Sukses

Membangkitkan Lagi Kerajinan Purun Banyuasin Lewat Sedotan Organik

Liputan6.com, Palembang - Rumput purun dulunya digunakan warga Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel), untuk membuat berbagai kerajinan anyaman, salah satunya tikar purun.

Kemajuan zaman membuat kerajinan purun kini kian terkikis. Banyak warga Banyuasin yang meninggalkan bisnis anyaman tersebut, hingga akhirnya kerajinan purun terlupakan.

Hanya ada beberapa warga saja, yang masih menggeluti kerajinan rumput purun. Namun sayang, potensi bisnis tikar purun tak seberjaya dulunya.

Monsan (33), Kepala Desa Plaju Kecamatan Rambutan Banyuasin mengatakan, kerajinan purun dulunya menjadi usaha rumahan utama bagi warga Desa Plaju Banyuasin. Tak hanya membuat tikar saja, tapi rumput purun juga dianyam menjadi bakul untuk peralatan dapur.

“Setelah pergeseran zaman, purun terlupakan. Padahal saat saya masih kecil, kami selalu menggunakan anyaman purun untuk kebutuhan rumah. Sampai sekarang pun, masih ada tikar purun dari nenek saya. Kondisinya masih awet, walaupun warnanya sudah memudar,” ucapnya kepada Liputan6.com, Selasa (6/12/2022).

Melalui program TP PKK Desa Plaju Banyuasin, ibu-ibu di Desa Plaju akhirnya tergerak untuk kembali membuat kerajinan dari rumput purun. Bukan anyaman tikar, namun kerajinan sedotan purun yang ramah lingkungan.

Rumput purun yang hidup di atas lahan gambut, direndam dalam air agar aroma gambut hilang. Lalu bagian tengah rumput purun dilubangi. Bahan baku itu lalu dijemur hingga mengeras dan membentuk seperti sedotan.

“Kita tidak memakai pengawet, jadi sedotan purun hanya bertahan hingga seminggu saja. Kita pilih rumput purun yang agak tua, agar tahan lama. Kalau rumput purun yang muda, sedotannya cepat hancur,” katanya.

Proses pembuatan sedotan organik tersebut hanya butuh waktu sehari saja. Karena mengandalkan panas matahari, untuk mengeringkan rumput purun. Namun jika musim penghujan, pembuatan sedotan purun butuh waktu berhari-hari.

Pipet ramah lingkungan ini dijual Rp 5.000 untuk satu bungkus sedotan sebanyak 100 unit. Pemasaran sedotan rumput purun hanya dititipkan ke satu warung warga di Desa Plaju Rambutan Banyuasin. Produksi sedotan rumput purun memang terbatas, tergantung dari penjualan sedotan organik yang distok di warung.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peneliti Muda Lanskap

“Kami berharap dengan cara ini, kerajinan sedotan organik dari rumput purun khas Desa Plaju Banyuasin bisa berjaya seperti dulu,” ungkapnya.

Para Peneliti Muda Lanskap (PML) hadir meneliti dan memantau perkembangan bisnis sedotan rumput purun khas Desa Plaju Banyuasin Sumsel.

PML hadir dalam rangkaian program Inkubator Peneliti Muda Lanskap (IPML), yang diinisiasi oleh ICRAF Indonesia melalui proyek Land4Lives yang didukung oleh Global Affairs Canada (GAC).

David Susanto, Koordinator Land4Lives wilayah Sumsel mengatakan, riset para peneliti muda dilakukan selama tiga bulan di lapangan. Salah satunya di 6 desa di Kawasan Hutan Gambut (KHG) Banyuasin

“Hasil data penelitian PML, diharapkan bisa memberikan sumbangsih untuk perubahan iklim yang bisa digunakan ICRAF, pada proyek selanjutnya hingga tahun 2026 mendatang,” ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.