatan tercapai, Musk mulai isyaratkan berpikir dua kali tentang kesepakatan itu. Pada Mei 2022, Musk mengatakan memutuskan tunda akuisisi Twitter karena ia menilai klaim perusahaan sekitar 5 persen dari pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi adalah akun spam. Twitter mengatakan terus berbagi informasi dengan Musk, terus membalikkan firehose, aliran tweet harian yang mengalir melakui platform.

3 dari 5 halaman

Twitter Dinilai di Atas Angin

Dalam sebuah surat pada Jumat, 8 Juli 2022, pengacara Musk tuding Twitter melakukan pelanggaran material terhadap beberapa ketentuan dari perjanjian kesepakatan dan klaim perusahaan membuat representasi palsu dan menyesatkan tentang prevalensi akun palsu di platformnya.

“Ada banyak alasan untuk meragukan (Twitter) membuat pernyataan yang salah, tapi mari kita asumsikan itu terjadi, itu sebenarnya bukan alasan untuk membatalkan perjanjian merger,” kata Lipton.

“Ia belum mengajukan bukti bahwa itu sebenarnya masalahnya,” ia menambahkan.

Lipton menilai, Twitter tampaknya berada di atas angin ketika drama kesepakatan menuju ke pengadilan. Perjanjian merger mencakup klausul kinerja khusus yang mengatatkan Twitter memiliki hak menuntut Musk untuk memaksanya menyelesaikan kesepakatan selama masih memiliki pembiayaan utang.

Profesor di Boston College Law School, Brian Quinn menuturkan, dalam beberapa hari mendatang, Twitter akan mengajukan gugatan di Delaware dan meminta hakim untuk memutuskan apakah itu langgar ketentuan perjanjian. “Kemudian memerintahkan Musk untuk melakukan kewajibannya berdasarkan kontrak dan menyelesaikan merger,” tutur dia.

 

4 dari 5 halaman

Menanti Argumen Twitter dan Musk

Setelah itu, Quinn mengharapkan kedua belah pihak akan terus mengajukan argumennya di pengadilan sebagai bagian dari proses litigasi yang bisa memakan waktu satu tahun untuk diselesaikan. “Untuk litigasi itu cepat,” kata dia.

Direktur Eksekutif Berkeley Center for Law and Business, Adam Sterling mengatakan, Twitter memiliki kasus hukum yang kuat sementara Musk kurang. “Dia (Musk-red) membuat sejumlah argumen hukum, saya pikir semua pendiriannya dipertanyakan,” ujar Sterling.

Ia pertama kali fokus pada bot di platform tetapi juga kinerja perusahaan jadi agak membuang semua argument ini di luar sana.

Sementara itu, Lipton menuturkan,  Twitter mungkin setuju perubahan kecil dalam harga kesepakatan USD 54,20 per saham untuk hindari litigasi atau proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan.

 

 

5 dari 5 halaman

Twitter Punya Argumen Kuat

Hal itu mungkin tidak menyenangkan pemegang saham Twitter yang sukai tawaran pertama. Harga pembelian mewakili 38 persen premium dari harga saham penutupan USD 39,31 pada 1 April 2022 yang merupakan perdagangan terakhir sebelum Musk ungkap sekitar 9 persen sahamnya di Twitter. Saham Twitter ditutup ke posisi USD 30,04 pada Jumat.

“Saya tidak tahu Musk hanya ingin turunkan satu atau dua dolar dari harga per saham. Saya pikir Musk ingin tidak memiliki kesepakatan atau cukup dramatis harganya. Jadi saya tidak berpikir pest aitu hampir selesai sekarang,” kata dia.

Sterling menuturkan, pengadilan Delaware Chancery dirancang untuk mangatasi masalah seperti ini sehingga hal itu dapat membuat Musk menindaklanjuti kesepakatan tersebut tetapi dapat menjadi rumit dalam prosesnya.

“Twitter tampaknya memiliki argumen hukum yang sangat kuat, tetapi kami belum melihat preseden pada skala ini atau lawan seperti Elon Musk, jadi ada banyak pertanyaan tentang apa yang akan dia lakukan,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.