Sukses

Gagal Ginjal Akut Merebak, Waspadai Gejala Demam Anak Selama 14 Hari

Pemantauan umum dan gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut seperti penurunan volume urine yang dikeluarkan, demam selama 14 hari, gejala ISPA, dan gejala infeksi saluran cerna.

Liputan6.com, Bandung - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat terutama orangtua yang memiliki anak usia 0-18 tahun untuk aktif melakukan pemantauan umum dan gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan dini.

Juru bicara Kemenkes M Syahril mengatakan, pemantauan umum dan gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut seperti penurunan volume urine yang dikeluarkan, demam selama 14 hari, gejala ISPA, dan gejala infeksi saluran cerna.

"Gagal ginjal akut pada anak ini memiliki gejala yang khas yakni penurunan volume urine secara tiba-tiba. Bila anak mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut," kata Syahril dalam siaran pers Kemenkes dikutip Rabu (19/10/2022).

Selain itu, belajar dari kasus yang terjadi di Gambia, Kemenkes juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan obat dengan baik dan benar sesuai dengan resep dokter maupun informasi yang tertera di kemasan obat.

Kemenkes mengungkapkan bahwa penyakit gagal ginjal akut pada anak tidak ada kaitannya dengan vaksinasi maupun infeksi Covid-19.

"Sampai saat ini kejadian gagal ginjal akut tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19 maupun infeksi Covid-19," ujar M Syahril.

Syahril juga menyebutkan hingga kini masih terus dilakukan pemeriksaan laboratorium dan penyebab pasti gagal ginjal akut pada anak, meski begitu upaya penelusuran kasus gagal ginjal akut terus dilakukan Kemenkes dengan menggandeng para ahli epidemiologi, Badan POM, IDAI, dan Puslabfor.

Penyelidikan epidemiologi dilakukan dengan melakukan pengawasan dan pemeriksaan untuk mengetahui infeksi-infeksi yang menjadi penyebab gagal ginjal akut pada anak. Pemeriksaan mencakup swab tenggorokan, swab anus, pemeriksaan darah dan kemungkinan intoksifikasi.

"Saat ini Kemenkes bersama tim tengah melakukan penyelidikan epidemologi kepada masyarakat, tim akan menanyakan berbagai jenis obat-obatan yang dikonsumsi maupun penyakit yang pernah di derita 10 hari sebelum masuk RS/sakit. Harapannya hasilnya bisa segera kami dapatkan sebagai informasi untuk penanganan selanjutnya," tutur Syahril.

Sembari menunggu hasil investigasi lanjutan, Syahril menyebutkan telah meminta fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap merebaknya gagal ginjal pada anak dengan aktif melaporkan setiap kasus yang mengarah pada gagal ginjal akut pada anak.

Belakangan kasus gagal ginjal akut misterius merebak di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia per 17 Oktober 2022, kasus gagal ginjal akut misterius pada anak di Tanah Air bertambah menjadi 156. Jumlah ini adalah total kasus yang dilaporkan di sejumlah provinsi di Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengertian Gagal Ginjal Akut

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible.

Gagal ginjal akut ditandai dengan gejala yang timbul secara tiba-tiba dan penurunan volume urin secara cepat. Laju filtrasi glomerulus dapat menurun secara tiba-tiba sampai di bawah 15 mL/menit.

Penyakit ini mengakibatkan peningkatan kadar serum urea, kreatinin, dan bahan lain. Gagal ginjal akut bersifat reversibel, namun secara umum tingkat kematian pasien tinggi.

Patofisiologi gagal ginjal akut

Terdapat tiga kategori ARF (Acute Renal Failure) atau gagal ginjal akut, yaitu prerenal, renal dan postrenal dengan mekanisme patofisiologi berbeda.

Prerenal: Hipovolemik, hipotensi, dehidrasi, syok

Renal: (Intrinsic renal failure) – ATN (acute tubular nephrosis) or VMN (vascular membrane nephrosis).

Postrenal: obstruksi, batu, prostat, trauma, keganasan.

3 dari 3 halaman

Disebut Penyakit Unknown Origin

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati membeberkan, sejak Agustus 2022, pihaknya melihat ada lonjakan kasus anak-anak yang dibawa ke rumah sakit dengan keluhan gangguan ginjal akut (Acute Kidney Injury/AKI) Progresif Atipikal atau yang tidak diketahui (unknown origin).

Penyakit ini disebut unknown origin seperti hepatitis akut. Sebab, gangguan ginjal akut ini sebelumnya tak pernah menjadi diagnosis tunggal.

"Jadi AKI itu pasti merupakan kondisi yang ada penyebabnya. Pada anak-anak ini, kami tidak menemukan penyebab yang biasanya timbul. Yang sering terjadi, AKI itu biasanya efek dari kehilangan cairan atau kekurangan cairan dalam waktu yang singkat," tambah Laksmi.

Laksmi memberikan contoh seperti kehilangan cairan pada anak yang mengalami diare sehingga dehidrasi hebat. Kondisi bisa terjadi pula pada anak yang mengalami perdarahan hebat atau dengue hebat.

"Nah, kondisi-kondisi seperti itu, yang mana terjadi kekurangan cairan yang masuk ke ginjal, maka itu akan menyebabkan AKI. Ada juga yang sering menjadi penyebab adalah infeksi yang berat," sambungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.