Sukses

Pemerintah Jabar Sebut Inflasi Tak Terkendali Berimbas Meningkatnya Jumlah Orang Miskin

Harga komoditas harus tetap stabil guna mengantisipasi naiknya angka kemiskinan.

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Jawa Barat (Jabar) mengaku terus mengupayakan inflasi terkendali. Itu dilakukan agar seluruh harga komoditas agar tetap terjangkau.

Menurut Sekretaris Daerah Jabar Herman Suryatman, seluruh harga komoditas harus tetap stabil guna mengantisipasi naiknya angka kemiskinan.

"Mengapa pemerintah sangat rewel sekali dan harus konsisten dalam mengawal inflasi agar terkendali karena kalau inflasi tidak terkendali, maka harga-harga akan naik. Kalau harga-harga naik, daya beli turun. Kalau daya beli turun, maka konsumsi akan turun. Kalau konsumsi turun, masyarakat pasti miskin," ujar Herman dalam siaran medianya ditulis Bandung, Jumat, 3 Mei 2024.

Herman mengatakan ketika inflasi terkendali, harga-harga cenderung tetap terjangkau bagi masyarakat. Dengan demikian, daya beli masyarakat tetap terjaga karena mereka dapat membeli barang dan jasa dengan harga yang sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka.

Daya beli yang terjaga akan mendorong konsumsi yang baik, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan.

"Ini membentuk siklus di mana pengendalian inflasi menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ungkap Herman

Herman menekankan pula empat hal yang sangat memerlukan perhatian serius. Pertama adalah bagaimana harga-harga dapat tetap terjangkau. Kedua, pentingnya kepastian pasokan barang dan jasa.

Ketiga, komunikasi yang efektif antartingkatan pemerintahan, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten hingga desa dengan memanfaatkan data sebagai basis komunikasi.

"Terakhir, ada kabupaten yang diberikan atensi khusus, yang harus menjaga konsistensi. Yang lainnya, kabupaten kota harus elaborasi dan berkolaborasi dengan pemerintah provinsi," ucap Herman.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pengendalian Inflasi Diklaim Lebih Efektif

Herman menambahkan, dengan memanfaatkan data statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Jabar dapat memantau dan mengendalikan inflasi dengan lebih efektif.

Hal ini memungkinkan bagi pemerintah kabupaten kota untuk berperan aktif dalam upaya pengendalian inflasi di wilayah mereka masing-masing.

"Juga pentingnya literasi statistik masyarakat dan aparatur sipil negara (ASN) yang perlu ditingkatkan," sebut Herman.

Alasan Herman, literasi statistik seharusnya dapat menjadi pondasi penting dalam pengambilan keputusan yang efektif baik di tingkat individu, keluarga, maupun pemerintahan.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa tingkat literasi statistik di masyarakat masih terbatas.

"Teman-teman BPS terbuka secara online, data-data ini bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Pertanyaannya, berapa banyak yang mengakses data-data itu untuk mengambil keputusan di perusahaan, lingkungan keluarga, dan lebih jauh, di pemerintah," ungkap Herman.

"Ini menjadi PR. Kami akan koordinasi dengan teman-teman dari Perpusnas, Kementerian Pendidikan, dan dari multistakeholder," sambung Herman.

Menurut data, hanya sekitar 0,01 dari 1.000 orang Indonesia yang memiliki minat dalam membaca.

“Kita akan konsultasikan sehingga ke depan, bagaimana data-data BPS ada di perpustakaan desa, di taman baca sehingga masyarakat didekatkan dengan data statistik, yang pada akhirnya mereka memanfaatkan. Tentu harus ada sosialisasi edukasi agar masyarakat mengerti," tukas Herman.

3 dari 4 halaman

Inflasi April 2024 di Jawa Barat Terkendali

Sebelumnya BPS Jabar merilis angka inflasi Jabar selama bulan April 2024. Inflasi tercatat masih terkendali dan sesuai dengan target nasional.

BPS Jabar mencatat, pada April 2024 inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Jabar sebesar 3,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,94.

Kepala BPS Jabar Marsudijono menyebutkan, inflasi tertinggi di Kabupaten Subang sebesar 4,31 persen dengan IHK sebesar 108,69 dan terendah terjadi di Kota Bandung sebesar 2,42 persen dengan IHK sebesar 106,12.

"Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, mulai dari yang tertinggi,  yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 6,41 persen," terang Marsudijono.

Kemudian kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,53 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,45 persen.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,30 persen.

"Tingkat inflasi month to month (m-to-m) Provinsi Jabar bulan April 2024 sebesar 0,15 persen. Sedangkan tingkat inflasi year to date (y-to-d) sebesar 1,27 persen," ujar Marsudijono.

 

4 dari 4 halaman

Neraca Perdagangan Luar Negeri Surplus

BPS Jabar mencatat, neraca perdagangan Jawa Barat Maret 2024 mengalami surplus dari sisi nilai sebesar 2,15 miliar dollar AS.

Nilai tersebut ditunjang oleh surplus komoditas Nonmigas sebesar 2,40 miliar dollar AS. Sedangkan komoditas Migas defisit sebesar 255,41 juta dollar AS.

Dari sisi volume perdagangan luar negeri, pada Maret 2024 terjadi surplus sebesar 123,69 ribu ton, yang disumbang oleh surplus komoditas Nonmigas sebesar 512,97 ribu ton.

"Sedangkan  komoditas Migas defisit sebesar 389,29 ribu ton," kata Marsudijono.

Dilihat dari transaksi perdagangan Nonmigas dengan 13 negara mitra dagang utama, pada periode Maret 2024, Jabar mengalami defisit neraca perdagangan dengan China dan Taiwan senilai 56,55 juta dollar AS, menurun dibanding bulan sebelumnya defisit hingga sebesar 131,59 juta dollar AS.

Sedangkan perdagangan Nonmigas dengan negara utama lainnya menunjukkan surplus. Surplus neraca perdagangan terbesar adalah dengan Amerika Serikat mencapai 505,92 juta dollar AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.