Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Berisiko Impoten atau Disfungsi Ereksi, Perokok Elektrik Rentan Terpapar Dua Kali Lipat

Hasil penelitian menyebutkan, dibanding peserta yang tidak pernah mengonsumsi rokok elektrik, pengguna harian vape dua kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi ereksi.

Liputan6.com, Bandung - Rokok elektrik semakin digandrungi oleh masyakarat baik kelompok muda atau dewasa. Alasan mereka selain ingin mengurangi rokok konvensional, dalih lainnya adalah merasa lebih aman menggunakannya.

Rokok elektrik kerap dipilih sebagian orang karena dinilai lebih aman jika dilihat dari dampaknya pada kesehatan. Namun, penelitian yang terbit di American Journal of Preventive Medicine baru-baru ini menyatakan, ada peningkatan risiko disfungsi ereksi akibat penggunaan vape, salah satu jenis rokok elektrik.

Dicuplik dari laman Good Doctor, Rabu, 17 April 2024, penelitian dilakukan oleh sejumlah ilmuwan dari NYU Grossman School of Medicine dan Johns Hopkins University School of Medicine, melibatkan hampir 14 ribu peserta pria di atas 20 tahun.

Responden kemudian diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu orang yang tidak pernah merokok, sudah berhenti merokok, dan masih merokok (sesekali atau harian).

Dari pembagian kategori tersebut, ditemukan bahwa hampir separuh dari peserta adalah mantan perokok. Sisanya, hampir 21 persen perokok aktif dan 14 persen menggunakan produk tembakau lainnya.

Hasil penelitian menyebutkan, dibanding peserta yang tidak pernah mengonsumsi rokok elektrik, pengguna harian vape dua kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi ereksi.

Menurut penjelasan Dr. Omar El-Shahawy, salah satu peneliti, setiap produk tembakau atau yang mengandung nikotin tidak bebas dari risiko bahaya.

"Selama ini, vape dipilih karena dianggap lebih aman ketimbang rokok konvensional," terang Omar.

Faktanya, beberapa rokok elektrik justru punya zat nikotin dalam konsentrasi yang sangat tinggi. Rokok elektrik generasi baru juga memiliki lebih banyak nikotin. Paparan nikotin inilah yang menjadi penyebab disfungsi ereksi.

Sebenarnya, penyakit yang ditimbulkan bukan merupakan dampak langsung, melainkan efek samping dari terganggunya kinerja jantung dan sirkulasi darah. Seperti diketahui, saat akan ereksi, penis membutuhkan banyak pasokan darah.

Secara umum, merokok bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, mencegah terjadinya pelebaran rongga untuk mengalirkan darah.

"Lama-kelamaan, hal tersebut juga dapat meningkatkan tekanan darah," jelas Omar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Disfungsi Ereksi

Seperti yang telah disebutkan, disfungsi ereksi adalah efek tidak langsung yang bisa terjadi karena terganggunya fungsi jantung akibat paparan nikotin dari rokok elektrik.

Nikotin bisa memengaruhi sistem kardiovaskular melalui banyak cara, seperti mempersempit arteri dan mempercepat detak jantung.

Nikotin juga berperan dalam pengerasan dinding arteri, yang secara langsung berpengaruh pada fungsi sistem kardiovaskular.

Perlu diketahui, nikotin tetap berada di sistem tubuh selama enam hingga delapan jam. Jadi, sekecil apa pun konsentrasinya, nikotin tetap bisa membawa dampak buruk pada kesehatan, terutama organ penting seperti jantung.

Bahkan, menurut American Heart Association Journals, disfungsi ereksi sering kali menjadi tanda dari aterosklerosis, yaitu penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah yang bisa memicu serangan jantung. Disfungsi ereksi biasanya terjadi tiga sampai lima tahun sebelum serangan jantung.

Artinya, jika Anda sudah mengalami disfungsi ereksi, risiko untuk terkena serangan jantung menjadi meningkat. Jadi, segera lakukan pengobatan sebagai langkah pencegahan.

Disfungsi ereksi, atau sering disebut impotensi, adalah ketidakmampuan penis mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk berhubungan seks. Dalam kehidupan berpasangan, ini bisa menjadi masalah jika dibiarkan terlalu lama.

Tak hanya sulit mendapatkan atau mempertahankan ereksi, pria dengan impotensi biasanya juga mengalami penurunan hasrat seksual.

Bukan cuma merokok elektrik, beberapa faktor bisa pula memperparah kondisi, seperti mengalami stres, obesitas, hingga jarang olahraga.

Disfungsi ereksi sendiri sebenarnya hal yang sangat umum terjadi pada pria. Menurut data World Health Organization (WHO), per tahun, sekitar 15 persen pria di seluruh dunia mengalami kondisi tersebut.

Berhenti merokok adalah cara paling efektif untuk menurunkan risiko seorang pria mengalami disfungsi ereksi.

Meski, ada beberapa hal lain yang bisa dilakukan sebagai langkah pencegahan, seperti menghindari konsumsi alkohol, menjaga berat badan, dan berolahraga secara teratur.

Nah, itulah ulasan tentang bahaya penggunaan rokok elektrik yang ternyata bisa meningkatkan risiko terkena disfungsi ereksi. Agar terhindar dari kondisi tersebut, mulai batasi atau hentikan penggunaan vape.

 

3 dari 3 halaman

Social Smoker Tetap Berisiko

Social smoker adalah seseorang yang merokok hanya dalam situasi tertentu, terutama ketika sedang berkumpul bersama teman-temannya.

Orang yang masuk dalam kategori itu biasanya membutuhkan waktu hingga sebulan untuk menghabiskan satu bungkus rokok.

Perlu diketahui, rokok memiliki kandungan nikotin, zat yang sangat adiktif, bisa dengan cepat berpindah ke otak dan menempel pada reseptor yang berhubungan dengan pelepasan hormon rasa senang seperti dopamin.

Seseorang sudah bisa merasakan ‘senang’ meski hanya mengisap satu atau dua batang rokok. Dopamin merupakan hormon yang dapat menyebabkan perilaku kompulsif atau kecanduan.

Namun, bagi social smoker, efek itu mungkin lebih kecil ketimbang orang-orang yang merokok setiap hari.

Meski mungkin tidak sampai menyebabkan kecanduan seperti perokok berat, social smoker tetap berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan. Ini karena asap rokok mengandung banyak zat yang diidentifikasi sebagai racun.

Menurut penelitian, seperti dikutip dari Verywell Mind, setidaknya ada 250 bahan kimia beracun pada rokok, beberapa di antaranya dikaitkan dengan pemicu kanker. Asap rokok sendiri sebenarnya bukan hanya membahayakan perokok aktif, tapi juga yang pasif.

Efek yang lebih parah bisa muncul jika rokok yang digunakan berjenis kretek. Sebuah studi menyebutkan, asap dari rokok kretek mengandung setidaknya empat ribu senyawa yang bersifat toksik (racun), mutagenik (pemicu perubahan kromosom), dan karsinogenik (pemicu kanker).

Dapat disimpulkan bahwa social smoker tetap berisiko terserang berbagai jenis penyakit. Orang yang merokok satu hingga empat batang sehari dikaitkan dengan risiko kematian akibat beberapa penyakit kronis yang ditimbulkan.

Berikut beberapa penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa menyerang perokok, termasuk social smoker:

- Penyakit jantung: Karbon monoksida dari asap rokok bisa menyebabkan kerusakan pada hampir semua organ, termasuk penyumbatan arteri serta kenaikan tekanan darah yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

- Gangguan pernapasan dan paru-paru: Merokok dapat merusak saluran udara dan kantung kecil bernama alveoli di paru-paru, berpotensi meningkatkan risiko penyakit emfisema, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

- Berbagai jenis kanker: Merokok bisa memicu kerusakan sel sehat dan menyebabkan munculnya sel abnormal, terutama di paru-paru, darah, kandung kemih, usus besar, kerongkongan, pangkal tenggorokan, ginjal, hati, trakea, pankreas, dan beberapa bagian tubuh lain.

- Gangguan suasana hati: Nikotin yang telah mencapai otak dapat memicu pelepasan adrenalin. Hal itu dapat menyebabkan berbagai gangguan suasana hati, seperti stres, depresi, dan perasaan cemas.

- Penuaan kulit: Berbagai zat yang ada pada rokok bisa mengurangi jumlah oksigen di kulit. Pada akhirnya, itu akan berdampak pada elastisitasnya. Lama-kelamaan, munculnya kerutan dan garis halus di kulit tidak bisa dihindarkan.

- Peka terhadap rasa sakit: Zat tembakau bisa berdampak buruk pada sistem saraf dan jaringan yang menutupinya. Akibatnya, kamu akan lebih mudah merasakan sakit, terutama di kepala dan punggung.

- Sulit tidur: Nikotin pada rokok bisa menyebabkan jantung berdebar lebih kencang, membuatmu menjadi lebih waspada. Sehingga, kamu akan lebih sulit untuk rileks dan istirahat.

- Masalah penglihatan: Zat pada rokok bisa memperlambat aliran darah dan oksigen ke mata, hingga meningkatkan risiko katarak dan degenerasi makula. Nikotin juga bisa menghambat pelepasan rhodopsin, hormon yang dibutuhkan untuk melihat di malam hari.

- Disfungsi ereksi: Zat pada rokok dapat memperlambat aliran darah dan mengencangkan pembuluh darah. Akibatnya, penis akan sulit mendapat suplai darah dan tidak bisa mengalami ereksi.

Ulasan tentang social smoker dan berbagai risiko gangguan kesehatan yang bisa muncul ini mungkin dapat menjadi perhatian serius bagi para perokok.

Untuk meminimalkan risikonya, ada baiknya hindari rokok atau produk tembakau lain secara total. Karena dengan hidup bersih dan sehat dapat memperpanjang kondisi kesehatan Anda. Tetap semangat dan berdoa untuk kesehatan yang lebih baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini