Sukses

Misteri Air Manis Danau Air Biru di Pulau Enggano

Meskipun terhubung dengan laut, air Danau Bak Blau terasa hambar, bahkan terasa sedikit manis.

Liputan6.com, Bengkulu - Pesona keindahan alam Indonesia terpancar dari Danau Bak Blau yang berada di Pulau Enggano, Bengkulu. Bak Blau dalam bahasa Enggano berarti 'mata air berwarna biru'. Danau di pulau terluar Indonesia bagian barat itu diyakini menyimpan misteri.

Mata air yang berwarna kebiruan itu konon tidak pernah kering sepanjang tahun meski dalam musim kemarau panjang sekali pun. Air di pulau yang berada di tengah Samudra Hindia itu sangat bersih dan jernih.

Robi Kauno, salah seorang warga suku Kaana Enggano, mengatakan selain airnya jernih, danau ini juga dijaga sepasang buaya berwarna putih. Konon, kedua buaya itu merupakan jelmaan dari sepasang kekasih yang tidak direstui oleh orangtua mereka dan menghabiskan sisa hidupnya di Pulau Enggano.

"Sepasang buaya putih ini sangat jarang menampakkan diri. Hanya ketika ada pendatang atau warga lokal yang melakukan perbuatan tidak senonoh di sekitar danau, mereka akan muncul," ujar Robi di Bengkulu, Senin (22/8/2016).

Danau Bak Blau berada di Dusun Tiga, Desa Meok Kecamatan Enggano. Warna kebiruan sangat jelas terlihat di permukaan seluas lebih kurang 500 meter persegi.

Meskipun terhubung dengan laut, air danau terasa hambar bahkan terasa sedikit manis. Fenomena itu mengingatkan pada air Laut Merah yang terbelah.

Miko, salah seorang pengunjung danau warga Kota Bengkulu, mengatakan kejernihan air sangat memancing pihaknya untuk mandi. Pesona alam yang dikelilingi hutan mangrove ini juga terasa sangat segar.

Air Danau Bak Blau di Pulau Enggano terhubung dengan laut. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putro)

"Terasa seperti pemandian para raja, segar dan indah," ucap Miko.

Untuk tiba di Danau Bak Blau, kita bisa berangkat dari Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu melalui jalur laut menggunakan kapal ferry atau kapal perintis selama 14 jam perjalanan laut. Setibanya di Dermaga Malakoni di Pulau Enggano, kita masih harus menempuh perjalanan selama setengah jam melalui jalur darat.

"Satu-satunya penginapan ada di Desa Kahyapu dan akomodasi lain masih sangat terbatas," kata Miko.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini