Sukses

Kepala BKKBN: Jangan Sampai 'Middle Income Trap' Jadi Kenyataan

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan Angka Index Dependency Ratio Indonesia tahun 2020 sebesar 44,33 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan Angka Index Dependency Ratio Indonesia tahun 2020 sebesar 44,33 persen. Ini berarti, periode puncak bonus demografi di negara ini bukan terjadi pada 2030, tetapi di tahun 2020.

“Angka Index Dependency Ratio setelah itu naik terus. Dihitung dengan cara apapun hasilnya sama. Jadi, periode puncak bonus demografi Indonesia terjadi di 2020,” ujar Hasto dalam arahannya di kegiatan Rapat Koordinasi Teknis Bidang Pengendalian Penduduk Tahun 2024 yang dilaksanakan di Hotel Santika, Belitung, Bangka Belitung, Selasa (20/02/2024) malam.

Dalam rakor yang mengangkat tema “Pembangunan Berwawasan Kependudukan Mewujudkan Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas 2045”, Hasto mengingatkan, “Jangan sampai ‘middle income trap’ jadi kenyataan. Kalau pendapatan per kapita tidak naik, di tahun 2040 jadi apa kita. Harus ada perubahan yang signifikan dan ‘settle for excellence’.”

Melalui laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang bertajuk Proyeksi Penduduk Indonesia 2020-2050 Hasil Sensus Penduduk 2020, diketahui proyeksi penambahan jumlah penduduk produktif hampir 10 juta orang pada 2025, dengan jumlahnya mencapai 196,13 juta orang. Rasio ketergantungannya justru diproyeksikan menurun tipis, yakni 44,02%. Penambahan jumlah penduduk usia produktif diproyeksikan berkisar 2-4 juta penduduk setiap lima tahun sekali.

Namun pada 2045 dan 2050, proyeksi penambahan jumlah penduduk tidak meningkat signifikan, dari 213,18 juta orang pada 2045 menjadi 213,41 juta orang pada 2050. Begitu juga dengan proyeksi rasio ketergantungannya yang menunjukkan kenaikan, sekira 1-2% tiap lima tahun sekali. Proyeksi rasio ketergantungan akan naik cukup tinggi pada 2050, mencapai 54,13%.

Indonesia diyakini akan menjadi salah satu negara dengan angkatan kerja terbanyak di Asia. Pada saat yang sama, angka ketergantungan mengalami kenaikan karena jumlah penduduk usia tua pun meningkat.

Menurut Hasto, data kependudukan harus dihidupkan. “Data dihidupkan, sehingga kita cemas dan bergerak, seperti pesan Pak Presiden, hidupkan data, Gubernur Bupati takut lihat data, atau gembira lihat data. Ini artinya datanya hidup.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kampung KB

Hasto juga menyinggung keberadaan Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB). Katanya, BKKBN punya Kampung KB di setiap desa. Semua kampung diarahkan menjadi Kampung Keluarga Berkualitas sesuai Inpres No.3 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas.

“Saya titip Kampung Keluarga Berkualitas menjadi pusat kegiatan. Tidak hanya Rumah Dataku, tapi untuk data lain. Dipakai juga untuk stunting, demo masak, Dashat (Dapur Sehat Atasi Stunting). Ada juga Sekolah Siaga Kependudukan (SSK). Dan sekarang kita harus betul memikirkan kesiapan remaja untuk menjadi keluarga, masalah seksualitas remaja, kesehatan reproduksi,” urainya, seraya menitip pesan, “Tolong mindset dirubah. Kampung Keluarga Berkualitas dicicil dari bangku sekolah. Ini saya titip.”

Dalam kesempatan yang sama dilaksanakan peluncuran Population Clock, sistem yang dapat melihat pertumbuhan jumlah populasi di Indonesia secara real time, berapa jumlah yang lahir dan yang meninggal.

Hadir Pj. Bupati Belitung, Yuspian, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, jajaran Eselon II di Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN; dan seluruh pegawai Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Perwakilan Provinsi di seluruh Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.