Sukses

Melihat Kearifan Ekologis Kampung Adat Praiyawang di Sumba Timur

Kampung ini berada di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Liputan6.com, NTT - Indonesia memiliki berbagai adat istiadat yang bahkan masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu daerah di tanah Sumba yang masih memegang teguh adatnya adalah Kampung Adat Praiyawang.

Kampung ini berada di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Berada di desa adat ini, suasana peradaban masa silam akan terasa sangat kental.

Hal tersebut bisa dirasakan dari arsitektur rumah Sumba yang dilengkapi dengan menara yang tinggi. Selain itu, barisan kuburan tua megalitik para bangsawan dengan ciri khas pahatan simbol yang sarat akan makna juga menjadi salah satu faktor penguat suasana tersebut.

Rumah adat di sini biasanya berisi barang-barang peninggalan nenek moyang, seperti gong, tambur, dan pakaian adat yang telah berumur ratusan tahun tetapi masih terawat dengan baik. Adapun bentuk atap rumah adat Praiyawang memiliki ciri khas yang tinggi dan lancip.

Setiap rumah di desa adat ini memiliki 3 bagian, yakni bagian bawah, tengah, dan atas rumah. Hal tersebut mencerminkan simbol alam dalam pandangan masyarakat Sumba Timur, yakni alam bawah (tempat arwah), alam tengah (tempat manusia) dan alam atas (tempat para dewa).

Sementara itu, di sekitar kampung terdapat delapan rumah induk yang mengelilingi kampung adat dan kuburan-kuburan batu atau menhir berukuran besar. Delapan rumah induk yang mengelilingi perkampungan tersebut melambangkan delapan keturunan dari bangsawan dalam Kampung Adat Praiyawang.

Tentu saja, setiap rumah induk memiliki fungsi masing-masing. Misalnya rumah besar (Rumah Adat Harapuna atau Uma Bokul) yang saat ini dijadikan sebagai tempat penyimpan mayat yang juga digunakan pada ritual khusus, seperti ridual adat kematian para raja.

Sementara itu, Uma Ndewa digunakan khusus untuk ritual adat cukuran bagi anak raja yang baru lahir. Ada pula Uma Kopi atau rumah tempat minum kopi.

Adapun kuburan batu atau menhir yang ada di sana memiliki berat mencapai 1-5 ton. Kuburan ini terletak di tengah-tengah perkampungan.

Melansir dari forumarkeologi.kemdikbud.go.id, penempatan menhir dan kuburan batu yang selalu berasosiasi dengan rumah penduduk mencerminkan adanya penghormatan kepada leluhur. Hal ini pula yang membuat Desa Rindi disebut sebagai kampung megalitik.

Selain dapat berbaur dengan adat asli daerah ini, berkunjung ke Kampung Adat Praiyawang akan menyenangkan karena bisa melihat kuburan megalitik, menyaksikan pertunjukkan tarian tradisional, serta melihat secara langsung proses pembuatan kain tenun ikat khas Sumba.

(Resla Aknaita Chak)

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.