Sukses

Ketua The Fed Jerome Powell, 'Sang Maestro' yang Menenangkan Pasar

Ketua the Fed Jerome Powell menegaskan bila bank sentral ingin melihat inflasi secara moderat berada di atas 2 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Suku bunga acuan yang tetap dipertahankan mendekati nol oleh the Federal Reserve (the Fed), membuat bursa saham Amerika Serikat atau wall street menguat.

Hal ini sejalan dengan perkiraan pemulihan ekonomi berjalan lebih cepat. Hingga penutupan Rabu 17 Maret 2021, Dow Jones diketahui mengalami kenaikan 0,58 persen menjadi 33.015,37, S&P 500 Index menguat 0,29 persen menjadi 3.974,12, dan Nasdaq naik 0,4 persen ke level 13.525,2.

Seperti dilansir Bloomberg, Kamis (18/3/2021), kenaikan yang dialami Wall Street mencapai rekor tertinggi. Sebelumnya, the Fed terus mempertahankan suku bunga mendekati nol hingga 2023.

Tak hanya itu, Ketua the Fed Jerome Powell juga menegaskan bila bank sentral ingin melihat inflasi secara moderat berada di atas 2 persen. Tak hanya itu, kenaikan imbal hasil dalam waktu dekat ini juga terlihat tidak teratur.

"Secara garis besar, ekuitas merasa lega karena suku bunga masih cenderung mendekati nol untuk jangka waktu yang lama, terlebih ada stimulus besar-besaran dari Fed dan Kongres," kata Mike Bailey, direktur penelitian di FBB Capital Partners.

Dari pernyataan Powell, imbal hasil AS  Treasury 10-tahun terpantau bergerak lebih rendah menjadi 1,6374 persen. Amazon.com Inc naik 1,4 persen dan Tesla Inc bertambah 3,7 persen. Tak hanya itu, enam dari 11 indeks sektor S&P 500 naik. Industri dan kebijakan konsumen merupakan pemain terkuat karena mengalami kenaikan lebih dari 1 persen.

Seiring bursa saham AS relatif tenang, Jerome Powell dinilai mampu menenangkan pasar dan menolak spekulasi bank sentral dapat mulai menghentikan kebijakan yang longgar.

Saat berbicara kepada wartawan, ia memperkuat pesan kalau the Fed tidak akan beralih dari suku bunga mendekati nol dan pembelian obligasi dalam waktu dekat.

Komentar Powell meredakan kekhawatiran pelaku pasar kalau bank sentral akan segera membahas pelonggaran kebijakannya.

"Saya pikir ini adalah salah satu konferensi pers terbaik yang pernah kami saksikan dari Powell,” ujar Head of Global Macro Strategy Morgan Stanley Invesment Management Jim Caron dilansir dari CNBC.

“Dia berada di sana dan mengguncangnya. Inilah yang kami lakukan. Inilah yang sedang terjadi. Aku berkata sabar dan aku bersungguh-sungguh,” Caron menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pasar Jadi Relatif Tenang

Caron menambahkan, Powell menghindari beberapa reaksi pasar yang terjadi pada komentar sebelumnya. “Terakhir kali dia berbicara, imbal hasil 10 tahun mulai naik menjadi 1,5 persen. Semua orang mengharapkan dia untuk membicarakan semuanya, dan dia tidak melakukannya,” ujar Caron.

Caron menambahkan, harga options mengindikasikan investor mengharapkan pertemuan bank sentral dan konferensi pers Powell dapat menghasilkan salah satu peristiwa bank sentral AS yang paling tidak stabil dalam beberapa bulan. Akan tetapi, pasar relatif tenang.

Imbal hasil obligasi tertekan dan saham bergerak naik. Indeks saham Nasdaq membalikkan keadaan dan naik 0,4 persen pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat. Indeks saham Dow Jones ditutup naik 0,6 persen ke posisi 33.000.

"Yang ingin saya sampaikan kepada Anda adalah sikap kebijakan moneter yang kami miliki hari ini, yang menurut kami tepat,” ujar Powell.

Meski ada spekulasi kalau the Federal Reserve akan memberikan sinyal mungkin siap untuk membahas penarikan kembali pembelian obligasi, tetapi Powell mengatakan hal itu tidak akan terjadi hingga data ekonomi benar-benar maju.

 

3 dari 3 halaman

The Fed Tak Khawatir Inflasi

Head of US Rate Amerivet Securities, Greg Faranello menuturkan, Powell berhasil melewati garis selama pengarahannya. Ia menuturkan, pasar berperilaku seolah-olah datang dalam pandangan Powell. “Imbal hasil treasury 10 tahun turun, dan kurva imbal hasil atau perbedaan antara suku bunga pada berbagai jatuh tempo diratakan,” ujar Faranello.

Ia sendiri seorang maestro.”Karena apa yang berhasil dia katakana, kami ingin inflasi lebih tinggi. Kami ingin pertumbuhan yang lebih tinggi. Kami ingin semua ini dan kami ingin tarif yang rendah juga. Tanpa melakukan apapun, pikirkanlah, dia mengerti,” ujar dia.

Sementara itu, Michael Arone, Chief Invesment Strategist State Street Global Advisors menuturkan, pesan the Federal Reserve tentang inflasi tidak menjadi masalah membantu mengubah Nasdaq.

“Hal terbesar yang dikatakan Powell adalah the Fed tidak takut pada inflasi,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.