Pak Sueb Mengais Rezeki di Keruhnya Ciliwung

Di balik keruh dan kotornya Sungai Ciliwung ternyata ada berkah bagi sebagian masyarakat di bantaran kali Ciliwung.

Seperti halnya yang dilakukan Pak Sueb, yang sehari-hari menyeberangkan warga dengan perahu kayu yang menghubungkan Kelurahan Kebon Baru dan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur. Profesi itu ditekuninya sejak 1978 silam.

Warga yang memanfaatkan jasa Pak Sueb cukup membayar Rp 1.000 untuk dewasa dan Rp 500 untuk anak-anak. Biaya itu untuk sekali menyeberang dengan perahu berukuran 7x2,5 Meter.

"Waktu itu pertama kali ada perahu eretan dan cuma 5 perak (Rp 5) ongkosnya," kata Sueb sambil menarik perahu yang ditautkan dengan tali baja di Eretan Bidara Cina, Jatinegara, Jaktim, Rabu (14/8/2013).

Sueb menambahkan setiap hari ia menjalankan perahunya mulai dari pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB. Jika anak sekolah libur, ia baru berangkat pukul 08.00 WIB.

Suka Duka

Suka duka pun ia rasakan selama hampir 35 tahun menjalani profesinya, mulai dari harus bersiaga saat debit air sungai naik dan banjir hingga menemukan mayat preman mengambang saat para penembak misterius (Petrus) berkeliaran era 80-an.

"Saya ngelihat mayat bertato ngambang tapi mau diambil nggak boleh. Waktu itu petugas yang mengambil nanti. Kadang mayatnya dikarungin, tangannya ditongolin. Ditemukan petugas nanti diambil," kenang Sueb.

Pengalaman menyenangkan, ia kerap diberi bingkisan makanan atau pakaian dari warga saat lebaran.

Sejumlah warga mengaku lebih senang menggunakan jasa perahu Sueb karena akses jembatan jauh dan harus memutar ke Terminal Kampung Melayu, sekitar 1 kilometer lebih.

"Mutarnya jauh. Ini kan enak cuma bayar Rp 1.000 tapi 3 menit juga sudah  sampai," kata Ibu Sopi yang menyeberang bersama 2 temannya  dari Kebon Baru menuju Bidara Cina. (Ary/Yus)