Sukses

Tradisi Unik Bekaseman Ikan di Keraton Cirebon, Dimasak oleh Wanita Menopause

Makanan olahan ikan laut ini dibuat melalui proses fermentasi atau pengawetan dengan cara tradisional. Bahannya bisa berupa ikan kakap, tongkol, tenggiri, dan ikan laut yang berukuran jumbo.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap menjelang datangnya momen peringatan Maulid Nabi, Keraton di Cirebon selalu mengadakan tradisi membuat makanan yang dinamakan bekasem ikan.

Makanan olahan ikan laut ini dibuat melalui proses fermentasi atau pengawetan dengan cara tradisional. Bahannya bisa berupa ikan kakap, tongkol, tenggiri dan ikan laut yang berukuran jumbo.

Seperti diketahui, tradisi bekaseman ikan di Keraton Cirebon ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Pemprov Jawa Barat.

Cara membuatnya, ikan dibersihkan dan dipotong kecil-kecil terlebih dahulu oleh sejumlah wanita dari keluarga keraton, sebelum diawetkan dengan dimasukkan ke dalam gentong.

Setelah ikan-ikan itu dimasukkan dalam gentong, ditaburi olahan rempah-rempah seperti garam, gula merah yang dihaluskan, dan nasi putih. Kemudian ikan ditutup rapat dengan abu gosok.

Ikan dalam gentong tersebut kemudian diawetkan selama kurang lebih satu bulan. Mulut gentong ditutup menggunakan kertas tebal dan disimpian di di ruang Pungkuran Dalem Arum di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Gentong yang digunakan sendiri bukan gentong sembarangan. Gentong tersebut merupkang gentong kuno peninggalan Putri Ong Tien Nio dari China yang merupakan istri dari Sunan Gunung Jati.

Setelah satu bulan, gentong yang berisi olahan ikan itu dibuka dan dihidangkan bersamaan nasi jimat pada acara Panjang Jimat atau puncak peringatan Muludan pada tanggal 12 Mulud. Bau khas daging ikan yang telah difermentasikan dalam gentong begitu menyengat saat dibuka.

Usai diawetkan, daging ikan yang tampak kekuningan itu dicuci dan dikeringkan di atas tampah yang telah dialasi batang-batang padi supaya cepat kering. Ikan-ikan tersebut lalu dilakukan proses pengeringan yang memakan waktu satu minggu agar saat dinikmati rasa khasnya tidak hilang.

Sebelum disajikan pada puncak peringatan Maulid Nabi, bekasem ikan itu diolah lagi dengan cara dimasak bersama nasi jimat. Proses pengolahannya dilakukan di Dapur Mulud yang sesuai namanya, hanya digunakan saat bulan Maulud atau Rabiul Awal.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Nasi Jimat

Di antara serangkaian prosesi panjang jimat, akan disajikan nasi jimat yang diletakkan dalam piring-piring pusaka berusia ratusan yang telah dicuci pada tradisi Siraman Panjang. Nasi jimat yang disajikan sendiri dilengkapi bekaseman ikan.

Lebih lanjut, Sultan menyebutkan bekaseman ikan tersebut disajikan menggunakan piring pusaka yang sudah cuci melalui ritual siraman panjang.

Salah seorang abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon mengatakan, pembuatan ikan hasil fermentasi itu dlakukan sejak tanggal 5 Safar, kemudian gentong berisi ikan itu dibuka pada tanggal 5 Mulud (Rabiul Awal).

Biasanya bekaseman ikan ini dihidangkan untuk keluarga keraton, abdi dalam, dan kerabat keraton. Dan juga disedekahkan kepada rakyat.

Diketahui, bekaseman ikan merupakan salah satu makanan untuk Wali Songo. Konon mereka tak memakan banyak daging, lebih senang makan sayuran, buah-buahan, dan ikan laut.

Uniknya, keseluruhan proses pembuatan bekaseman ikan hanya boleh dilakukan para perempuan yang sudah menopause. Tak heran, mereka yang terlibat merupakan kaum ibu setengah baya hingga berusia tua.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.