Sukses

Bingung Sarapan? Coba Tulang Lunak Pindang Ma Ecot yang Melegenda

Pindang ikan mas Ma Ecot, kuliner yang telah berusia hampir satu abad ini punya banyak penggemar.

Liputan6.com, Garut - Anda penggemar makanan berat berbahan ikan? Belum lengkap rasanya jika belum merasakan makanan khas sunda yang satu ini. Pindang ikan mas Ma Ecot, demikian nama makanan yang telah berusia hampir satu abad itu.

Berbahan dasar ikan mas pilihan, Anda yang sering bepergian dan kebetulan melawati rute mudik nasional jalur Jawa Barat (Jabar) bagian selatan, mulai tol Cileunyi sampai perbatasan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, tentu tak asing dengan plang besar rumah makan tradisional Ma Ecot di sekitar Nagreg tersebut.

"Sebenarnya ada empat cabang selain yang di Nagreg," ujar Atin Pujiningsih, salah satu generasi ke empat Ma Ecot, memulai pembicaraannya, saat ditemui di cabang rumah makan Ma Ecot di Jalan Samarang, Garut, Sabtu 8 Juli 2017.

Berdiri sejak 1930 silam, masakan pindang ikan mas Ma Ecot masih mempertahankan cita rasa khasnya hingga kini. "Paling gampang membedakannya adalah daging dan tulang duri ikannya yang lunak nan empuk, memang Ma Ecot boleh dibilang yang pertama membuat racikan seperti itu," ujar dia.
Pindang ikan mas Ma Ecot, kuliner yang telah berusia hampir satu abad ini punya banyak penggemar. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin).
Atin mengatakan, sebenarnya tidak ada resep khusus yang membuat produk buah tangannya yang melegenda hingga kini. Menggunakan bumbu dapur yang alami, seperti lengkuas, serai, cabe merah gula merah, garam, dan lainnya.

Kemudian ikan mas yang telah dipilih, mesti dibersihkan dengan baik di air yang mengalir tanpa meninggalkan darah yang bisa menyebabkan bau amis. "Usahakan rendam dulu pakai air bersih satu malam biar semua kotorannya keluar, kalau tidak bersih nanti akan berdampak pada rasa," ujarnya.

Setelah itu, ikan yang telah bersih kemudian direbus dengan bumbu dapur pilihan hingga 14 jam dengan pemanasan api yang merata. "Apinya jangan terlalu panas jangan juga terlalu pelan, harus konstan, kalau terlalu panas akan gosong," kata dia.

Selain itu, untuk mempertahankan rasa manis nan gurih pada ikan hasil kukusan, gunakan gula aren pilihan tanpa campuran pemanis lainnya. "Kalau pakai gula putih ya rasa bakal berubah, makanya kami pertahankan betul gula aren yang bagus," ujar dia sedikit membuka rahasia masakannya.

Dengan kelebihan itu, tak mengherankan hampir semua lapisan masyarakat pernah mencicipi makanan khas asli buatan orang Garut itu. "Pernah ada pak Bondan yang sering mencicipi makanan itu ke sini, kalau artis atau pejabat banyak sekali," kata dia

Atin menambahkan, selain menu khas pindang ikan mas Ma Ecot, rumah makan Ma Ecot pun menyediakan ayam goreng, ayam bakar, gurame goreng dan bakar, sop buntut, sop iga, dan sop kaki hingga tahu tempe. "Kami buka mulai pukul 07.30 hingga 22.00 malam hampir di semua cabang," ujarnya.
Pindang ikan mas Ma Ecot, kuliner yang telah berusia hampir satu abad ini punya banyak penggemar. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin).
Kini selain empat cabang yang buka tiap hari di kota Garut dan Kabupaten Bandung untuk melayani konsumen di tengah kota Bandung dan sekitarnya, jaringan warung makan Ma Ecot mulai menyediakan gerobak mobil pindang Ma Ecot yang melakukan penjualan secara keliling.

"Tapi itu baru nongkrongnya di Pusdai sama Antapani," kata dia.

Tahyudin Ali Mursid, salah satu pengunjung asal kota Tasikmalaya yang tengah liburan di Garut mengakui kelembutan daging pindang ikan mas Ma Ecot.

"Jadi sampai tulang durinya bisa dimakan, enak saja, tidak kering namun tidak basah juga," kata dia sambil menikmati hidangan pindang yang ada di hadapannya.

Ia menyatakan sejak lama telah menjadi penggemar berat pindang ikan mas Ma Ecot, bahkan dalam beberapa kesempatan, ia sengaja memesan pindang mas Ma Ecot untuk oleh-oleh.

"Saya kalau ke luar daerah biasa nyempetin beli, barangnya awet tapi rasanya tidak berubah," kata dia.

Sebagai konsumen fanatik, ia berharap keberadaan pindang mas khas Ma Ecot tetap lestari dengan mempertahankan cita rasa dan kualitasnya sebagai makanan tradisional yang melegenda.

"Perbanyak cabangnya di luar Garut dan Bandung, biar bisa membeli di luar kota," ucap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.