Sukses

Tanggapi OPM, TNI Siap Jaga Keamanan Teritorial di Papua

Tapi, bagaimanapun, status politik di Papua masih sama dengan status politik di Pulau Jawa atau pulau lainnya di Indonesia.

Liputan6.com, Jayapura - Kodam XVII/Cenderawasih siap melaksanakan perang terbuka yang disampaikan oleh kelompok Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) Kodap III Mimika, guna mengakui kedaulatan Papua Merdeka. Tapi, tak hanya perang, penegakan hukum tetap akan dilakukan kepada kelompok OPM, guna mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi menyebutkan, OPM atau separatis jelas telah melakukan pemberontakan di suatu negara yang berdaulat dan sah.

"Kalau mau perang, ya perang. Jangan pakai tameng berlindung di masyarakat," kata Aidi, Rabu (15/11/2017) .

Tapi, bagaimanapun, status politik di Papua masih sama dengan status politik di Pulau Jawa atau pulau lainnya di Sumatera yang tetap mengedepankan tertib sipil dan TNI bersama Polisi memiliki satgas terpadu untuk penumpasan KKB.

"Artinya, polisi tetap berada di depan dan kami siap membantu tugas polisi. Pola operasi yang kami lakukan adalah operasi tempur dengan menjaga kamtibmas dan terotorial,” ujar Aidi.

Aidi menambahkan, jika OPM jelas berkeinginan perang, harus dilakukan secara terbuka dan tidak dengan menggunakan sistem, serang dan bersembunyi, seperti yang dilakukan OPM selama ini.

"Pola yang diamainkan kelompok ini adalah bergerilya. Jika kita (aparat keamanan Indonesia) lengah, maka dilakukan penyerangan dan langsung bersembunyi. Sementara, jika terdesak, pasti sistem yang digunakan OPM adalah membaur bersama warga. Ini cara yang tidak bertanggung jawab," katanya.

Kodam Cenderawasih pun mendata kekuatan OPM yang saat ini menguasai dua kampung di Tembagapura berjumlah 150-an orang. Sebanyak 35 orang di antaranya membawa senjata api standar dan organik. Sementara sisanya menggunakan senjata tradisional rakitan, panah, tombak, dan parang.

"Sebagian besar senjata yang dipegang oleh kelompok ini adalah hasil rampasan milik aparat keamanan. Dua senapan jenis Steyr yang dipakai kelompok ini adalah rampasan dari anggota Brimob 2015 lalu," kata Aidi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemakaman Brigadir Firman

Sementara itu, duka mendalam menyelimuti pemakaman umum Mimika, tepatnya di samping Lanud Timika. Jasad Brigadir Firman, anggota Brimob Polda Papua, korban dugaan penembakan OPM dimakamkan siang tadi pada pemakaman itu.

Terlihat istri Brigadir Firman, dokter Zantha Lucia Manansang terlihat tegar, walau sedang hamil enam bulan. Ibu muda ini didampingi oleh anak pertamanya berumur tujuh tahun. Sesekali Zantha menyeka air matanya yang terus jatuh di pipinya.

"Ibu dokter itu tegar sekali. Kami tak menyangka. Apalagi ibu dokter sedang mengandung anak keduanya," kata Yohana, salah satu ibu Bhayangkari Polres Mimika.

Rekan satu angkatannya, Brigadir Dwi Prasetyo menyebutkan sosok almarhum Firman dikenal sebagai pribadi yang supel dan tak memilih teman dalam pergaulan.

"Dia juga dikenal sebagai pribadi yang pemberani. Apa pun di depannya, jika salah, pasti dibasmi," jelas Dwi yang saat ini bertugas di Polres Yahukimo.

Dari rekan seangkatannya, almarhum juga pernah terpilih masuk dalam tim khusus Polda Papua. Tim yang selalu di depan dalam mengatasi situasi genting.

"Dia dan timnya bahkan pernah mendapatkan penghargaan dari Kapolda Papua pada hari Brimob 2016," ucapnya.

Bulan lalu, Dwi dan Firman saling menyapa lewat telepon seluler atau ponsel. Dwi menanyakan kasus penembakan yang terjadi pada adik letting atau angkatan mereka dan saat itu, Firman hanya bercerita akan segera menengok sang istri di Jayapura, karena sedang mengandung anak keduanya.

"Dia sempat bergembira waktu menceritakan rencana ingin bertemu keluarganya di Jayapura. Selama bertugas menjadi Brimob, Firman memang ditempatkan di Mimika. Sedangkan sang istri bertugas sebagai dokter di Rumah sakit Bhayangkara Jayapura," kata Dwi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.