Sukses

BMKG Beberkan Penyebab Banjir Parah di Bandung

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menerbitkan analisis kejadian banjir yang melanda Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi, kemarin.

Liputan6.com, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menerbitkan analisis kejadian banjir yang melanda Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi, Minggu (25/10/2020) kemarin.

Menurut Forecaster on Duty Stasiun Klimatologi BMKG Bogor, Leni Jantika Haswan, banjir yang terjadi di beberapa titik di wilayah Kota Bandung, wilayah Lembang Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi dipicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

"Berdasarkan data curah hujan di wilayah Bandung, Kota Cimahi telah terjadi hujan dengan curah hujan maksimum sebesar 38.2 mm tercatat pada pos hujan AWS Stageof Bandung," ujarnya, Senin (26/10/2020).

Sementara berdasarkan pantauan citra radar dan satelit di sekitar lokasi kejadian, Leni menyebutkan terdapat pertubuhan awan hujan yang signifikan pada sore hari antara pukul 15.32 - 16.12 WIB.

Dari pengamatan cuaca permukaan di Stasiun Geofisika Bandung terpantau liputan awan Kumulonimbus (CB) yang berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang.

"Pertumbuhan awan hujan tersebut dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil dan diperkuat adanya daerah belokan angin yang melewati wilayah Jawa Barat. Sehingga fenomena atmosfer ini meningatkan potensi pertumbuhan awan hujan di Jawa Barat," kata Leni.

Untuk pola sebaran angin 3000 ft tanggal 25 Oktober 2020 pukul 00.00 UTC, Leni menjelaskan pada umumnya angin yang melewati wilayah Jawa Barat dari arah Tenggara hingga Selatan.

Terdapat topical siklon (TS) Saudel (992 HPA) di Laut Cina Selatan dan TS Malove (994 HPA) di Samudera Pasifik sebelah timur Filipina serta tekanan rendah (Low) di Samudera Hindia sebelah Barat Jawa menyebabkan terbentuknya daerah belokan angin yang melewati wilayah Jawa Barat.

"Kondisi ini mendukung suplai awan-awan hujan di antaranya di wilayah Jawa Barat," terang Leni.

Pematauan citra satelit Himawari tanggal 25 Oktober 2020 pukul 14.28 WIB, terpantau sel awan konvektif yang tumbuh dengan cepat di sekitar Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.

Satu jam kemudian pukul 15.00 WIB kemarin, awan tersebut bergerak meluas memasuki seluruh wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung bagian timur.

"Berdasarkan citra radar, tampak bahwa pada pukul 16.04 WIB sampai 18.28 WIB terdapat pertumbuhan beberapa sel awan konvektif di wilayah Bandung diantaranya di wilayah Kabupaten Bandung timur yaitu sekitar Cileunyi dan Rancaekek serta di Bandung Barat tepatnya di sekitar Lembang, pukul 15.00 WIB di sekitar Kota Bandung," jelas Leni.

Awan konvektif tersebut berupa awan Kumulonimbus (CB) terbentuk sangat cepat dan intensif. Terlihat dari nilai reflektifitas yang cukup tinggi dan maksimum di wilayah tersebut dengan nilai sebesar 50 dBZ pada pukul 15.32 sampai 16.12 WIB.

Berdasarkan model Kelembaban Udara tanggal 25 Oktober 2020 pukul 00.00 UTC, secara umum wilayah Bandung dan Kota Cimahi menunjukkan kelembaban udara pada lapisan 850 – 500 mb masih basah (70 - 95 persen).

"Berdasarkan model SST (peralatan pemantau teknis) dan anomalinya tanggal 24 Oktober 2020 menunjukkan suhu permukaan laut di sekitar perairan Jawa Barat masih hangat berkisar 28-30 derajat Celcius dengan anomali 1-2 derajat Celcius," ungkap Leni.

Hasil pengamatan BMKG terdapat beberapa daerah yang terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan memicu banjir. Di antaranya adalah di Desa Bumiwangi Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Jalan Sukamulya Indah Kecamatan Sukajadi, kawasan sekitar RSUD Lembang Kota Bandung, Babakan Cibiru Kecamatan Cileunyi Kampung Cangkuang RT 02 RW 12 Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, Kawasan sekitar RSUD Lembang Kabupaten Bandung Barat dan Cigugur Tengah RW 17 Kota Cimahi. 

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.