Sukses

Laba Satria Antaran Prima Turun 17,19 Persen pada Kuartal I 2022

PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) membukukan kinerja keuangan beragam dengan catat kenaikan pendapatan tetapi laba turun pada kuartal I 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) mengumumkan laporan keuangan untuk periode tiga bulan pertama 2022. Pada periode tersebut, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 15,85 persen menjadi Rp 150,43 miliar dari Rp 129,84 miliar di kuartal I 2021.

Merujuk laporan keuangan Satria Antaran Prima dalam keterbukaan informasi bursa, ditulis Senin (16/5/2022), pendapatan tersebut seluruhnya berasal dari jasa kurir. Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban langsung juga naik menjadi Rp 102,56 miliar dari Rp 85,74 miliar di kuartal I 2021.

Dengan demikian, laba bruto perseroan pada kuartal I 2022 tercatat naik menjadi Rp 47,87 miliar, naik dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 44,1 miliar.

Beban usaha tercatat sebesar Rp 40,03 miliar, naik dibanding kuartal I 2021 sebesar Rp 34,14 miliar. Sehingga laba usaha turun menjadi Rp 7,84 miliar pada kuartal I 2021 dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 9,96 miliar.

Pada periode yang sama, perseroan mencatat pendapatan lain-lain naik menjadi Rp 2 miliar dari Rp 676,92 juta di kuartal I 2021. Setelah dikurangi pajak, perseroan mengukuhkan laba tahun berjalan sebesar Rp 6,8 miliar. Laba tersebut turun 17,19 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,21 miliar.

Dari sisi aset perseroan hingga Maret 2022 tercatat sebesar Rp 274,34 miliar, naik dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 250,77 miliar. Terdiri dari aset lancar Rp 205,91 miliar dan aset tidak lancar Rp 68,43 miliar.

Liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp 99,47 miliar hingga Maret 2022, naik dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 82,86 miliar. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 78,47 miliar dan sisanya sebesar Rp 20,99 miliar merupakan liabilitas jangka panjang.

Sementara ekuitas perseroan juga tercatat naik menjadi Rp 174,88 miliar hingga Maret 2022 dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 167,91 miliar.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kinerja IHSG pada 9-13 Mei 2022

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lesu pada 9-13 Mei 2022. IHSG cenderung tertekan imbas kekhawatiran inflasi dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG merosot 8,73 persen menjadi 6.597,99 pada pekan ini dari pekan sebelumnya di posisi 7.228,91.  Kapitalisasi pasar pun susut 7,23 persen selama sepekan. Kapitalisasi pasar merosot Rp 691 triliun dari Rp 9.555 triliun pada pekan lalu menjadi Rp 8.864,56 triliun.

Selanjutnya rata-rata volume transaksi harian bursa melemah 11,56 persen menjadi 21,573 miliar saham dari 24,393 miliar saham pada penutupan pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian bursa turun 14,63 persen menjadi Rp 20,45 triliun dari Rp 23,95 triliun pada pekan lalu.

Meski demikian, rata-rata frekuensi harian bursa sebesar 3,54 persen menjadi 1.517.364 dari 1.465.440 pada pekan sebelumnya. Investor asing membukukan nilai jual bersih Rp 2,29 triliun pada Jumat, 13 Mei 2022. Dengan demikian, sepanjang 2022, investor asing masih mencatatkan aksi beli Rp 63,05 triliun.

Vice President PT INFOVESTA, Wawan Hendrayana menuturkan, pergerakan IHSG pada pekan ini didorong kenaikan suku bunga dan data inflasi AS yang masih tinggi. Inflasi yang masih tinggi membuat potensi kenaikan suku bunga the Fed masih ada.

“Di samping pasca mudik antisipasi apakah akan ada kenaikan COVID-19 yang menaikkan level PPKM, membuat profit taking banyak dilakukan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, investor juga mengalihkan dari sektor saham yang selama ini naik ke consumer good yang valuasi masih murah.

Mengutip data BEI, pekan ini, indeks sektor saham IDXnonsiklikal catat penguatan terbesar mencapai 3,58 persen. Disusul indeks sektor saham energi IDXenergy mendaki 2,74 persen dan indeks sektor saham IDXIndustry menguat 1,82 persen.

 

3 dari 4 halaman

Kabar Bursa Sepekan

Pada awal Mei 2022, ada dua obligasi dan satu sukuk tercatat di BEI. Adapun pada 9 Mei 2022, Obligasi Berkelanjutan III Merdeka Copper Gold Tahap II Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tercatat di BEI dengan nilai nominal sebesar Rp 2 triliun.

Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk Obligasi adalah idA (Single A) dan bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Kemudian, pada akhir pekan, tepatnya Jumat, 13 Mei 2022, Obligasi IV Waskita Karya Tahun 2022 dan Sukuk Mudharabah I Waskita Karya Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk mulai dicatatkan di BEI dengan masing-masing nominal sebesar Rp 2,1 triliun  dan Rp 1,14 triliun.

Hasil pemeringkatan dari Pefindo untuk Obligasi adalah idAAA(gg) (Triple A, Government Guarantee) dan Sukuk Mudharabah adalah idAAA(sy)(gg) (Triple A Syariah, Government Guarantee). Bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank KB Bukopin Tbk.

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sepanjang 2022 adalah 47 emisi dari 35 emiten senilai Rp57,39 triliun.

Keseluruhan total emisi Obligasi dan Sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 502 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp456,84 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 124 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 151 seri dengan nilai nominal Rp4.854,41 triliun dan USD205,99 juta. EBA sebanyak 10 emisi senilai Rp4,39 triliun

 

4 dari 4 halaman

Aksi Jual Investor Asing Sepekan

Sebelumnya, aksi jual saham oleh investor asing melanda pasar modal Indonesia dalam sepekan, tepatnya 9-13 Mei 2022. Analis menilai, investor asing yang melakukan aksi jual saham tersebut dipicu kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (14/5/2022),  investor asing beli saham Rp 34,82 triliun dan jual saham Rp 43,93 triliun. Dengan demikian, aksi jual bersih oleh investor asing sekitar Rp 9,1 triliun.

Pada penutupan perdagangan, Jumat, 13 Mei 2022, investor asing jual saham mencapai Rp 2,29 triliun. Dengan demikian, aksi beli saham oleh investor asing sepanjang 2022 mencapai Rp 63,05 triliun.

Pada pekan ini, investor asing melepas saham bank. Mengutip data RTI, aksi jual oleh investor asing di seluruh pasar pada pekan ini untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai Rp 3,5 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 1,6 triliun, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencapai Rp 927,1 miliar.

Analis Erdikha Elit Sekuritas, Ivan Kasulthan menuturkan, terkait investor asing yang cenderung melakukan aksi jual  disebabkan oleh the Fed yang menaikkan suku bunga pada minggu lalu. Tercatat kenaikan suku bunga the Fed sekitar 0,50 persen dan saat itu bursa saham Indonesia libur. Dengan demikian, pasar saham Indonesia menyesuaikan pada pekan ini.

"Karena ketika suku bunga dinaikkan di suatu negara maka akan menyebabkan obligasi di negara tersebut akan menjadi menarik karena imbal hasil yang naik. Wajar dari dalam negeri terjadi capital outflow setelah The Fed menaikkan suku bunganya,” ujar Ivan, ditulis Sabtu, 14 Mei 2022.

Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI), menurut dia masih baru berencana menaikkan suku bunganya. Hal itu akan berdampak kepada saham-saham di sektor perbankan, properti, dan otomotif.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.