Sukses

Napi Kabur Lagi, Lapas Nusakambangan Tak Lagi Angker?

Lapas di Nusakambangan sering disetarakan dengan Alcatraz di Amerika Serikat. Namun belakangan, kasus napi kabur berulang.

Liputan6.com, Cilacap – Kesan angker melekat pada Nusakambangan, pulau berjuluk pulau kematian yang terletak di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Ditilik sejarahnya, Nusakambangan selalu bertautan dengan kisah-kisah kematian, mulai sejak zaman kolonial, pergolakan Gerakan 30 September 1965, hingga eksekusi mati yang dilakukan hingga berjilid-jilid.

Nusakambangan disebut sebagai Alcatraz-nya Indonesia. Di beberapa lembaga pemasyarakatan atau lapas yang berada di Nusakambangan, tinggallah sejumlah penjahat kelas kakap, mulai terorisme, pembunuhan berencana, hingga kejahatan narkoba. Keamanan sejumlah lapas disebut sampai tingkat Super Maxium Security (SMS) dan sulit ditembus.

Letaknya pun terpisah dari daratan Jawa. Kalaupun si napi berhasil kabur dari lapas, dia diyakini tak akan sanggup menyeberangi selat itu walau memiliki kemampuan menyelam layaknya berang-berang.

Namun, awal Juli 2017i, dua napi kabur. Ini merupakan peristiwa kedua yang terjadi dalam rentang Juni hingga Juli ini. Bahkan, sejak awal 2017, tercatat lima napi berhasil kabur dari Nusakambangan.

Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah, Bambang Sumardiono mengatakan, sebelum peristiwa kaburnya dua napi ini, Hendra bin  Amin dan Agus Triyadi bin Masimun, satu napi Lapas Permisan kasus perampokan disertai kekerasan bernama Kadarmono, juga kabur pada 19 Juni 2017.

Ditarik ke awal tahun, pada 21 Januari 2017, dua napi narkoba di Lapas Klas I Batu, Pulau Nusakambangan, juga kabur. Kedua napi tersebut adalah Syarjani Abdullah (40), terpidana seumur hidup kasus narkoba dan M Husein (43) yang divonis kurungan 13 tahun atas kasus yang sama.

Syarjani Abdullah merupakan warga Jalan Asem, RT 01/02, Kelurahan Pasar Minggu, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sedangkan M Husein merupakan warga warga Punti Matangkuli, Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara, Aceh.

"Dua orang ini sudah tertangkap sepekan setelah kabur. Pada awal Februari. Ditangkapnya juga di Kompleks Lapas Batu," kata Bambang, saat dihubungi Liputan6.com dari Cilacap, Senin malam, 10 Juli 2017.

Saksikan video menarik di bawah ini:



* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Alasan Lapas soal Napi Kabur

Terkait napi-napi kabur tersebut, Bambang menjelaskan, beberapa bagian di Lapas Besi dan sejumlah lapas lainnya memang dalam kondisi lapuk. Pasalnya, lapas merupakan peninggalan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan ada beberapa bagian yang belum diperbaiki.

"Yang jelas kami akan melakukan evaluasi, terkait dengan kaburnya dua napi terakhir. Salah satunya adalah dengan mengevaluasi kondisi fisik bangunan dan juga kondisi petugas lapas," ujarnya.

Namun begitu, dia menegaskan, sejak peristiwa kaburnya napi sebelumnya, tak ada indikasi keterlibatan petugas lapas.

"Nanti melihat kronologinya seperti apa, kejadiannya seperti apa. Kemudian kita melihat, oh, ini ada bangunan lama. Ada tempat-tempat yang rapuh, ya segera kita evaluasi semuanya," katanya.

Dia juga berencana mengusulkan agar petugas lapas ditambah. Sebab, dengan kapasitas yang semakin besar, idealnya petugas juga bertambah. Menurut dia, keterbatasan jumlah petugas itu berpengaruh terhadap daya jangkau petugas lapas.

Apalagi, kata dia, Kemenkumham akan menambah kuota napi Nusakambangan dengan memindahkan sebanyak 1.000 napi dari berbagai lapas di Indonesia ke Nusakambangan, mulai tahun ini. Adalah suatu keharusan jika petugas lapas ditambah.

"Kalau kita mengatakan kekurangan pegawai, nanti dikatakan klasik. Padahal, seperti saya kasih contoh, Lapas Batu, Kembang Kuning, Permisan, Lapas Besi, itu kan kapasitasnya ditambah, Tetapi, tenaga petugasnya tidak ditambah," dia menjelaskan.

Sementara, Koordinator Lapas Nusakambangan Abdul Aris mengatakan, jumlah napi seluruh lapas di Nusakambangan mencapai sekitar 1.700 orang. Mereka tersebar di enam lapas Nusakambangan, yakni Lapas Besi, Batu, Kembangkuning, Permisan, Narkotika, dan Lapas Pasir Putih.

Sementara, jumlah petugas lapas masih berkisar 500 orang. Dia menyebut, angka ini sangat minim.

"Itu bukan penjaga semua. Sudah termasuk staf. Jadi, idealnya tiap lapas itu ditambah antara sembilan sampai 12 petugas lah," ujar Aris.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.