Sukses

Cerita Petambak Garam Cirebon 3 Tahun Tidak Panen Akibat Banjir Rob

Lahan garam pun banyak yang ditinggalkan dan tidak diolah padahal bulan Agustus adalah bulan panen garam

Liputan6.com, Cirebon - Sejumlah petambak garam di Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon harus gigit jari akibat lahannya terkena banjir rob.

Kondisi tersebut diketahui dialami petambak garam sudah tiga tahun lamanya. Mayoritas petambak garam di desa ini tidak bisa produksi garam. 

Padahal, bulan Agustus memasuki panen raya garam Cirebon. Atas kondisi seperti ini, lahan garam pun banyak yang ditinggalkan dan tidak diolah. 

Salah seorang petambak garam Ismail Marzuki mengatakan, hanya sebagian lahan saja yang posisinya jauh dari laut, dalam keadaan aman dan bisa produksi.

"Kalau dijumlah ya ratusan hektare yang sudah terendam air rob dan tidak bisa digarap. Paling hanya seperempat lahan garam yang bisa produksi tahun ini, itu pun mereka kesusahan juga mengolahnya," kata Ismail, Rabu (24/8/2022).

Dia mengatakan, meski posisinya jauh dari laut dan tidak terkena rob, cuaca kemarau tahun ini tidak menentu. Karena di bulan Agustus masih turun hujan. 

Sehingga, proses pengolahannya lama untuk bisa menghasilkan garam. Ia menjelaskan, kondisi lahan garam terendam air pasang ini sudah tiga tahun.

Namun yang terparah di kemarau dua tahun ke belakang. Pada 2020, dengan lahan garam 7.500 meter persegi, Ismail masih bisa produksi meski hanya mendapatkan 7 ton garam dalam satu musim. Kemudian di tahun 2021 menghasilkan 5 ton garam.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tagih Janji

Sementara pada musim kemarau 2022 ini, ia bersama petambak garam lainnya tidak bisa produksi sama sekali. 

"Kalau dibandingkan tahun 2019 ya sangat jauh hasil produksi garamnya. Di lahan yang sama, saya masih bisa menghasilkan 85 ton garam dalam satu musim," ungkapnya.

Untuk harga garam di petambak sendiri, ia tak memungkiri memang lumayan tinggi mencapai Rp 1.000 sampai Rp 1.300 per kilogram tergantung kualitas garam. 

Hanya saja, tingginya harga itu dikarenakan tidak ada garam di petambak. 

"Ya percuma juga harga tinggi, kami tidak bisa produksi kok. Kalau semua bisa produksi ya bisa saja harga garam seperti dulu-dulu. Saat panen raya malah anjlok di angka Rp 100 perkilogramnya," kata Ismail.

Petambak Garam lainnya, Tohari mengaku, tahun ini ia meninggalkan lahan garapan garamnya. Ia mengaku menyerah untuk terpaksa tidak melanjutkan mengolah lahan garamnya. Karena sudah beberapa kali ia menambak tanggul selalu saja diterjang air rob. Sehingga dirasa percuma, hanya membuang waktu, tenaga, biaya saja.

"Bulan Juni lalu saya sudah berusaha mulai membenahi lahan garam, tapi terus-terusan diterjang rob. Jadi ya percuma. Tahun ini paling parah dibandingkan dua tahun sebelumnya," kata Tohari.

Berbeda dengan Ismail dan Tohari, Petambak Garam lainnya, Oman Mukti mengaku, dirinya sudah bisa memanen garam di lahan garapannya. Hanya saja, kesulitan untuk mengolah dan memproduksi garam seperti sebelum-sebelumnya. Selain cuaca tak menentu, ia harus berjuang selama 7 bulan baru bisa memanen garam.

Oman menyampaikan, dari Januari 2022 sudah mengolah lahan garam dengan terus-terusan menambak tanggul. Tiap setiap kali rob tinggi, tiap kali itu juga ia bekerja membenahi dan meninggikan tanggulnya supaya air rob tidak masuk ke lahan garam.

"Dari bulan Januari saya sudah terjun. Dan baru bisa merasakan hasilnya. Tapi tidak bisa banyak hasil penennya enggak kayak dulu," ujar Oman. 

Mereka juga menagih janji Kepala Staf Presiden (KSP) RI, Moeldoko yang tahun lalu mendengarkan keluhan petambak garam dan berjanji melalui Kementerian Kelautan untuk merevitalisasi bibir pantai di wilayah ini.

Petambak Garam di desa setempat, Ismail Marzuki (35 tahun) mengaku, saat ini mayoritas lahan garam di desanya terendam air rob. 

Menurutnya, dengan kunjungan KSP RI, Moeldoko sepuluh bulan yang lalu, harapan petambak garam terhadap pemerintah pusat sangatlah besar untuk membenahi kondisi tersebut. 

Namun, lanjut dia, beberapa janji KSP di hadapan petambak garam saat itu, sampai sekarang belum terealisasi sama sekali.

"Ya kami pasrah saja dengan kondisi ini. Tapi kalau boleh menagih janji Bapak Moeldoko ya kami minta segera direalisasikan. Saat itu, Pak Moeldoko salah satunya menjanjikan melalui kementerian mau membenahi sepanjang pantai agar tidak terus digerus abrasi karena rob," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.