Sukses

Ganti Oli Sesuai Rekomendasi Bisa Menolong agar Mobil Lolos Uji Emisi

Beberapa waktu lalu pemilik kendaraan bermotor diwajibkan melakukan uji emisi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hal ini tertuang dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta no. 66 tahun 2020 tentang mengatur Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu pemilik kendaraan bermotor diwajibkan  melakukan uji emisi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hal ini tertuang dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta no. 66 tahun 2020 tentang mengatur Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

Bagi yang tidak melakukan uji emisi sejumlah sanksi menanti. Misalnya sanksi tilang sebesar Rp 500 ribu. Hal ini tentu merugikan pemilik mobil meski kenyataannya, penindakan tersebut dilakukan agar kendaraan-kendaraan yang beredar di ibukota punya emisi gas buang rendah. 

Meski demikian ada trik untuk dapat lolos dari uji emisi. Paling utama adalah cukup dengan melakukan perawatan berkala alias mengganti oli mesin secara rutin.

Sebagai pemilik mobil, sudah sewajibnya setiap pemilik juga dituntut memerhatikan betul perawatan berkala mobil kesayangannya. Termasuk pula soal penggantian oli mesin yang berperan penting mengoptimalkan kinerja jantung mekanis.

Timbul pertanyaan, apa hubungannya ganti oli mesin dengan emisi gas buang? Uji emisi itu mengukur kesehatan mesin mobil, jika ada yang kurang sehat kondisinya maka hasil emisi gas buangnya juga akan tidak bagus. Salah satu cara merawat mesin mobil paling utama adalah melakukan penggantian oli secara rutin.

Fungsi Pelumas dan Kadar Emisi

Menurut Brahma Putra Mahayana, Technical Specialist PT Pertamina Lubricants (PTPL), jika interval penggantian tidak sesuai atau lebih lama dari panduan buku servis, maka akan ada penurunan terhadap fungsi pelumas.

Dalam kondisi demikian, gesekan antar komponen semakin besar, mesin pun cepat panas dan akhirnya bereaksi terhadap oli itu sendiri hingga fungsi oli yang salah satunya untuk membersihkan ruang bakar jadi tidak maximal.

“Alhasil kondisi ruang bakar jadi kotor dengan kotoran yang umumnya berupa karbon," terang Brahma Putra Mahayana.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Banyak Karbon Menyebabkan Pembakaran Tidak Sempurna

Banyaknya kandungan karbon membuat pembakaran jadi tidak sempurna dan emisi gas buang yang dihasilkan tinggi. Efeknya, mobil tersebut tidak lolos saat uji emisi. Lain hal jika oli mesin diganti secara rutin.

Selain membuat usia komponen mesin lebih awet dan menjaga performanya, cara ini juga bakal membuat mesin lebih bersih.  Karena itu pemilik mobil juga tentunya harus menggunakan spesifikasi oli sesuai rekomendasi pabrikan.

Brahma mencontohkan, salah satu pelumas yang bisa menjadi pertimbangan pemilik obil adalah Fastron Series. Oli ini dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan mesin mobil. “Bukan saja memenuhi standardisasi API SN, produk PTPL juga dilengkapi teknologi NanoGuard," lanjut Brahma.

Ganti Oli Tidak Menjamin Bebas Emisi

Dijelaskan Brahma, mengganti oli rutin bukan berart emisi jadi lebih baik. Beberapa hal pun patut dilakukan supaya lolos uji emisi. Perhatikan pula kondisi knalpot mobil. Pasalnya, item ini bertugas untuk mengubah emisi gas buang beracun menjadi udara bersih.

Tips lain lagi misalnya sebelum uji emisi, ada baiknya ganti busi mobil dengan yang baru dan pastikan koil dalam keadaan baik.

Terakhir, gunakan bahan bakar sesuai anjuran pabrikan sekaligus berkualitas. Penggunaan bahan bakar yang sesuai dengan kendaraan dapat membantu pembakaran di dalam mesin lebih baik dan sempurna, sehingga emisi yang dikeluarkan tidak membahayakan dan rendah kadar karbon.

“Selain menekan kadar CO, pemilihan bahan bakar yang tepat dapat menjaga efisiensi dan performa mesin selama berkendara,” tutupnya.  

Sumber: Otosia.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.