Sukses

Aset BRI Bakal Jadi yang Terbesar Setelah Rights Issue

BRI dinilai akan mampu menggarap lebih banyak nasabah potensial unbankable untuk memperbesar basis bisnis melalui holding ultra mikro.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dinilai akan mampu dongkrak nilai aset sehingga kembali menjadi bank terbesar di Indonesia. Hal ini setelah rights issue jumbo untuk mendanai Holding Ultra Mikro (Umi).

Analis pasar modal dan ekonomi dari LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo menuturkan, kehadiran Holding Umi dalam lini bisnis BRI akan tingkatkan konsolidasi nilai buku. Ini juga potensi dorong kinerja yang lebih baik ke depan seiring Holding UMi adalah sumber pertumbuhan bisnis baru bagi perseroan.

Ia menuturkan, peningkatan nilai aset menjadi sisi paling Nampak ketika Holding Umi rampung terbentuk dan beroperasi. 

"Kalau konsolidasi pasti adalah peningkatan nilai aset yang paling terlihat. Tahun depan, BRI (akan kembali bisa merebut posisi aset nomor satu). Pun pada perhitungan akan mulai terlihat (peningkatannya)," ujar dia dikutip dari keterangan tertulis Minggu (26/9/2021).

Pertumbuhan aset BRI pada 2021 sedikit tertahan akibat pembentukan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Bank BRIsyariah yang merupakan anak perusahaan BRI demerger bersama Bank Syariah Mandiri dan Bank BNI Syariah menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mendapat limpahan aset karena menjadi pemegang saham pengendali BSI. Saat ini, aset konsolidasi  BRI tercatat Rp 1.450,9 triliun, sedangkan Bank Mandiri Rp 1.580,5 triliun.

Sementara itu, aset PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM semester pertama 2021 mencapai Rp 105,9 triliun. Pada akhir 2021, aset semua anggota holding diperkirakan masih bakal naik seiring dengan peningkatan pembiayaan, penghimpunan dana dan pertumbuhan laba.

Melalui holding, Lucky menilai, BRI akan mampu menggarap lebih banyak nasabah potensial unbankable untuk memperbesar basis bisnisnya.

"Dengan kemampuan digital dan bank digital yang dimiliki saat ini, BRI bisa menjadi sangat besar dan raksasa ke depan,” kata dia.

Meski demikian, ia prediksi, ekspansi kinerja 2021 masih tetap akan mempertimbangkan upaya relaksasi restrukturisasi kredit dan pembiayaan. Hal ini karena kondisi ekonomi masih sulit keluar dari krisis karena pandemi COVID-19.

"Jadi memang holding juga membutuhkan waktu. Tapi ini akan sangat bagus untuk kinerja jangka menengah dan panjang,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rights Issue Terbesar

Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada menuturkan, rights issue BRI menjadi yang terbesar di Indonesia. Kepentingannya pun sudah sangat jelas, yaitu untuk memperkuat bisnis perseroan ke depan.

Sehingga wajar jika BRI akan kembali menjadi bank terbesar di Indonesia karena asetnya yang luar biasa. Hal itu didukung pula dengan kinerja yang maksimal karena bank Himbara tersebut adalah bank dengan jaringan terluas di Nusantara.

"Angka ini sudah sangat besar dari Bukalapak yang sebelumnya menghimpun Rp21,9 triliun," ujar dia.

Terlebih emiten bank UMKM ini masih mendapat sentimen positif. Pelaku pasar masih banyak berharap rights issue ini memberi dampak positif pada konsolidasi BBRI bersama Pegadaian dan PNM agar mereka bisa melakukan manuver lebih ekspansif," jelasnya.

Melalui aksi korporasi tersebut manajemen BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,213 miliar Saham Baru Seri B atas nama atau sebanyak-banyaknya 18,62% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I. 

Dari jumlah saham baru tersebut, sekitar 12,104 miliar lembar di antaranya adalah jatah publik. Adapun sisanya, pemerintah Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas dan pengendali telah subscribe 16,1 miliar HMETD senilai Rp54,77 triliun dengan inbreng saham Pegadaian dan PNM kepada BRI.

Adapun pada perdagangan rights issue terakhir BRI, Rabu (22/9), Biro Administrasi Efek Datindo Entrycom mencatat jumlah HMETD yang telah di-exercise mencapai 27,48 miliar lembar saham termasuk inbreng pemerintah. Sehingga capaian nilai rights issue BRI mencapai Rp93,4 triliun atau sekitar 97,4 persen dari total aksi korporasi tersebut.

Dengan pencapaian itu, membuat BRI menorehkan sejarah sebagai rights issue terbesar di kawasan Asia Tenggara. Juga peringkat 3 rights issue terbesar di Asia dan nomor 7 di seluruh dunia.

Sebelumnya dalam sejarah Bursa Efek Indonesia, rekor rights issue terbesar dipegang PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) yang melakukan aksi korporasi itu pada 2008 dengan nilai mencapai Rp 40 triliun. Sementara itu, rekor rights issue terbesar di Kawasan Asia Tenggara pernah dipegang Singapore Airlines pada 2020 dengan nilai SGD7,7 miliar setara Rp82 triliun.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.