Sukses

Tugas Ganda Manggala Agni Cegah Covid-19 dan Antisipasi Karhutla

Manggala Agni sudah berusia 18 tahun pada 13 September 2020 dan punya tugas ganda untuk mencegah kebakaran lahan dan selalu menjaga diri dari Covid-19.

Liputan6.com, Pekanbaru - Manggala Agni sudah berusia 18 tahun pada 13 September 2020. Di tengah pandemi Covid-19 yang tengah melanda, Brigade Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK) ini punya tugas ganda.

Selain menjaga diri dan masyarakat agar tidak terinfeksi Covid-19, ujung tombak pemadam kebakaran lahan ini wajib menjaga udara tidak terpapar kabut asap yang juga bisa menyerang saluran pernapasan.

Menurut Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Lahan (PKHL) KLHK, Basar Manullang, menjaga agar tak terjadi bencana ganda ini memang sangat berat. Namun, itu tidak mengurangi konsistensi Manggala Agni selama bertugas.

Di Riau, Manggala Agni selalu beroperasi di Pekanbaru, Siak, Rengat dan Kota Dumai karena menjadi perhatian khusus penanganan karhutla di Indonesia. Pasalnya, di Bumi Lancang Kuning terdapat 4 juta hektare lebih lahan gambut sehingga rawan karhutla jika tak terkelola.

Ragam cara ditempuh KLHK bersama pihak lainnya mencegah kebakaran gambut. Di antaranya, penataan regulasi ekosistem gambut, menjaga kebasahan dengan pembangunan sekat kanal, embung dan rehabilitasi.

"Berikutnya pengawasan dan pembinaan pemegang izin pengusahaan kehutanan dan perkebunan," jelas Basar.

Basar menceritakan, Manggala Agni di Riau dibentuk pada 13 September 2002, berbarengan dengan Sumatera Utara, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sejak dibentuk itu, pengendalian karhutla semakin kuat.

"Kami juga bersyukur bersinergi dengan pemerintah daerah, TNI, Polri, sektor swasta kehutanan/perkebunan, dan elemen masyarakat, dalam pengendalian karhutla," sebut Basar.

Menurut Basar, paradigma penanganan karhutla telah bergeser karena mengutamakan upaya pencegahan daripada pemadaman. Pengendaliannya tidak hanya dilakukan saat ada kebakaran, tetapi telah dimulai pada fase awal sebelum memasuki fase krisis.

"Salah satu upaya pencegahan adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk membuat hujan sehingga menjaga kebasahan gambut," ucap Basar.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gencarkan Sosialisasi

Basar menyebut KLHK berupaya mewujudkan Manggala Agni sebagai centre of excelence. Harapannya lembaga ini dapat berbagi ilmu dan kemampuan serta keterampilan dalam penanganan karhutla kepada seluruh pihak terkait. 

"Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla tidak boleh surut. Jika terjadi karhutla, tambah Basar, maka beban masyarakat semakin bertambah," ucap Basar.

Dalam pencegahan karhutla, Manggala Agni rutin bersosialisasi ke masyarakat dan berpatroli. Monitoring dan deteksi titik juga terus dilakukan memanfaatkan satelit.

Setiap laporan titik panas ditindaklanjuti dengan melakukan pengecekan lapangan. Pasalnya tidak semua titik panas merupakan kejadian karhutla.

"Selama 18 tahun perjalanannya, Manggala Agni telah menunjukkan pengabdiannya dalam pengendalian karhutla di tanah air," katanya.

Senada dengan Basar, Koordinator Wilayah Manggala Agni Riau Edwin Putra menyampaikan sejak pandemi Covid-19 terjadi, ada beberapa perubahan yang dilakukan pihaknya dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Khususnya yang berkaitan dengan interaksi dengan masyarakat dalam jumlah banyak.

"Kalau dulu mengumpulkan warga guna melakukan sosialisasi. Sekarang tidak bisa seperti itu," sebut Edwin.

Sebagai gantinya, tambah Edwin, anggota Manggala Agni mendatangi warga satu per satu. Tujuannya menghindari kontak dengan banyak orang atau physical distancing, sesuai himbauan dalam mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

"Meski berat, namun langkah ini tetap harus dilaksanakan karena berkaitan erat dengan pencegahan terjadinya karhutla, khususnya di beberapa titik yang dinilai rawan," jelas Edwin.

Selama bertugas di lapangan, Edwin menyebut anggotanya dilengkapi dengan alat pelindung diri pencegahan Covid-19. Misalnya mengenakan masker, hand sanitizer, dan menjaga jarak.

"Kemudian mengencarkan komunikasi digital dengan pihak terkait di lapangan, seperti dengan Masyarakat Peduli Api (MPA), Babinsa juga Bhabinkamtibmas," terang Edwin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.