Sukses

Gara-Gara Kalah Pemilihan Lurah, Timses Dipukuli hingga Babak Belur

Seorang warga Kalurahan Bedoyo, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul, berinisial N, menjadi korban penganiayaan terkait pemilihan lurah di daerahnya.

Liputan6.com, Gunungkidul - Seorang warga Padukuhan Alas Ombo, Kalurahan Bedoyo, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul, berinisial N, menjadi korban penganiayaan diduga terkait pemilihan lurah di daerahnya. Akibat penganiayaan itu, N mengalami luka-luka pada bagian kepala dan wajah, serta harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Menurut pengakuan istri korban, T (45), suaminya diculik usai pencoblosan pemilihan lurah, Minggu siang (30/10/2021), sekitar pukul 14.00 WIB. Dirinya didatangi dua orang oknum yang diduga kuat dari tim sukses yang ternyata kalah dalam Pilur Kalurahan Bedoyo.

"Saya baru ngeloni anak terus ada dua orang datang mencari suami saya," ujarnya, Minggu (31/10/2021).

Dua orang tersebut lalu menanyakan keberadaan suaminya. Lantaran baru menidurkan anak, T mengatakan dirinya tidak tahu. T lalu menimpali kedua orang tersebut dengan pertanyaan apa tujuan mereka mencari suaminya.

Kedua orang tersebut menjawab suaminya akan mereka bawa pergi. Seketika itu juga T langsung menangis ketakutan. Anak sulungnya yang duduk di bangku SMK sebenarnya hendak mengejar kedua orang tersebut namun berhasil dicegah.

"Anak saya agak emosi mau mengejar mereka. Tapi saya cegah," katanya.

Usai kejadian itu, T mengaku kesulitan menghubungi ponsel suaminya. Saat T keluar mencari suaminya, ia mendapat telepon dari anaknya yang mengatakan T sudah di rumah. Ia tidak mengetahui siapa yang mengantar suaminya, namun saat sampai di rumah kondisi N sudah babak belur. 

Di bagian samping matanya lebam, kepala suaminya keluar darah dan mengaku rahangnya sakit saat berbicara. Ia lantas membawa suaminya periksa ke rumah sakit. Pihak rumah sakit meminta N menjalani rawat inap karena masih merasakan efek luka tersebut.

"Tadi ada beberapa polisi datang menanyai suami saya. Tetapi rahang suami saya masih sakit kalau diajak bicara," katanya.

Sampai saat ini suaminya masih trauma dengan kejadian yang menimpanya tersebut. Sementara ia sendiri tidak mengetahui alasan mengapa suaminya mendapat penganiayaan.

"Hari Rabu kemarin ada yang minta antar ke rumah-rumah kemudian diantar oleh suami saya. Kayaknya itu yang dipermasalahkan," paparnya.

Usai kejadian, dua orang tim sukses dari lurah yang kalah mendatangi N. Keduanya mengaku meminta maaf dan ingin menyelesaikannya secara kekeluargaan. Mengingat mereka akan selamanya bertetangga sehingga persoalan tersebut sebaiknya diselesaikan baik-baik. Belakangan diketahui dari selentingan warga, N merupakan tim sukses dari dua calon lurah sekaligus. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kata Lurah Terpilih

Sementara itu, Sulardi lurah terpilih mengatakan, kejadian tersebut baru didengarnya saat polisi datang ke rumahnya. Bahkan, mengaku kaget dengan kejadian itu. Sulardi sendiri membenarkan N adalah kadernya dalam pemilihan lurah di Kalurahan Bedoyo.

Menurutnya, kejadian itu sangat tidak pantas dilakukan tim sukses mana pun, baik dari calon yang menang maupun kalah. Hal ini mengingat pemilihan lurah tersebut terbilang dalam ruang lingkup yang sempit sehingga saling mengenal.

"Semua kan satu warga, satu kalurahan, jadi pasti saling mengenal. Dan dari pihak saya yang memenangkan pemilihan tersebut, toh nantinya akan saya pimpin jadi warga saya semua," kata Lardi.

Sulardi menyarankan agar permasalahan ini tidak dibawa ke ranah hukum. Sebab, pelaku dan korban adalah tetangga yang nantinya akan bersama sama membantu dirinya untuk membangun Kalurahan Bedoyo.

"Saran saya diselesaikan secara kekeluargaan saja, kalau mau ke ranah hukum tentunya itu hak keluarganya, bukan saya," tuturnya.

 

3 dari 3 halaman

Menunggu Laporan Korban

Panit Reskrim Polsek Ponjong Iptu Samsudin, membenarkan adanya peristiwa penganiayaan yang menimpa N. Peristiwa itu terkait pemilihan kepala kelurahan.

"Pihak kepolisian sudah mendatangi korban di rumah sakit dan kondisinya masih terbaring dengan luka-luka di wajahnya. Namun kami tetap mintai keterangan," kata Samsudin.

Selain mendatangi korban, pihaknya juga sudah mendatangi kedua calon lurah, baik yang menang atau kalah untuk dimintai keterangan. Kepolisian masih menunggu laporan resmi dari pihak korban jika ingin melanjutkan perkara ini ke ranah hukum.

Samsudin menjelaskan, penganiayaan itu terjadi karena dalam pemilihan lurah tersebut antara pemenang dan yang kalah hanya selisih 16 angka. Sehingga, suasana panas dirasakan baik kader hingga tim sukses.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.