Sukses

Selain Indonesia-Malaysia, Proyek Mobil ASEAN Bisa Libatkan Thailand

Presiden Institut Otomotif Indonesia (IOI), I Made Dana Tangkas dan CEO Malaysia Automotive Institute (MAI), Dato Mohamad Madani Sahari, sudah menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) untuk pengembangan industri otomotif di pasar Asia Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Institut Otomotif Indonesia (IOI), I Made Dana Tangkas dan CEO Malaysia Automotive Institute (MAI), Dato Mohamad Madani Sahari, sudah menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) untuk pengembangan industri otomotif di pasar Asia Tenggara.

Nantinya, kerjasama dua negara serumpun ini bakal mengembangkan komponen penting untuk dipasarkan di ASEAN. Selain itu, kerjasama ini juga bakal bermuara, yang akhirnya mampu membuat mobil ASEAN.

Selain itu, kerjasama ini juga bakal mengarah ke pengembangan industri otomotif yang tengah berkembang, yaitu elektrifikasi.

"Kami juga menetapkan kebijakan untuk lokalisasi komponen utama kendaraan listrik seperti baterai, inverter, motor listrik dan peralatan pengisian daya, serta penggunaan energi terbarukan seperti biofuel, biodiesel, dan bio ethanol," jelas Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

 

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Sementara itu, menurut CEO MAI, Dato Mohamad Madani Sahari, kedua belah pihak akan mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang bisa melakukan kerja sama dan didorong untuk memproduksi komponen untuk kendaraan internal combustion engine (ICE).

Selanjutnya, bakal melakukan riset bersama untuk mempelajari semua teknologi baru, seperti kendaraan listrik atau hybrid.

"Hasil riset itu bisa digunakan oleh perusahaan yang ikut joint venture dengan didukung pula pada pengembangan SDM dan supply chain untuk perusahaan joint venture tersebut,” jelasnya.

Madani meyakini, kemampuan industri komponen kedua negara sudah mencapai 90 persen.

"Kami juga ingin adanya kerja sama mengenai biofuel karena sawit merupakan komoditas penting untuk kedua negara. Tidak menutup kemungkinan kerja sama dilakukan dengan negara ASEAN lain seperti Thailand atau Filipina. Diharapkan joint venture ini dapat memproduksi kendaraan sendiri," imbuhnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.