Sukses

BPKH Ajak Sosialisasi Bersama Soal Keberlangsungan Nilai Manfaat Bagi Jemaah Haji

Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Fadlul Imansyah mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan kinerja keuangan agar dapat memberikan optimalisasi nilai manfaat.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Fadlul Imansyah mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan kinerja keuangan agar dapat memberikan optimalisasi nilai manfaat. Menurut dia, hal itu didukung dengan menjaga prinsip syariah, kehati-hatian, nirlaba, transparan dan akuntabel.

“Penggunaan nilai manfaat ini dalam struktur pembiayaan BPIH ke depan, lanjutnya perlu memperhatikan aspek keadilan dan keberlanjutan,” kata Fadlul secara daring saat diksusi bertema pengelolaan keuangan haji yang berkeadilan, berkelanjutan dan penguatan ekosistem Perhajian Indonesia di Asrama Haji Bekasi, Jawa Barat, Senin (6/3/2023).

Fadlul menjelaskan, Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 1444 H/2023 M sebesar Rp90.050.637,26. Komposisi BPIH pun terdiri dari Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) yang ditanggung jemaah sebesar Rp49.812.700,26 (55,3%). Sedangkan penggunaan nilai manfaat hasil pengelolaan dana haji sebesar Rp40.237.937 (44,7%).

Oleh karena itu, Fadlul mengajak kepada para pembimbing haji dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) untuk ikut mensosialisasikan dan memberikan pemahaman kepada jemaah tunggu terkait biaya haji yang berkeadilan dan berkelanjutan.

"Setelah penentuan biaya ibadah haji tersebut maka alangkah baiknya kita turut mengawal ikhtiar para jemaah yang masih menunggu giliran antri untuk berangkat haji," jelas Fadlul. Fadlul meyakini, hal itu penting, sebab nilai manfaat dari hasil pengolahan BPKH bukan hanya milik haji yang berangkat pada tahun berjalan, namun juga merupakan milik dari 5,3 juta jemaah haji tunggu.

"Memberikan pemahaman dari sudut pandang hukum fiqih, dimana umrah tidak menggugurkan kewajiban berhaji. Sehingga niat terus berhaji tentunya akan lebih menyempurnakan keimanan bagi seorang muslim," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kedekatan Emosional ke Jemaah Menjadi Kunci

Fadlul melanjutkan, selain besarnya jumlah jemaah yang dibina, kedekatan emosional yang dimiliki KBIHU menjadi modal untuk dapat mengarahkan jemaah haji kearah pembinaan manasik yang lebih.

"Sehingga informasi tentang penyelenggaraan ibadah haji dan pengelola keuangan haji yang berkeadilan dan berkelanjutan juga akan lebih terdiseminasi kepada seluruh calon jemaah haji baik yang berangkat pada tahun berjalan maupun yang masuk ke dalam waiting list," yakin dia.

Sementara itu, anggota BPKH, Indra Gunawan menyampaikan bahwa pembimbing ibadah haji dan KBIHU menjadi ujung tombak dalam mengajak dan mengunggah jemaah untuk berangkat haji. Sehingga mereka dirasa mampu untuk menyampaikan pengelolaan dana haji oleh BPKH yang transparan dan akuntabel kepada masyarakat.

"Sekarang sudah kita sampaikan hampir Rp. 30 triliun dana yang untuk berangkat dan juga dana untuk jemaah tunggu. Ada tabungan Rp. 33,5 T, ada Rp.62,5 T itu nilai tambah dari BPKH untuk jamaah, nah mereka sudah jelas akhirnya tidak ada keraguan kita sudah transparan," kata dia.

3 dari 3 halaman

Jemaah Wajib Jaga Kesehatan

Sebagai informasi, turut hadir, Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Kemenag RI, Arsyad Hidayat yang mengatakan bahwa ada sebanyak 64 ribu jemaah lansia yang akan berangkat tahun 2023. Sehingga, dia meminta kepada pembimbing haji dan KBIHU untuk memberikan latihan fisik dalam pembinaan manasik ke depan.

"Saya meminta disamping kita memberikan manasik yang sifatnya baca-bacaan, zikir, tahmid, tahlil, tasbih atau doa-doa. Saya minta para pembimbing menbina jemaah itu latihan fisiknya,"katanya.

Menurut dia, hal terkait penting dilakukan mengingat seluruh rangkaian wajib ibadah haji membutuhkan kondisi fit. Mulai dari pelaksanakan mabit di Mina, lempar jumrah hingga wukuf di Arafah.

"Malah kalau saya melihat ibadah haji ibadah fisik nya lebih dominan maka pelatihan yang sifatnya fisik itu menurut saya harga yang tidak bisa ditawar lagi,"ujarnya.

Selain itu, turut hadir narasumber lainnya dalam diskusi publik tersebut yaitu: Pengamat Haji-Ketua Pusat Rabithah Haji, DR. Ade Marfudin, Kepala Pusat Kesehatan haji, Lilik Marhendra Susilo Ak.MM, Ketua FKKBIHU, DR. KH. Manarul Hidayat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.