Sukses

Profesor asal Baitul Maqdis Jelaskan Teori Baraka Serta Geopolitik Ekonomi Timur Tengah

Seperti yang kita ketahui bahwa Baitul Maqdis di Palestina merupakan pusat kekuatan spiritual, sehingga mampu memberikan pengaruh pada kondisi seluruh lapisan geografis. Hal ini menciptakan sebuah teori “baraka” yang juga dikenal dengan konsep Theories of the Circles of the Baraka and Geopolitics.

Liputan6.com, Yogyakarta - Abd al – Fattah El – Awaisi, Professor Hubungan Internasional dan anggota dalam Royal Historical Society - United Kingdom saat Public lecture di Program Studi Magister Ilmu Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjelaskan tentang dua teori tentang Baitul Maqdis. Kajian dengan tema “The geopolitical economy of The Middle East: Peace and Development of Bayt al-Maqdis” ini ia menjelaskan peta dalam teori Baraka yang memiliki tiga lingkaran wilayah dengan kekuatan geopolitik masing-masing.

“Secara terminologi Al-Qur'an, pusat dari peta dalam Theory Circle of Baraka disebut dengan al-ardhul muqaddasah atau yang dikenal sebagai Baitul Maqdis. Dimana, lingkaran pusat ini memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Lingkaran kedua meliputi Mesir dengan Syam, yang saat ini didominasi oleh Syria. Melebar lagi di lingkaran ketiga sampai ke Mekkah,” jelas Abdul Fattah di Ruang Simulasi Sidang ASEAN Gedung E4 Lantai 1 Selasa siang 01 Oktober 2024.

Profesor asal Baitul Maqdis ini mengatakan dasar dari teori ini adalah barang siapa yang memimpin Baitul Maqdis pada lingkaran pertama akan mengontrol Mesir dan Syam. Selanjutnya, barang siapa yang mengontrol Mesir dan Syam makan akan mengontrol lingkaran ketiga. “Sehingga barang siapa yang mengontrol lingkaran ketiga dapat memimpin dunia. Hal tersebut dilakukan untuk menerapkan kedamaian dan keadilan,” jelasnya tentang teori Baraka ini.

Ia menjelaskan sejarah mencatat bahwa Rasulullah juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyatukan lingkaran-lingkaran di luar ketiga lingkaran. Abd al Fattah mengatakan geopolitik Timur Tengah, Mesir menjadi suatu hal yang sangat krusial dan faktanya Mesir sebagai kekuatan pusat Arab. Sejarahnya, Mesir memiliki peran penting dalam geopolitik Timur Tengah, sementara itu, menurutnya Turki menjadi kekuatan geopolitik di Asia Barat Daya yang berbatasan dengan Laut Hitam.

Pada tahun 1967 Israel melakukan penyerangan terhadap beberapa lokasi yang meliputi Mesir, Syria, dan Golan Heights. Abd al Fattah mengatakan salah satu contoh penjajahan yang dilakukan oleh Israel, pada dasarnya batas-batas tersebut dapat berubah seiring berjalannya waktu melalui sejarah kolonialisme, secara administratif, politik, dan lain sebagainya. Namun, batas dasar yang ada di teori Baraka berasal dari Allah SWT. “Allah SWT yang menurunkan sendiri batasan–batasan itu, seperti pada Al-Ardh al-Mubarakah dan beberapa ayat yang tertera di Al-Qur'an,” tambahnya.

Ia mengatakan dengan fakta yang terjadi saat ini di Palestina, Abdul Fattah menyampaikan dalam kajian geopolitik atau politik secara lebih luas ada beberapa pondasi yang harus dicamkan. “Peperangan yang terjadi antara Palestina dengan Israel merupakan buktinya nyata dari adanya isu aqidah. Melihat hal tersebut, saya semakin percaya bahwa setiap negara memerlukan 3 fondasi kokoh yang berkaitan dengan pengetahuan, politik, dan militer,” ujarnya.