Sukses

Warga Resah, Air Sungai di Jambi Mendadak Hitam

Padahal biasanya air sungai di Jambi ini terlihat jernih dan dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari oleh warga

Liputan6.com, Jambi - Warga Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Provinsi Jambi tengah heboh akan air sungai yang berubah warga menjadi hitam. Padahal sebelumnya air sungai terlihat jernih.

Camat Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjabbar, Johan mengatakan, adalah sungai Payo Resa di Desa Pematang Tembesu, Kecamatan Tungkal Ulu yang memicu heboh warga setempat. Menurut dia, kejadian tersebut sudah berlangsung hampir satu pekan ini.

Sejumlah warga sudah melapor dan mengeluh atas kondisi tersebut. Sebab, air sungai terlihat gelap kehitaman seperti tercemar zat tertentu. Padahal biasanya warga menggunakan air sungai tersebut untuk aktivitas sehari-hari.

"Kini warga takut karena airnya jadi menghitam," ujar Johan di Kualatungkal, ibu kota Kabupaten Tanjabbar, Jumat, 10 Februari 2017.

Atas kejadian tersebut, pihak kecamatan bersama Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Tanjabbar sudah menindaklanjuti atas temuan tersebut. Sejumlah petugas sudah diturunkan untuk meneliti langsung kondisi air sungai yang merupakan anak sungai Batanghari itu.

"Hasilnya, diduga ada kebocoran limbah milik perusahaan yakni PT Aneka Multi Kerta (AMK)," ucap Johan.

Johan mengatakan, dari pertemuan melibatkan petugas, warga dan perwakilan PT AMK, perusahaan meminta waktu hingga Selasa pekan depan untuk menuntaskan masalah kebocoran tersebut.

Sementara itu, salah satu anggota DPRD Kabupaten Tanjabbar, Adam mengaku kecewa atas kinerja pemerintah daerah dan juga perusahaan. Menurut dia, dugaan pencemaran air sungai akibat kebocoran limbah perusahaan di Kabupaten Tanjabbar bukan sekali ini saja terjadi.

Padahal di khawatirkan perubahan air sungai yang tadinya jernih menjadi hitam itu bisa mencemari lingkungan. Tak hanya itu, banyaknya warga yang memanfaatkan air sungai tersebut di khawatirkan juga terkena dampak kesehatan.

"Pemerintah melalui instansi terkait harusnya tegas. Sanksi harus diterapkan apabila ada kebocoran seperti ini, kan sangat berbahaya," tutur Adam.

Adam juga mengaku kecewa, karena setiap BLH turun selalu alasannya menunggu hasil uji laboratorium. Namun setelah itu, hasilnya tidak pernah di publikasikan. "Seharusnya kan transparan, apapun hasilnya," ucap Adam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini