Sukses

Dibuat di Indonesia, Esemka Enggan Disebut Mobil Nasional

Sejak pertama kali muncul dan digunakan Walikota Solo saat itu, yang kini menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, merek Esemka sudah digadang-gadang sebagai mobil nasional (mobnas).

Liputan6.com, Jakarta - Sejak pertama kali muncul dan digunakan Walikota Solo saat itu, yang kini menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, merek Esemka sudah digadang-gadang sebagai mobil nasional (mobnas). Namun, seiring berjalannya waktu, kendaraan yang dikembangkan oleh siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini belum diketahui pasti nasibnya, baik produksinya dan juga model yang bakal dijual.

Namun, hari ini (13/8/2019), merek yang kini berada di bawah PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) ini telah resmi menandatangani letter of intens dengan beberapa perusahaan komponen dalam negeri di kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Dijelaskan Presiden Direktur PT SMK, Eddy Wirajaya, dengan adanya kesepakatan ini, kami mengundang perusahaan komponen untuk menawarkan produknya, dan apakah ada yang cocok dengan produk yang bakal diproduksi di Boyolali, Jawa Tengah ini.

"Saat ini kami tetap on progress, menyiapkan fasilitas (perakitan), dan tipe kendaraannya," jelas Eddy di sela-sela pameran komponen otomotif dalam negeri di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ogah Disebut Mobnas

Lanjut Eddy, saat ditanya Esemka yang dibandingkan dengan mobil nasional (mobnas) dari berbagai negara, seperti Malaysia dan Vietnam, pihaknya masih enggan produknya ini disebut sebagai mobnas.

"Kami bukan mobil nasional, hanya mobil yang diproduksi di Indonesia. Jadi, jangan salah persepsi, karena pengertian mobil nasional itu luas," tegasnya.

Sementara itu, saat ini pihaknya akan berkonsentrasi ke model pikap, yang disebut Bima. Model ini, nantinya akan diluncurkan dalam beberapa tipe, dan dibedakan antara kapasitas mesin dan size mobilnya.

"Kenapa pikap? Karena itu bagian dari strategi kita sebagai manajemen. Kami ingin bagaimana menyeimbangkan daerah terpinggirkan, dan mulai dari situ," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.