Sukses

Mencarikan Jalan agar Andini Mau Sekolah Lagi

Andini memaksa untuk tersenyum ketika diajak berbicara tentang sekolah.

Liputan6.com, Pekanbaru- Tatapan Andini terkadang kosong, meski dikelilingi beberapa orang yang peduli terhadap dia dan dua adik perempuannya. Sesekali, remaja 14 tahun itu memaksa untuk tersenyum ketika diajak berbicara tentang sekolah.

Tak jarang, air mata membasahi pipinya ketika ditanya cita-cita yang ingin digapainya kelak. Pasalnya saat ini, gadis bernama Andini itu hanya memikirkan bagaimana membesarkan dua adiknya, Purwanti dan Duratul Jannah.

"Hanya ingin di rumah, merawat adik, belum mau ke mana-mana," ujar gadis hitam manis ini ketika mengayun Duratul Jannah yang baru berusia 4 bulan di ayunan dari kain sarung, Sabtu petang, 12 Januari 2019.

Tinggal di rumah panggung dari papan berukuran 6x4 meter, sudah hampir 10 hari Andini hidup tanpa ibu. Sang ibu, Ijaz, dipanggil Yang Mahakuasa karena sakit TBC yang diidapnya pada Jumat, 4 Januari 2018.

Sementara sang ayah sudah lebih dulu meninggal dunia ketika Andini kecil. Ibunya lalu menikah lagi dengan pria yang kini menghilang ketika Duratul Jannah masih dalam kandungan dan Purwanti masih berusia setahun.

"Ayah (Purwanti dan Duratul) sudah pergi dari rumah ketika ibu mulai sakit. Ibu waktu itu masih hamil Duratul," cerita Andini yang tinggal di Dusun Telayap, Pangkalan Tampoi, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Sejak ayah tirinya pergi dari rumah, Andini memutuskan berhenti sekolah ketika masih duduk di kelas 2 SMP. Dia memutuskan bekerja mencuci pakaian di rumah tetangga. Memang tak banyak, karena Andini diganjar Rp 500 ribu per bulan.

Uang segitu membuat Andini mengencangkan "ikatan" perutnya. Dia lebih mengutamakan Purwanti serta ibunya supaya sehat kala itu, apalagi sang ibu sedang mengandung Duratul.

"Dulu sekolah di SMPN 3 di Kapau, waktu itu masih ada kakek. Kalau sekarang masih sekolah sudah kelas 3," sebut Andini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Psikolog Akan Didatangkan

Kepergian Ijaz otomatis menjadikan Andini sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai ibu bagi dua adiknya. Sebuah hal yang tak terbayangkan olehnya, tapi harus dilakukan agar Purwanti yang masih berusia 2 tahun dan Duratul Jannah tetap tumbuh seperti anak lainnya.

Kabar Andini menghidupi dua adiknya sempat viral di media sosial. Sejak itu bantuan terus mengalir ke rumahnya, baik sembako, susu balita, pakaian bayi, popok dan lainnya. Tawaran untuk diadopsi juga berdatangan, bahkan dari Menteri Susi Pudjiastuti.

"Enggak mau, masih ingin di rumah membesarkan adik," kata Andini sembari menundukkan kepala dan mengusap pipi Purwanti yang tak lepas dari pelukannya.

Beberapa orang, mulai dari pemerintah kabupaten, kecamatan hingga Polres Pelalawan sudah berusaha membujuk Andini agar sekolah lagi. Namun, Andini masih mengeluarkan jawaban yang sama.

Menurut Ketua Lembaga Bantuan Perlindungan Perempuan dan Anak Riau (LBP2AR), Rosmaini, jawaban Andini itu bisa dimaklumi. Nantinya, Andini diprediksi akan mau sekolah lagi setelah ada jaminan pengasuhan untuk kedua adiknya.

"Kalau sekarang sepertinya Andini masih terpukul, ibunya sudah tidak ada. Sementara ayah tirinya pergi dari rumah, anak mana yang sanggup seperti ini," sebut perempuan dipanggil Kak Ros ini.

Ros menilai Andini masih trauma dengan keadaan yang dialaminya. Oleh karena itu, Ros akan mendatangkan psikolog dari Kota Pekanbaru untuk berbincang dengan Andini.

"Hari Selasa (15/1/2019) depan akan dibawa psikolog anak supaya Andini mau sekolah," ucap Ros.

Menurut Ros, pendidikan sangat penting bagi Andini. Untuk dua adiknya, Ros mengaku sudah berbicara dengan nenek tiri Andini ataupun tetangga sekitar agar mau merawat selama Andini sekolah nantinya.

3 dari 3 halaman

Dibawa ke Rumah Sakit

Ros juga menyarankan pihak kecamatan agar memeriksa kesehatan Andini beserta dua adiknya ke rumah sakit. Sebab, ibu Andini sebelum meninggal mengidap TBC, sebuah penyakit yang gampang menular.

"Apalagi adiknya yang kecil masih di kandungan saat ibunya sakit, kemudian adiknya Purwanti juga rentan, harus diperiksa," saran Ros.

Pihak kecamatan sendiri sudah membawa Andini serta adiknya ke puskesmas hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan.

"Ketiganya sudah dicek, Andini dan yang paling kecil negatif TBC, Purwanti positif dan dirawat inap," sebut Kepala Puskesmas Kerumutan Harno SKM.

Sementara itu, Camat Kerumutan Husnizal sudah meminta pemerintah desa agar mengkoordinir bantuan yang terus mengalir ke Andini, termasuk bantuan pendidikan hingga sampai ke S1.

"Banyak kali bantuan mengalir, ini harus dikoordinasi karena Andini masih kecil agar tidak hilang. Termasuk bantuan pendidikan, ini harus dikawal meskipun Andini belum mau bersekolah, kan nanti juga mau. Mudah-mudahan," kata Husnizal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini