Sukses

Antisipasi Longsor Susulan di Sumedang, Begini Saran Ahli Geologi ITB

Ahli di bidang longsoran tanah dan geologi teknik ITB Imam Achmad Sadisun punya saran terkait antisipasi longsor susulan di Sumedang.

Liputan6.com, Bandung - Ahli di bidang longsoran tanah dan geologi teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) Imam Achmad Sadisun, mengingatkan akan bahayanya longsor susulan di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

Untuk mengantisipasi bahaya longsoran susulan, Imam mengusulkan agar pemerintah segera melakukan upaya penanganan.

Menurutnya, hal itu bisa dilakukan dengan cara penataan dari atas tebing mulai dari stabilisasi lereng tersebut dengan melakukan perkuatan material pembentuk lereng atau pemberian struktur penahan lereng secara bertahap hingga pengaturan drainase permukaan dan bawah permukaan dengan baik.

"Atau jika tidak dilakukan penataan ulang kawasan, bisa dengan cara merelokasi masyarakat yang ada di sekitar lokasi longsor ke tempat aman," kata Imam dalam rilis yang dikeluarkan ITB, Kamis (14/1/2021).

Imam menyampaikan hal tersebut setelah tim dari KK Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB telah meninjau lokasi terjadinya longsor pada Selasa (12/1/2021) lalu.

Tim tersebut menurut Imam, menemukan rekahan lain dengan jarak 7 meter dari lokasi kejadian di bagian atas lereng dekat ke jalan. Dari rekahan yang ditemukan perlu menjadi kewaspadaan akan bahaya longsoran susulan.

"Kita melihat longsoran susulan ini belum berhenti. Tim ITB ke sana retakan itu ternyata masih ada sampai ke jalan di perumahan yang ada di atas dan paling jauh jaraknya 7 meter, nah ini suatu saat bisa jadi meluncur lagi (longsor)," ungkapnya.

Dia mengatakan, longsor yang terjadi di Cimanggung tidak hanya sekali terjadi. Setidaknya ada empat kali kejadian longsoran menurut banyak saksi mata di lokasi tersebut.

"Dari berbagai dokumentasi foto dan video, dapat diamati dengan jelas bahwa longsoran susulan cenderung berkembang menuju arah gawir utama atau mahkotanya,” tutur Imam.

 

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masuk Zona Merah

Menurut Imam, jika melihat peta geologi di daerah tersebut, lokasi tempat terjadinya longsor itu masuk zona merah dan kuning. Artinya memiliki potensi longsor yang tinggi dan sangat tinggi.

"Sehingga untuk perumahan dan permukiman peruntukannya sangat terbatas," ucapnya.

Ia pun menyarankan agar pihak terkait selalu memperhatikan UU Penataan Ruang dan Lahan di kawasan yang berpotensi longsor.

Lebih jauh Imam menjelaskan, longsoran yang terjadi bukanlah jenis longsoran biasa, melainkan bisa dikatakan sebagai longsoran kompleks. Kejadian di Sumedang ini menurutnya terjadi karena proses gelinciran (sliding) pada bagian atas hingga proses aliran (flowing) di bagian tengah dan bawah sistem longsoran. 

"Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” katanya.

Berdasarkan pengamatan dan analisis Imam, area longsoran Cimanggung ini berawal dari bagian tengah sistem lereng yang ada. Tempat inilah awal terganggunya kesetimbangan atau kestabilan lerengnya ditambah dengan terjadinya hujan lebat.

Selain itu di area tersebut lahannya sudah banyak dibuka untuk area perumahan, baik pada bagian atas lereng, tengah hingga pada bagian bawahnya. Kenaikan tekanan pori dan berat isi material pembentuk lereng oleh infiltrasi air hujan, telah memberikan kontribusi yang sangat berarti pada proses terbentuknya longsoran ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.