Sukses

Tesla Hanya Jual Gaya Hidup, Bukan Solusi Ramah Lingkungan

Jika konsumen membeli Tesla, itu tidak benar-benar membantu untuk menciptakan lingkungan yang bersih melainkan hanya membantu pemasaran sebuah gaya hidup.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Singapura, Masagos Zulkifli memberikan tanggapan keras kepada bos Tesla, Elon Musk. Ia mengatakan, jika konsumen membeli mobil listrik asal Amerika Serikat, hal tersebut tidak benar-benar membantu untuk menciptakan lingkungan yang bersih melainkan hanya membantu pemasaran sebuah gaya hidup.

Pernyataan tersebut, adalah tanggapan Masagos terkait klaim Elon Musk pada Januari lalu yang mengatakan Singapura terlalu lambat dalam mengadopsi kendaraan listrik, karena pemerintahnya yang tidak suka dengan mobil nol emisi tersebut.

Bahkan, dalam sebuah pernyataannya kepada Bloomberg juga, sang menteri mengatakan jika mobil listrik bukan cara yang paling efisien untuk masalah polusi udara, tidak seperti penggunaan angkutan umum.

Terlebih, karena mineral atau material untuk membuat baterai mobil listrik dan cara pengolahan limbahnya menjadi kendaraan listrik bukanlah soolusi berkelanjutan untuk melawan perubahan iklim.

"Apa yang ingin Elon Musk hasilkan adalah gaya hidup," ujar Zulkifli. "Kami tidak tertarik dengan gaya hidup. Kami tertarik pada solusi yang tepat untuk mengatasi masalah iklim," tegasnya.

Solusi yang tepat adalah memprioritaskan angkutan umum, sehingga pada 2040 masyarakat bepergian ke seluruh negara dengan bus, kereta api, atau kereta bawah tanah yang hanya akan memakan waktu kurang dari 45 menit.

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sisi Lain

Di sisi yang berlawanan, adalah penggunakan kendaraan listrik di mana 85 persen dari 6 juta penduduk mengatakan tidak akan membeli satu mobil seperti itu karena tidak ada titik pengisian dan tempat parkir masih menjadi masalah utama.

Stasiun pengisian pertama Singapura diresmikan bulan ini, dengan rencana ekspansi yang lebih banyak pada Oktober 2019. Namun, hal tersebut tidak akan cukup di dalam konteks negara menghadapi konsekuensi serius dari perubahan iklim, naiknya permukaan air lalu, curah hujan deras, dan suhu yang lebih luas.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.