Sukses

FDA AS Tunda Pemakaian Vaksin COVID-19 Johnson and Johnson, Dow Futures Melemah 100 Poin

FDA menyatakan ada enam kasus pembekuan darah yang langka dan parah setelah menerima vaksin Johnson and Johnson (J&J). Laporan tersebut menekan indeks Dow Futures

Liputan6.com, New York - Bursa saham berjangka Amerika Serikat (AS) atau Dow Jones Futures merosot tiba-tiba setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau the US Food and Drug Administration (FDA) AS merekomendasikan jeda vaksin Covid-19 Johnson&Johnson (J&J) setelah ada laporan kasus pembekuan darah.

Indeks Dow Jones Futures melemah 120 poin. Sementara itu, indeks saham S&P 500 susut 0,3 persen dan indeks saham Nasdaq berjangka melemah 0,2 persen. Saham J&J turun 3 persen dalam pra perdagangan.

"Kami merekomendasikan jeda dalam penggunaan vaksin ini karena sangat hati-hati," ujar FDA dalam sebuah pernyataan di Twitter, dilansir dari CNBC, Selasa (13/4/2021).

FDA menyatakan ada enam kasus pembekuan darah yang langka dan parah setelah menerima vaksin J&J. Lebih dari 6,8 juta dosis vaksin COVID-19 J&J telah diberikan di AS.

FDA menyerukan penghentian vaksin sampai Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyimpulkan penyelidikannya terhadap kasus-kasus ini.

"Sampai proses itu selesai, kami merekomendasikan jeda ini. Ini penting untuk memastikan komunitas penyedia layanan kesehatan menyadari potensi kejadian buruk ini dan dapat merencanakan karena perawatan unik yang diperlukan untuk jenis pembekuan darah ini," kata FDA.

Adapun saham yang terpukul jika program vaksin COVID-19 di AS juga turun dalam pra perdagangan. Di sisi lain, saham Carnival Corp turun 2 persen.

Saham American Airlines juga melemah lebih dari 2 persen.Saham berjangka sebagian besar mendatar pada perdagangan Selasa pagi sebelum berita J&J pertama kali dilaporkan oleh New York Times.

Selain itu, investor juga menunggu laporan inflasi yang sangat diantisipasi sebelum bel pembukaan perdagangan pada Selasa, 13 April 2021 di wall street. Ekonom perkirakan inflasi akan naik 0,5 persen (MoM atau month over month) dan 2,5 persen dari tahun ke tahun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wall Street Melemah pada Penutupan Perdagangan 12 April 2021

Sebelumnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Senin, 12 April 2021. Hal itu seiring investor menanti rilis data inflasi dan dimulainya laporan keuangan perusahaan kuartal I 2021.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham S&P 500 kurang dari satu poin menjadi 4.127,99 setelah ditutup pada rekor tertinggi sebelumnya.Indeks saham Dow Jones melemah 55,20 poin atau 0,2 persen ke posisi 33.745,40. Saham Intel alami penurunan terbesar di indeks Dow Jones. Indeks saham Nasdaq susut 0,4 persen menjadi 13.850.

Wall street relatif tenang dengan indeks saham S&P 500 bergerak satu persen selama lima sesi berturut-turut. Gejolak pasar telah menurun ke level sebelum pandemi COVID-19 di tengah meningkatnya optimisme pembukaan kembali ekonomi.

Indeks volatilitas CBOE atau VIX yang mengukur kekuatiran pasar telah diperdagangkan di bawah 18 selama empat hari terakhir, level yang tidak terlihat sejak Februari 2020.

Saham Nuance Communications melonjak hampir 16 persen setelah Microsoft mengumumkan akan membeli perusahaan pengenalan suaan itu senilai USD 16 miliar. Akuisisi Nuance merupakan akuisisi terbesar Microsoft sejak membeli Linkedln senilai lebih dari USD 26 miliar pada 2016.

Saham Nvidia melonjak 5,6 persen setelah raksasa chip itu mengatakan, pendapatan kuartal I untuk fiskal 2022 akan berada di atas dari perkiraan yang diberikan sebelumnya. Perseroan mengharapkan permintaan terus melebihi pasokan pada 2021.

Saham Carnival dan Norwegian Cruise Line masing-masing turun lebih dari empat persen seiring ada potensi pelemahan meski ekonomi kembali dibuka. Saham United Airlines susut 3,9 persen setelah maskapai mengatakan pendapatan kuartal pertamanya diperkirakan turun 66 persen dibandingkan periode sama pada 2019.

"Di tengah level tertinggi baru, tidak mengherankan jika pasar bergerak agak dalam pola bertahan akhir-akhir ini,” ujar Chris Larkin, Direktur Pelaksana Produk Perdagangan dan Investasi E-Trade, dilansir dari CNBC, Selasa, 13 April 2021.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.