Sukses

Indika Energy Siap Garap Sektor Kendaraan Listrik

PT Indika Energy Tbk mendirikan perusahaan yang bergerak di sektor kendaraan listrik bernama PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI) pada 5 April 2021.

Liputan6.com, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) berencana ekspansi salah satunya ke sektor kendaraan listrik. Hal ini sebagai upaya Perseroan perluas diversifikasi bisnis dengan mengurangi eksposur pendapatan dari batu bara.

Sebelumnya, INDY bersama anak perusahaannya PT Indika Energy Infrastructure mendirikan perusahaan bernama PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI) pada 5 April 2021. Perusahaan ini bergerak di sektor kendaraan listrik.

Total investasi untuk pendirian anak usaha itu senilai Rp 40 miliar dengan komposisi PT Indika Energy Tbk sebesar Rp 39,99 miliar dan PT Indika Energy Infrastructure sebesar Rp 1 juta.

"Tahun lalu kita melihat kontribusi dari sektor non batu bara itu 24 persen. saat ini mencapai 13,4 persen. Jadi kita mengatakan bahwa di tahun 2025 kedua sektor tersebut yaitu sektor non batu bara dan batu bara akan memiliki kontribusi yang seimbang ataupun 50:50 kedalam pendapatan Indika Energy secara terkonsolidasi,” beber Wakil Direktur Utama dan CEO Indika Energy Azis Armand dalam paparan publik, Senin (3/5/2021).

Aziz mengatakan, untuk sektor yang saat ini yang sudah dijajaki perseroan yakni berkaitan dengan infrastruktur logistik. Kemudian ada  tambang emas atau tambang-tambang mineral lainnya.

Saat ini, perseroan memegang 45,8 persen kepemilikan dan mempunyai opsi untuk meningkatkan kepemilikan menjadi 56,7 persen di proyek Awak Mas.

Ketiga, yakni energi terbarukan. Perseroan mengaku tengah menjajaki prospek energi terbarukan dan bisnis terkait lainnya, termasuk yang berkaitan dengan kendaraan listrik.

"Berkaitan pula dengan sektor tersebut sebenarnya adalah yang berkaitan dengan kendaraan listrik. Kita melihat bahwa semakin besarnya peranan kendaraan listrik di masa mendatang,” kata dia.

Sektor selanjutnya yang akan dieksplor lebih jauh oleh perseroan adalah teknologi digital.  "Kami juga mulai eksplor di Biomass-wood pallet, menjajaki potensinya karena kami memiliki konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk potensi carbon credit,” pungkas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Realisasi Belanja Modal pada Kuartal I 2021

Sebelumnya, PT Indika Energy Tbk (INDY) telah merealisasikan belanja modal kuartal I-2021 sebesar USD 10,6 juta. Rinciannya, USD 7,9 juta di antaranya digunakan untuk pemeliharaan dan penggantian alat berat di Petrosea. Sementara USD 1,5 juta untuk pemeliharaan armada Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS).

Direktur PT Indika Energy Tbk, Retina Rosabai memaparkan, sepanjang kuartal I 2021 Perseroan telah mencatatkan volume produksi PT Kideco Jaya Agung tercatat sebesar 9,1 juta ton, atau naik sebesar 3,4 persen dari periode yang sama tahun lalu.

"Volume produksi di kuartal pertama ini sejalan dengan target produksi sebesar 34 juta Ton di tahun 2021,” kata Retine dalam paparan publik, Senin (3/5/2021).

Ia menambahkan, anak usaha perseroan tersebut sedang berencana mengajukan revisi rencana produksi pada kuartal III 2021.

"Saat ini sesuai dengan persetujuan dari Kementerian ESDM Kideco mendapatkan alokasi rencana produksi sebesar 30 juta Ton, dan Kideco sedang berencana untuk mengajukan revisi rencana produksi di kuartal ketiga tahun ini,” ia menambahkan.

Dari sisi biaya, Kideco di luar royalti tercatat masih sesuai dengan anggaran 2021. Yaitu di level USD 27,5 per ton di kuartal I 2021.

Kemudian untuk Petrosea telah melakukan pengupasan lapisan dengan volume sebesar 27,6 juta bcm dari target 118 juta bcm. MBSS mencatatkan volume barging sebesar 6 juta ton dari target 22,1 juta ton dan volume floating crane sebesar 2,1 juta ton dari 10,2 juta ton 

 "Untuk MUTU akan memproduksi batu bara sebesar 0,5 juta ton dari target 1,4 juta ton,” kata dia.

Sedangkan untuk volume batu bara yang diperdagangkan adalah sebesar 0,7 juta ton dari target 2021 sebesar 7 juta ton. "Hal ini disebabkan adanya pasokan batubara akibat dari cuaca buruk di Kalimantan yang agak terganggu,” ia menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.