Sukses

Dampak Kekeringan Masih Berlanjut di Sukabumi, 15 Ribu Liter Bantuan Air Bersih Habis dalam 2 Jam

Kesulitan air bersih akibat kekeringan masih dirasakan warga Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi, 15 ribu liter bantuan air dari PMI Kabupaten Sukabumi belum mencukupi.

Liputan6.com, Sukabumi - Dampak kekeringan hingga kesulitan air bersih akibat kemarau panjang masih dirasakan sebagian warga. Salah satunya di wilayah Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi. 

Sebanyak 15 ribu liter air bersih disalurkan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten sukabumi, dalam tiga mobil tangki air, untuk membantu kebutuhan air bersih warga, Jumat (20/10/2023).

Ada dua desa yang terdampak krisis air bersih, yaitu Desa Mekarsari dan Desa Kertaangsana. Pantauan di lokasi, Mobil tangki air bersih mulai mendistribusikan bantuan pada pukul 10.00 WIB, sekitar dua jam kemudian pihak PMI mengabarkan tangki air sudah kosong. 

Seorang warga, Maryam (56) mengatakan, dampak kemarau sudah dirasakan warga hampir lima bulan terakhir. Namun, kondisi sumber air yang mulai mengering terjadi dua bulan belakangan ini.

"Udah mau hampir lima bulan, cuman susah airnya udah 2 bulan terakhir. Sumurnya udah pada kosong semua. Kalau buat mandi susah juga, kadang mandi kadang nggak, jadi buat wudhu aja. Apalagi buat nyuci, belum nyuci aja, udah banyak udah numpuk," kata Maryam.

Pihak PMI pun menambah jumlah bantuan air bersih, semula 15 ribu liter air yang disediakan. Karena mendapat laporan perangkat desa setempat dari warga yang belum kebagian bantuan air bersih. PMI Kabupaten Sukabumi pun menambah satu tangki air lagi sebanyak 5 ribu liter, jadi total 20 liter air bersih yang telah disalurkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

14 Kecamatan di Kabupaten Sukabumi Kekeringan Sulit Air Bersih

Dr Hondo Suwito, ketua PMI Kabupaten Sukabumi, dr Hondo Suwito mengatakan, data dua bulan terakhir pihaknya menerima permintaan bantuan air bersih dari 14 kecamatan dengan penduduk sekitar 43 ribu jiwa yang terdampak kekeringan.

"Kita briefing atas permintaan dari Kepala Desa, kemudian kita minta juga berapa jumlah total yang berdampak dan kebutuhan air yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Dan kita dibuat bantuan dari PDAM kemudian dari BPBD dan masyarakat yang peduli terhadap kekeringan," ujar dr Hondo Suwito.

Hondo menyampaikan, dalam menghadapi kemarau panjang yang diprediksi BMKG sampai Maret 2024 mendatang itu, pihaknya siaga untuk kondisi tersebut. Selain itu juga menghimbau kepada masyarakat agar bijak dalam menggunakan bantuan air bersih.

"Kita juga menghimbau kepada masyarakat yang terdampak tolong pergunakan air secara bijak. Jangan sampai digunakan untuk keperluan yang tidak urgent, seperti cuci kendaraan atau sebagainya. Jadi pergunakan air secara bijak, kemudian ke depan karena ini juga kemarau diperkirakan BMKG sampai bulan Maret," jelasnya.

 

3 dari 4 halaman

Kemarau Sebabkan Danau Irigasi Mengeringan

Danau Ranca Bali yang ada di area tak jauh dari pemukiman warga terdampak kekeringan, juga terlihat kering tanpa air. Diketahui, danau ini menjadi salah satu sumber irigasi untuk lahan pertanian warga.

Juanda (65) warga sekitar danau menyampaikan, air di danau tersebut memang kerap mengering setiap tahunnya saat memasuki musim kemarau. Namun, baru tahun ini kondisi surut hingga mengering terjadi.

"Empat bulanan udah kering, danau buat ke sawah-sawah irigasi buat kepentingan masyarakat. Kalau tiga bulan gak ada hujan, pasti kering. Tahun kemarin gak seberapa, masih ada sedikit air, tahun ini total kering gak ada air sama sekali," ujar Juanda.

Dia menceritakan, danau yang berlokasi di Jalan Kebon Kai Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi ini punya luas sekitar satu hektar dengan kedalaman sekitar tiga meter. Saat mendekati musim kemarau, tak jarang warga sekitar menangkap ikan di sana untuk dikonsumsi, namun tahun ini keberadaan ikan pun nyaris tak ada.

"Kalau yang sudah-sudah suka ditanam suka dipancing. Kalau sekarang mah, kaya tahun kemarin gak ada yang nanam, gak ada ikannya ,cuman ikan-ikan yang kecil," ungkapnya.

 

4 dari 4 halaman

PMI Jabar Dorong Edukasi Warga Antisipasi Kekeringan Saat Musim Penghujan Tiba

Ketua Bidang Organisasi PMI Provinsi Jawa Barat, Yosi Irianto menyampaikan, dari dampak kemarau panjang tahun ini sudah ada bantuan sekitar 7 juta liter air bersih yang didistribusikan ke masyarakat di kota dan kabupaten di wilayah Jabar.

Menurutnya ada poin penting lain yang tidak boleh diabaikan, selain monitoring persediaan air bersih. Hal yang harus dilakukan pihak PMI juga yaitu melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya membuat resapan air saat musim hujan, sebagai langkah antisipasi.

"Edukasi kepada warga daerah sini, sehingga adanya edukasi dimana membuat resapan air yang memang bagaimana budidaya menanam pohon, seperti pohon kawung atau aren itu salah satu pohon yang kuat menyimpan air sebagai pohon yang resapannya kuat," jelasnya.

Dia menjelaskan, dampak kekeringan akibat kemarau banyak terjadi di wilayah dataran tinggi. Di Jabar sendiri, Garut dan Sukabumi menjadi daerah yang cukup banyak terdampak kekeringan.

"Dominan kaya Garut juga Jabar Selatan terutama memang ada beberapa seperti Garut hampir sama dengan Sukabumi ada laut tapi ada juga pegunungan. Kan kekeringan itu identik dengan keberadaannya daerah lebih tinggi dibandingkan dataran dataran airnya," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.