Sukses

Cegah Karhutla, Begini Cara Kerja Aplikasi Canggih Milik Polda Riau

Penerapan Dashboard Lancang Kuning sebagai karhutla di Riau mendapat perhatian dari Kapolri Jenderal Idham Aziz dan meminta Kapolda lain yang daerahnya sering terjadi kebakaran lahan belajar ke Riau.

Liputan6.com, Pekanbaru - Penerapan Dashboard Lancang Kuning sebagai antisipasi kebakaran hutan dan lahan di Riau mendapat perhatian dari Kapolri Jenderal Idham Aziz. Pimpinan tertinggi di institusi bhayangkara ini meminta kapolda lain yang daerahnya sering terjadi kebakaran lahan belajar ke Riau.

Idham menyatakan sudah memerintah Asops Kapolri menghubungi 13 provinsi yang menjadi langganan kebakaran lahan. Dia ingin akhir Februari ini program Kapolda Riau Irjen Agung Setya dalam mengantisipasi kebakaran ini sudah dijalankan daerah lain.

"Sehingga kalau perlu Waka Polda di daerah itu berangkat ke Riau untuk belajar," kata Idham di Pekanbaru usai meninjau posko relawan karhutla bentukan Polda Riau di kawasan MTQ Pekanbaru, Rabu petang, 12 Februari 2020.

Selain mengantisipasi, Idham juga menekankan penindakan pelaku pembakar lahan, baik itu perorangan ataupun korporasi. Menurutnya, antisipasi harus sejalan dengan penegakan hukum untuk menimbulkan efek jera.

"Pencegahan dan Satgas Gakkum harus berjalan simultan," jelas Idham yang datang bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Idham menerangkan, menanggulangi karhutla tidak bisa dilakukan TNI dan Polri saja. Perlu sinergitas dengan pemerintah daerah serta elemen masyarakat dan organisasi yang ada.

"Harus dengan hati yang bersih dan ikhlas karena ini untuk anak cucu kita kedepannya," kata Idham.

Idham juga memerintahkan jajarannya di Riau agar permasalahan klasik karhutla, yaitu bencana kabut asap tidak muncul lagi pada lain hari.

Kepada Kapolri dan Panglima, Irjen Agung sempat memaparkan Dashboard Lancang Kuning. Dia menyebut aplikasi ini memadukan sistem, mobilisasi personel, dan relawan karhutla.

Aplikasi ini mampu mendeteksi titik panas indikasi kebakaran lahan, personel ataupun relawan yang dekat dengan lokasi. Dashboard ini sudah mencatat nomor telepon personel yang dekat dengan titik api sehingga mudah menghubunginya.

Dashboard ini juga bisa melihat siapa pemilik lahan yang terbakar, baik itu perorangan ataupun perusahaan. Begitu titik api muncul, posko pengendali langsung merespon dan memobilisasi relawan terdekat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Percepat TMC

Sementara itu, Hadi menyebut semua unsur harus bersiap menghadapi potensi karhutla tahun ini karena BMKG sudah memprediksi terjadinya kemarau panjang. Musim kemarau diperkirakan mulai terjadi pertengahan Maret dan berlangsung hingga Oktober.

Cuaca ini biasanya dimanfaatkan pihak tak bertanggungjawab membuka lahan dengan biaya murah yaitu membakarnya. Hadi pun menyatakan 90 persen karhutla yang tiap tahun terjadi di Indonesia adalah ulah manusia.

"80 persennya dibuat untuk lahan (perkebunan) sehingga penegakan hukum harus dilakukan," katanya.

Hadi menyampaikan ada ragam modus membakar lahan yang dilakukan. Bisa saja memanfaatkan tikus yang ekornya dililit tadi lalu dilepas setelah dipantik api. Ada juga dengan menggunakan obat nyamuk dan dibuang ke lahan yang sudah disiram bensin.

Cara ini sangat mudah dilakukan dan tidak meninggalkan barang bukti. Dengan demikian, butuh waktu serta kerja keras penegak hukum mengungkapnya.

Terkait lahan gambut, Hadi menyebut ada beberapa cara agar tidak mudah terbakar lagi. Di antaranya menormalisasi ataupun membuat embung baru serta membersihkan kanal.

Embung dan kanal merupakan cadangan air di lahan gambut. Ketika musim kemarau datang, cadangan air mulai mengering sehingga perlu diantisipasi dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan.

"Embung akan terisi lagi dan ketika ada kebakaran bisa menjadi sumber air," sebut Hadi.

TMC segera dilakukan di Riau. Hadi menyebut sudah melapor ke Presiden Joko Widodo terkait TMC ini dan akan mengirimkan pesawat ke Riau untuk menyemai garam di awan berpotensi hujan.

"Minggu depan akan didatangkan, sudah lapor ke Presiden tentang perlunya TMC agar cepat dilakukan di Riau," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.